Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Madiun - Permintaan sapi kurban di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, masih sepi, meski Hari Raya Idul Adha tak lama lagi. Penurunan permintaan diperkirakan karena daya beli masyarakat yang menurun, seiring dengan melemahnya perekonomian.
"Tahun lalu menjelang Idul Adha, pas hari pasaran Wage seperti ini saya bisa menjual dua sampai tiga ekor sapi. Hari ini, sapi yang saya bawa belum laku," kata Supari, seorang pedagang sapi yang ditemui di pasar hewan Desa Bajulan, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Senin, 14 September 2015.
Penjualan ternak di Pasar Bajulan hanya berlangsung saat hari pasaran Wage. Menurut Supari, di luar hari pasaran tersebut penjualan sapi dilakukan di wilayah lain seperti Desa Muneng di Kecamatan Pilangkenceng dan Kabupaten Nganjuk saat hari pasaran Wage dan Pon.
Supari menambahkan, penjualan sapi di tiga pasar hewan tersebut juga lesu. Kondisi ini diprediksi bakal berlangsung hingga perayaan Idul Adha, 24 September 2015. "Mungkin ekonomi lagi seret, jadi permintaan turun," ujar dia.
Tak hanya permintaan yang turun, harga sapi pun juga mengalami penurunan. Suwarno, pedagang sapi lain di Pasar Bajulan mencontohkan harga sapi dengan berat 3,5 kuintal hanya ditawarkan Rp 10 juta. Padahal, empat bulan lalu bisa mencapai Rp 12-13 juta per ekor.
Meski harga lebih murah, tapi penjualan sapi di pasar justru menurun. Suwarno menduga sebagian warga yang hendak berkurban membeli langsung ke peternak sejak beberapa bulan lalu. Selanjutnya, peternak diminta memelihara hingga sapi diserahkan ke panitia kurban.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Madiun Santoso mengatakan, penurunan penjualan dan harga sapi juga terlihat dari berkurangnya jumlah warga yang berkonsultasi ke dinas tentang teknis membeli hewan kurban.
"Sampai sekarang belum ada warga yang bertanya kepada saya. Biasanya menjelang Idul Adha tahun-tahun lalu banyak," ujar dia.
Menurut Santoso, warga yang berkonsultasi adalah penerima kiriman uang dari keluarga perantau di Jakarta, Bandung, dan luar negeri yang ingin berkurban di Madiun. "Mungkin karena kondisi ekonomi di kota besar yang sulit berdampak pada menurunnya permintaan sapi di daerah," katanya.
NOFIKA DIAN NUGROHO
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini