Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Perempuan di Balik Bisnis Maskapai Berbikini VietJet Air

Maskapai VietJet Air siap beroperasi di Indonesia.

22 Januari 2019 | 15.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan asal Vietnam, VietJet Air akan beroperasi di Indonesia mulai Mei 2019. Maskapai ini sempat menuai kontroversi karena pramugarinya pernah mengenakan bikini saat melayani penumpang.

Baca: CEO Vietjet Minta Maaf Kru Berbikini Sambut Tim Korea Selatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siapa sangka, di balik kerasnya persaingan bisnis penerbangan, ada tangan dingin seorang wanita cantik bernama Nguyen Thi Phuong Thao. CEO VietJet Air ini tercatat di urutan ke-55 dalam daftar The World’s 100 Most Powerful Women yang dirilis Forbes pada 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Thao mendirikan maskapai berbiaya murah atau low cost carrier VietJet Air pada Desember 2011. Dalam waktu lima tahun, VietJet Air telah menjelma menjadi perusahaan besar yang yang mengoperasikan 40 persen dari seluruh penerbangan di Vietnam. Pendapatan VietJet Air ditaksir mencapai US$ 1,2 miliar.

Latar belakang pendidikan Thao bukan di bidang penerbangan. Ia mempelajari studi ekonomi dan keuangan di Soviet, Rusia pada era 1980-an. Dia mulai berdagang ke wilayah Eropa bagian timur dan Asia dan kembali ke Vietnam 11 tahun lalu. Thao merintis karir di bank sebelum mengelola proyek real estate di kota Ho Chi Minh dan resor di kota Vietnam.

Berbekal perjalanan karir lebih dari dua dekade tersebut, Thao mendapatkan ide membuat maskapai penerbangan bertarif rendah. Menurut prediksinya, akan terjadi peningkatan jumlah penerbangan di Vietnam. “Saya selalu mempunyai tujuan dan bertransaksi berskala besar,” kata Nguyen kepada Forbes Vietnam. “Saya tidak pernah melakukan apa pun dalam skala kecil. Ketika orang-orang berdagang satu kontainer (barang), saya sudah berdagang dalam jumlah ratusan kontainer.”

Thao mulai mewujudkan idenya membuat maskapai penerbangan bertarif rendah dengan meriset sejumlah model penerbangan sejenis yang sudah eksis di wilayah barat daya, seperti Ryan Air dan AirAsia. Dia telah mengantongi lisensi terbang VietJet Air sejak 2007, namun ditunda karena saat itu harga minyak dunia menjulang tinggi.

Pada 2010, Nguyen sempat melakukan joint venture dengan Air Asia. Ketika langkah itu gagal, dia memilih peluncuran maskapai sendiri pada tahun berikutnya. Thao dan sang suami Nguyen Thanh Huang adalah pemilik saham terbesar di VietJet Air melalui perusahaan mereka, Sovico Holdings.

Pertumbuhan maskapai VietJet Air sangat cepat. Sejak keriuhan kontroversial pramugari berbikini, perusahaan tumbuh sebesar 29 persen antara 2012 dan 2016. Menjelang tahun kedua, VietJet Air meraup keuntungan.

Saat ini, VietJet Air diperkirakan melayani 300 penerbangan dalam sehari, termasuk 63 rute lokal dan puluhan rute internasional. Sejak go public pada 28 Februari 2018, saham perusahaan naik sekitar 47 persen. VietJet Air juga telah memiliki 200 pesawat senilai hampir US$ 23 miliar dari Airbus dan Boeing.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus