Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Tebar Jaring Investasi Asing

Pemerintah mengklaim sudah mengantongi komitmen investasi dari Microsoft dan Cargill. Realisasi investasi belum separuh dari target tahun ini.

28 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Menteri Investasi mengklaim Microsoft, Alpan Lighting, dan Cargill segera menanamkan modal di Indonesia.

  • Microsoft akan membangun pusat data, sedangkan Cargill bakal membangun pabrik baru.

  • Realisasi investasi sepanjang semester I 2021 baru 49 persen dari target,

JAKARTA -- Menteri Investasi/BKPM, Bahlil Lahadalia, mengklaim sudah mengantongi komitmen investasi dari sejumlah perusahaan asing. Menurut dia, hal tersebut dia peroleh saat berkunjung ke Amerika Serikat pada pertengahan bulan ini. Bahlil menyebutkan sejumlah perusahaan, seperti Microsoft, Alpan Lighting, dan Cargill, bakal menanamkan modalnya di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahlil menuturkan arus investasi asing memegang peran besar dalam menyokong pertumbuhan ekonomi pada masa krisis seperti saat ini. “Tidak mungkin pertumbuhan ekonomi akan tinggi jika cuma mengandalkan modal dalam negeri,” kata dia, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam pertemuan dengan Vice President of Azure Global Microsoft, Mark Jacobsohn, Bahlil mengatakan perusahaan itu berkomitmen membangun pusat data di Indonesia. Sedangkan Cargill, yang bergerak di sektor pertanian, akan memulai pembangunan pabriknya di Indonesia pada September 2021. "Investasi kita akan semakin baik selama kita mampu menanggulangi Covid-19,” ujar dia.

Sepanjang tahun ini, pemerintah menargetkan arus investasi sebesar Rp 900 triliun. Kementerian Investasi mencatat realisasi investasi sepanjang semester I 2021 mencapai Rp 442,8 triliun atau sekitar 49 persen dari target. Meski realisasi investasi belum mencapai separuh dari target tahun ini, ucap Bahlil, capaian ini cukup baik karena bertumbuh 10 persen dibanding pada semester I 2020. Hal ini juga terjadi saat pandemi Covid-19 belum berakhir. "Investor dari dalam negeri dan luar negeri mulai terbiasa dengan kondisi pandemi," katanya.

Data Kementerian Investasi mencatat modal dari dalam negeri sebesar Rp 214,3 triliun atau 48,4 persen dari total realisasi investasi. Lalu pertumbuhan modal dalam negeri sebesar 3,5 persen. Sedangkan investasi asing sebesar Rp 228,5 triliun atau 51,6 persen dari realisasi investasi semester I 2021. Nilainya meningkat 16,8 persen. Aliran investasi di Jawa mencapai Rp 214,53 triliun atau 48,5 persen dengan pertumbuhan 2,7 persen. Adapun investasi di luar Jawa mencapai Rp 228,23 triliun atau 51,5 persen, dengan pertumbuhan 17,8 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu.

Pembangunan perumahan di Babelan, Bekasi, Jawa Barat. TEMPO/Tony Hartawan

Dari seluruh bidang usaha, sektor properti yang terdiri atas perumahan, kawasan industri, dan perkantoran mencetak arus modal paling besar pada semester I 2021, yaitu senilai Rp 60,7 triliun, dengan pertumbuhan 13,7 persen. Untuk investasi asing, Singapura, Hong Kong, Belanda, Jepang, dan Cina berada dalam daftar lima besar. “Kenaikan investasi asing secara langsung menjadi indikator bahwa dunia mulai merasakan perubahan regulasi dan manfaat dari Undang-Undang Cipta Kerja,” demikian Bahlil mengklaim. Investasi yang masuk sepanjang semester I menyerap setidaknya 623.715 tenaga kerja.  

Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan realisasi investasi. Dia menyebutkan stabilitas ekonomi Indonesia masih baik karena memiliki fundamental kebijakan yg pro-investasi, pertumbuhan konsumsi yang masih positif, dan pembatasan mobilitas yang sangat ketat belum berlaku hingga akhir semester I. "Ini meningkatkan confidence investor dalam dan luar negeri," ujar dia.

Menurut Shinta, di seluruh dunia terjadi fenomena pasca-pengetatan mobilitas yang pada akhirnya memicu lonjakan investasi skala kecil. Selain itu, kata dia, banyak pelaku usaha yang berupaya mengaktifkan kembali bisnisnya dengan cara berekspansi. Pengusaha yang bergerak di sektor yang terimbas pandemi Covid-19, menurut Shinta, harus melakukan diversifikasi ataupun inovasi agar usahanya berlanjut. Namun Shinta enggan memperkirakan capaian target investasi pada akhir tahun. "Ini sangat bergantung pada pengendalian pandemi dan tren penurunan penularan Covid-19," katanya.

Peneliti dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, mengatakan sektor penunjang investasi pada tahun ini dan tahun lalu masih relatif sama. Menurut dia, sektor usaha semacam properti, industri logam, dan telekomunikasi cenderung tidak terimbas dampak pembatasan mobilitas dan masih bisa beroperasi. "Tren ini akan berlanjut pada kuartal III," katanya. Menurut Yusuf, dalam jangka panjang, investor melihat ada peluang pertumbuhan ekonomi Indonesia sehingga mereka berani menanamkan modalnya.

FERY F. | FRANSISCA CHRISTY | LARISSA HUDA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus