Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pengamat Sarankan Prabowo-Gibran Tak Eksekusi Pembentukkan Badan Penerimaan Negara

Ekonom menyarankan pemerintahan baru Prabowo-Gibran undur pembentukkan Badan Penerimaan Negara (BPN) hingga terciptanya stabilitas ekonomi dan politik

12 Juli 2024 | 06.00 WIB

Pasangan presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka hadir dalam rapat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu Tahun 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu 24 April 2024. KPU menetapkan Prabowo-Gibran sebagai calon presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024 - 2029. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Pasangan presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka hadir dalam rapat Rapat Pleno Terbuka Penetapan Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Terpilih Pemilu Tahun 2024 di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu 24 April 2024. KPU menetapkan Prabowo-Gibran sebagai calon presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024 - 2029. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samiri, menyarankan pemerintahan Prabowo-Gibran tidak mengeksekusi rencana pembentukan Badan Penerimaan Negara (BPN) di tahun pertama mereka menjabat. Menurut Wijayanyo, sebaiknya pemerintahan di masa transisi berfokus untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

"Di awal masa awal kepresidenan, Pak Prabowo fokus dulu untuk menciptakan stabilitas perekonomian nasional," kata Wijayanto dalam diskusi di kampus Paramadina, Jakarta, Kamis, 11 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wijayanto menilai keputusan membentuk lembaga yang bertujuan untuk mendongkrak penerimaan negara, itu, mesti berdasarkan kajian yang mendalam. Dia menilai pemerintah Prabowo-Gibran tidak perlu buru-buru merealisasikan wacana tersebut. "Kalaupun nanti benar akan dilaksanakan setelah ada kajian mendalam, mungkin bisa di tahun kedua atau ketiga," ujar dia.

Waijayanto menambahkan alasan lainnya mengapa pembentukan BPN harus diundur. Pertama kondisi penerimaan negara dari sektor pajak sedang menurun. Membentuk lembaga negara baru di masa transisi juga berisiko menurunkan kepercayaan publik. "Proses pembentukkannya juga harus teliti dan melibatkan orang-orang berintegritas," katanya.

"Tapi kalau langsung diumumkan BPN baru, tentu ini akan kontraproduktif dengan kondisi penerimaan pajak kita. Apalagi di saat yang sama sedang terjadi penurunan," tambahnya.

Badan Penerimaan Negara atau BPN merupakan salah satu program strategis dalam visi-misi Prabow0-Gibran. Bertujuan untuk meningkatkan rasio pendapatan negara dari sektor pajak terhadap produk domestik bruto (PDB) dari 10 persen menjadi 23 persen.

Dalam dokumen visi-misi Prabowo-Gibran disebutkan sebagian pembangunan ekonomi perlu dibiayai sebagian dari anggaran pemerintah. Anggaran pemerintah perlu ditingkatkan dari sisi penerimaan yang bersumber dari pajak dan bukan pajak.

"Untuk itu negara membutuhkan terobosan konkret dalam upaya meningkatkan penerimaan negara dari dalam negeri. “Pendirian Badan Penerimaan Negara ditargetkan meningkatkan rasio penerimaan negara terhadap PDB mencapai 23 persen,” tulis Prabowo-Gibran dalam dokumen visi-misi mereka.

Nandito Putra

Lulus dari jurusan Hukum Tata Negara UIN Imam Bonjol Padang pada 2022. Bergabung dengan Tempo sejak pertengahan 2024. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus