Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Rendah Serapan Tenaga Kerja Proyek Infrastruktur

Realisasi anggaran proyek infrastruktur terus bertambah, tapi penyerapan tenaga kerjanya masih rendah.

18 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Kenaikan penyerapan anggaran infrastruktur tak diikuti oleh tingginya serapan tenaga kerja.

  • Pemerintah diminta meningkatkan pendidikan vokasi agar buruh menjadi lebih terampil.

  • Sektor konstruksi pada triwulan III 2023 berkontribusi pada PDB sebesar 9,86 persen.

JAKARTA — Kenaikan realisasi anggaran infrastruktur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 tak sebanding dengan serapan tenaga kerja di sektor konstruksi. Ekonom dari lembaga riset kebijakan Sigmaphi Indonesia, Gusti Raganata, mengatakan besarnya dana proyek infrastruktur memang belum tentu menyerap banyak pekerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut dia, saat ini fokus pembangunan infrastruktur berbeda dengan era Orde Baru. Saat itu banyak proyek infrastruktur memang dibuat untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Kala itu, tenaga kerja banyak terserap. Adapun proyek infrastruktur yang dibangun tidak menelan biaya tinggi karena bukan proyek strategis. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini proyek infrastruktur banyak yang bersifat strategis. Dengan demikian, kata Gusti, manfaat pembangunan infrastruktur lebih diarahkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, seperti pembangunan perumahan dan sarana penunjang bisnis. "Dampaknya lebih ke spillover effect terhadap ekonominya,” katanya, kemarin.

Pekerja menyelesaikan pembangunan infrastruktur jalur transportasi LRT di kawasan Pemuda, Jakarta, 15 Desember 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Berdasarkan laporan realisasi APBN tahun lalu, penyerapan anggaran infrastruktur tercatat naik 22,2 persen menjadi Rp 455,8 triliun dari realisasi pada anggaran tahun sebelumnya yang sebesar Rp 372,8 triliun. Namun, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik per Agustus 2023, penyerapan tenaga kerja di sektor konstruksi hanya naik 9,2 persen dari 8,47 juta pekerja pada 2022 menjadi 9,25 juta pekerja pada tahun lalu.

Ekonom senior Ryan Kiryanto menduga rendahnya serapan tenaga kerja sektor konstruksi disebabkan oleh optimalisasi teknologi. Akibatnya, peran buruh kasar atau pekerja dengan keterampilan rendah tergantikan oleh penggunaan alat-alat canggih. Dia mengatakan sektor konstruksi saat ini jauh lebih maju ketimbang sebelumnya. Dengan penggunaan teknologi dan mesin, pembangunan infrastruktur bisa jadi lebih cepat selesai serta presisi.

“Pada beberapa proyek bisa mirip seperti membangun lego. Beli barang, tinggal dirangkai, dirakit,” kata Ryan. Dia berharap pemerintah meningkatkan pendidikan vokasi agar buruh lebih terampil karena masih banyak proyek strategis nasional (PSN) yang akan digarap pemerintah. 

Pekerja menyelesaikan pembangunan infrastruktur jalur transportasi LRT di kawasan Pemuda, Jakarta, 15 Desember 2023. TEMPO/Tony Hartawan

Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat realisasi program padat karya tunai (PKT) bidang permukiman pada 2023 mencapai 87.527 orang. Jumlah ini melebihi target yang sebesar 67.788 orang. Adapun capaian pekerjaan fisik program infrastruktur berbasis masyarakat (IBM) bidang permukiman mencapai 90,92 persen dengan alokasi anggaran PKT bidang permukiman Rp 2,2 triliun

Anggaran PKT bidang permukiman disalurkan di 6.111 lokasi melalui pembangunan infrastruktur kerakyatan. Program-program tersebut, antara lain, adalah Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas); Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas); dukungan sanitasi lembaga pendidikan keagamaan, termasuk pondok pesantren; tempat pengelolaan sampah reduce, reuse, recycle (TPS 3R); dan pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah. Untuk tahun anggaran 2024, Kementerian PUPR menargetkan program padat karya bidang permukiman dapat menyerap 47 ribu tenaga kerja. 

Adapun, pada triwulan III 2023, sektor konstruksi berkontribusi pada produk domestik bruto (PDB) sebesar 9,86 persen. Dalam laporan berjudul "Konstruksi dalam Angka", BPS mencatat peran sektor konstruksi berkaitan erat dengan penyerapan tenaga kerja, penanaman modal, jumlah proyek infrastruktur dan bangunan, serta hubungan timbal balik dengan sektor-sektor pendukung. Selain itu, sektor konstruksi menjadi fasilitator dalam pergerakan dan pertumbuhan barang dan jasa. Tingkat kesempatan kerja sektor konstruksi tahun lalu mencapai 6,26 persen, naik dibanding pada tahun sebelumnya yang sebesar 5,9 persen. 

ALI AKHMAD NOOR HIDAYAT

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus