Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Langkah BI mempertahankan suku bunga direspons positif oleh pelaku pasar.
Pergerakan IHSG masih dibayangi kekhawatiran resesi di Amerika Serikat.
Pelaku pasar harus memperhatikan emiten yang punya penghasilan dan utang dalam bentuk dolar.
JAKARTA – Langkah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga mendapat respons positif dari pelaku pasar saham. Hal itu terbukti dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berada pada zona hijau seusai pengumuman bank sentral. Pekan ini, sentimennya diperkirakan masih bertahan, meski masih dibayangi sentimen negatif dari risiko resesi di Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Ekuator Swarna Investama, Hans Kwee, menyebutkan perdagangan pada pekan ini masih akan dipengaruhi oleh isu inflasi dan suku bunga. Kebijakan Bank Indonesia menahan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,50 persen ia sebut sebagai langkah pro-pertumbuhan. “Bank Indonesia memperhatikan inflasi yang masih terjaga. Bagi pasar, ini cukup positif,” tuturnya, kemarin.
Hans memperkirakan IHSG masih bisa menguat pekan ini meskipun terbatas. Pasalnya, pelaku pasar masih dibayangi oleh potensi resesi ekonomi di Amerika Serikat. Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, menyatakan adanya kemungkinan resesi pada Kamis, 23 Juni lalu, menyusul inflasi yang melonjak tinggi di sana.
Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Akibat tingginya inflasi, The Fed menyesuaikan suku bunganya secara agresif. Pada 4 Mei lalu, bank sentral Abang Sam menaikkan suku bunga sebanyak 50 basis point. Pada 15 Juni, kenaikan suku bunga dibuat hingga 75 basis point, tertinggi sejak 1994. Pada forum Federal Open Market Meeting (FOMC) yang dijadwalkan digelar pada 26-27 Juli mendatang, The Fed diperkirakan menaikkan suku bunga lagi.
Menurut Hans, pernyataan pemimpin bank sentral Amerika soal resesi direspons dengan aksi ambil untung. Dalam perdagangan saham pada akhir pekan lalu, tercatat aksi jual bersih asing sebesar Rp 1 triliun. Dalam perdagangan pada 20-24 Juni, Bursa Efek Indonesia mencatat total aksi jual bersih asing mencapai Rp 4,2 triliun.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan larinya modal asing ini tidak bakal berlangsung lama. Dia memprediksi investor bakal kembali memasuki pasar Indonesia, khususnya seusai pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal II 2022 mendatang. Ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5,01 persen.
Selagi menanti pengumuman data perekonomian pada awal Juli mendatang, IHSG diperkirakan berfluktuasi akibat aksi ambil untung. Para pelaku pasar terpengaruh oleh spekulasi soal keputusan The Fed dalam FOMC mendatang.
Ibrahim menuturkan kondisi serupa bakal terjadi di pasar uang. Meski modal asing keluar dan melemahkan rupiah, nilai tukar Indonesia tidak jatuh sedalam mata uang lain. Nilai tukar rupiah diperkirakan tak sampai melemah ke kisaran 15 ribu per dolar Amerika. “Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar SBN dan lelang obligasi,” katanya.
Kepala Riset Samuel Sekuritas, Suria Dharma, menyatakan IHSG bisa bergerak positif selama rupiah tidak mengalami pelemahan berarti. Ia menyarankan agar pelaku pasar memperhatikan emiten dengan pendapatan dan utang dalam bentuk dolar. “Perusahaan dengan pendapatan dolar akan mendapat sentimen positif, sedangkan perusahaan yang memiliki utang dolar cukup tinggi kebalikannya,” kata dia.
Associate Director, Chief of Research PT Fokus Finansial, Janson Nasrial, menyatakan emiten di sektor properti dan konstruksi perlu diwaspadai. “Kedua sektor tersebut highly leverage, maka sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga,” tuturnya. Dia memperkirakan Bank Indonesia tidak bakal bertahan lama tak menaikkan suku bunga pada saat negara lain sudah mengerek suku bunga mereka.
Sementara itu, saham-saham yang patut diperhatikan, antara lain, emiten produsen batu bara yang harganya sedang melonjak saat ini. Selain itu, sektor perbankan terkena dampak positif kebijakan suku bunga. Emiten lain yang mendapat sentimen positif adalah sektor produk konsumen, seperti UNVR, ICBP, dan JPFA, yang terdorong penurunan harga sawit dan jagung.
VINDRY FLORENTIN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo