Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Warga di Surabaya masih kesulitan membeli gas elpiji tabung 3 kg di pedagang eceran.
Pemerintah mengakui mengurangi pasokan gas melon ke pengecer.
Penjualan gas melon difokuskan di pangkal untuk mendata pembeli.
HAMPIR sebulan terakhir Rachma Fairuza kesulitan mencari gas elpiji bersubsidi di kios dan agen kecil di sekitar rumahnya. Ia harus mendatangi pangkalan elpiji resmi Pertamina untuk mendapatkan bahan bakar tersebut. “Tapi pangkalannya jauh dari rumah saya, sekitar 1,5 kilometer,” ujar warga Kecamatan Wonokromo, Surabaya, ini kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rachma mengatakan selama ini tak kesulitan membeli gas bersubsidi itu di kios-kios dekat rumahnya, kendati belakangan harganya sedikit lebih mahal ketimbang di pangkalan. Ia biasanya merogoh kocek Rp 19 ribu untuk membeli gas melon di kios, sedangkan harga di pangkalan Rp 16 ribu. “Yang penting barangnya ada dan dekat. Kalau jauh, susah mobilitasnya.”
Senada dengan Rachma, Ambarwati, yang tinggal di Kecamatan Gubeng, mengaku kesulitan menemukan “gas melon” di sekitar rumahnya selama sebulan terakhir. Karena itu, ia akhirnya memutuskan membeli di pangkalan resmi elpiji Pertamina yang berjarak 600 meter dari kediamannya. “Ya, harus pakai sepeda motor dulu ke sana,” ujar Ambar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemilik salah satu kios di Kecamatan Gubeng, Surabaya, Bambang, membenarkan bahwa ia tidak menjual elpiji kemasan 3 kilogram selama sebulan ini lantaran pangkalan membatasi pembelian dalam jumlah banyak. Biasanya, Bambang menjual gas melon seharga Rp 18.500, selisih Rp 1.000 dari harga yang dibanderol agen besar tempat ia mengambil pasokan.
Warga mencari gas elpiji di toko Desa Mancilan, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 26 Juli 2023. ANTARA/Syaiful Arif
Defisit pasokan elpiji 3 kilogram juga sempat dirasakan warga di Kediri, Jawa Timur. Nur Aliyah, pemilik pangkalan elpiji di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, mengatakan kelangkaan pasokan terjadi pada dua pekan lalu. Kala itu, ia mengatakan, permintaan elpiji melon tak diimbangi dengan pasokan.
Musababnya, kala itu pengiriman dari agen Pertamina berhenti ketika tanggal merah alias hari libur nasional. Padahal kebutuhan masyarakat di daerahnya biasanya justru sangat tinggi pada periode Juni dan Juli karena banyak hajatan. Pada saat itu, pasokan gas elpiji bersubsidi hanya ia peroleh dua kali sepekan. Biasanya, pasokan masuk tiga kali sepekan.
Pasokan yang masuk ke pangkalan-pangkalan pun relatif sedikit untuk setiap pengirimannya. “Ada pangkalan yang menerima 30, 40, dan 60 tabung sekali pengiriman. Tempat saya masih untung dapat 100 tabung, meski jauh dari kebutuhan masyarakat,” kata dia. Hal itu menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga di tingkat pengecer. Harga elpiji yang sebesar Rp 16 ribu di pangkalan bisa naik menjadi Rp 25 ribu per tabung di tingkat pedagang eceran. Akibatnya, konsumen menyerbu pangkalan untuk membeli gas. Antrean pun mengular hampir di semua pangkalan di Kediri.
Namun, Nur mengatakan, situasi tersebut mereda setelah pasokan dari Pertamina membanjiri pangkalan-pangkalan di kotanya. Bahkan ia pun menolak kiriman pasokan dari agen tiga hari terakhir ini. "Sekarang kiriman dari agen sudah berlebih. Sekali kirim bisa 400 sampai 600 tabung." Selain di Jawa Timur, keluhan kelangkaan gas melon juga dilaporkan terjadi di Medan, Sumatera Utara, pada pekan lalu. Stok gas bersubsidi pemerintah itu kosong di pangkalan ataupun pengecer. Kalaupun ada, harga gas tersebut mencapai Rp 30 ribu per tabung, melonjak di atas harga eceran tertinggi Rp 18 ribu per tabung.
Pekerja memeriksa data KTP milik warga saat akan membeli elpiji 3 kg di pangkalan elpji Kelurahan Debong Tengah, Tegal, Jawa Tengah, 27 Juli 2023. ANTARA/Oky Lukmansyah
Akibat Lonjakan Permintaan
Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan, mengatakan jajarannya telah memeriksa lokasi-lokasi yang dikabarkan mengalami kekurangan distribusi elpiji kemasan 3 kilogram. Menurut dia, kondisi tersebut terjadi karena adanya lonjakan permintaan lantaran ada beberapa hari libur nasional. Ia mengatakan telah berkoordinasi dengan jajarannya di seluruh wilayah untuk bisa menambah pasokan sesuai dengan kuota yang ditetapkan pemerintah. "Kami berkomitmen tidak ada gangguan dalam penyaluran elpiji 3 kilogram."
Riva berujar, jajarannya bersama pemerintah daerah juga terus melakukan kunjungan ke lapangan, tidak hanya ke pangkalan, tapi juga ke lokasi-lokasi yang dekat dengan masyarakat. Meski demikian, pada saat yang sama, ia mengatakan perseroan juga tengah mendukung program pemerintah untuk membuat subsidi elpiji lebih tepat sasaran, yakni dengan mendata pembeli gas melon di pangkalan.
Pendataan dilakukan dengan sistem digital. Pembeli perlu membawa kartu tanda penduduk dan kartu keluarga saat pertama kali mendaftar. Sementara itu, pembeli yang sudah terdaftar cukup menunjukkan KTP saat membeli. Adapun pembelian untuk pengusaha mikro harus disertai dengan foto diri di depan tempat usaha. "Kami terus berupaya meningkatkan kapabilitas mendistribusikan elpiji 3 kilogram kepada masyarakat yang memang membutuhkan. Jadi tepat sasaran," kata dia.
Proses pendaftaran ternyata membuat pasokan di pedagang kecil menjadi lebih seret. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Tutuka Ariadji, mengimbuhkan, saat ini persentase stok penjualan gas melon menjadi 80 persen di pangkalan dan 20 persen di pengecer, dari sebelumnya 70 persen berbanding 30 persen. Perubahan komposisi pasokan tersebut dilakukan agar masyarakat membeli di pangkalan sekaligus menjalani pendataan. "Karena pendataan dilakukan di pangkalan, bukan pengecer. Harapannya, bisa lebih representatif data yang diperoleh," ujar dia.
Tutuka lantas menugasi Pertamina untuk tidak hanya memastikan pasokan sampai ke pangkalan, tapi juga ke masyarakat. Seiring dengan data yang diperoleh itu pun, Tutuka berharap Pertamina bisa memetakan kebutuhan dan lokasi masyarakat. Dengan demikian, stok di pangkalan pun bisa diperbanyak di lokasi dengan permintaan tinggi. Sebagai catatan, saat ini ada 244 ribu pangkalan yang tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia. Jumlah tersebut terus bertambah sekitar 10 persen setiap tahun. Pertamina mengatakan akan menyeimbangkan jumlah pangkalan dengan kebutuhan konsumen.
CAESAR AKBAR | MEI LEANDHA (MEDAN) | HARI TRI WASONO (KEDIRI) | HANAA SEPTIANA (SURABAYA)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo