Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Penjualan mobil periode Januari-November 2023 turun 2,35 persen.
Saham-saham emiten otomotif dalam tren turun sejak pertengahan tahun.
Pemilu dan suku bunga kredit yang tinggi menghambat penjualan.
JAKARTA - Kinerja penjualan mobil menurun sepanjang 2023. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat, pada periode Januari-November 2023, penjualan mobil wholesales hanya 920.518 unit, turun 22.168 unit atau 2,35 persen dibanding periode yang sama pada 2022. Penjualan wholesales adalah penjualan dari produsen kepada distributor resmi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, mengatakan salah satu pemicu penurunan penjualan tersebut adalah pelemahan daya beli masyarakat akibat perlambatan ekonomi. “Faktor lain adalah kenaikan harga bahan baku dan komponen mobil yang membuat harga mobil naik,” katanya.
Laman PT Astra International Tbk (ASII) menunjukkan penurunan penjualan pada periode November 2023. Penjualan mobil ASII selama November sebanyak 47.189 unit, turun dibanding periode yang sama pada 2022 yang sebanyak 50.795. Adapun kontributor penjualan terbesar adalah merek Toyota, Lexus, Daihatsu, dan Isuzu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menuturkan, akibat perlambatan ekonomi, konsumen cenderung menahan pembelian, termasuk produk otomotif. Di samping itu, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia mendongkrak suku bunga kredit. “Tidak hanya mempengaruhi konsumen segmen mobil menengah ke atas, tapi juga mobil yang lebih murah,” katanya.
Pengunjung melihat mobil Lexus dalam pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023 di ICE, BSD, Tangerang, 10 Agustus 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Hal senada dikatakan oleh analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta. Menurut dia, penurunan penjualan wholesales secara tahunan mempengaruhi pergerakan saham emiten-emiten otomotif. Beberapa emiten otomotif terlihat berada dalam fase downtrend. “Harga saham IMAS (PT Indomobil Sukses Internasional Tbk) sempat naik, tapi akhirnya kembali turun,” ujarnya.
Saham IMAS berada dalam tren menurun sejak Mei 2023. Sempat mencapai posisi tertinggi di harga Rp 3.200 per lembar pada 12 Mei 2023, harga IMAS kini bertengger di posisi Rp 1.395. Begitu pula PT Astra International Tbk (ASII) yang terus melemah, dari Rp 6.925 pada 21 Juni 2023 menjadi Rp 5.650. Sementara itu, PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) turun dari Rp 1.340 pada 6 Juli 2023 menjadi Rp 1.035. Meski begitu, secara tahunan saham IMAS dan GJTL masih mencatatkan pertumbuhan.
Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengungkapkan saat ini pihaknya masih mengumpulkan data penjualan mobil hingga Desember 2023. Ia membenarkan ihwal adanya penurunan penjualan hingga November 2023. Tapi Jongkie tetap optimistis penjualan pada 2024 akan tumbuh. “Tahun depan proyeksi penjualan 1.100.000 unit,” kata dia, Jumat lalu. Pada 2023, proyeksi penjualan Gaikindo sebanyak 1.050.000 unit.
Khusus penjualan mobil ramah lingkungan dengan harga terjangkau (low cost green car/LCGC), berdasarkan data Gaikindo, meningkat 5 persen. Menurut Gaikindo, data penjualan wholesales LCGC periode Januari-November 2023 naik 35,28 persen dibanding periode sama pada 2022.
Tantangan Pemilu dan Suku Bunga
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, mengatakan tren penjualan mobil baru tahun depan masih belum bisa diprediksi. “Adanya pemilu dan suku bunga yang masih tinggi menyebabkan kenaikan volume penjualan mobil pada 2024 belum terlihat prospeknya,” katanya.
Menurut Budi, saat ini perusahaan pembiayaan sedang menata tingkat pembiayaan bermasalah (non-performing financing) agar lebih terkendali di tengah tingginya suku bunga kredit dan penurunan daya beli masyarakat. Kedua kondisi ini, ucap Budi, turut membuat volume penjualan sulit meningkat.
Konsumen Milenial
Meski demikian, Yannes Martinus Pasaribu menyatakan ada beberapa jenis mobil yang penjualannya berpeluang meningkat pada 2024. Di antaranya mobil-mobil hibrida dan mobil listrik berharga di bawah Rp 500 juta.
Yannes mengatakan peningkatan akan terus terjadi jika kebijakan pemerintah yang baru mengenai pengurangan emisi dijalankan secara konsisten dengan rangkaian kebijakan sebelumnya. “Potensinya bisa menggenjot penjualan kendaraan baru hingga 5,6 persen,” katanya.
Ia berujar, untuk meningkatkan penjualan, industri otomotif harus terus beradaptasi dengan tren permintaan pasar, khususnya kelompok milenial yang populasinya semakin besar. “Industri harus membaca teknologi dan desain produk yang diinginkan oleh kelompok pembeli baru ini. Mereka adalah kelompok pembeli merek,” ujar Yannes.
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo