Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Merangkai Studi Kelayakan LRT Bali

Pemerintah menerima sejumlah studi kelayakan proyek LRT Bali. Proses pembangunan jalurnya harus dilakukan di bawah tanah.

15 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sejak 2020, setidaknya ada tiga proses studi kelayakan proyek LRT Bali yang dilakukan sejumlah entitas.

  • Badan Perencanaan Pembangunan Nasional akan menggabungkan berbagai hasil studi tersebut.

  • Pemerintah menargetkan peletakan batu pertama proyek LRT Bali dilakukan pada awal 2024.

JAKARTA – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)/Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional berupaya mengawinkan perencanaan proyek light rail transit (LRT) Bali yang disusun oleh beberapa lembaga secara terpisah. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Ervan Maksum mengatakan terdapat beberapa studi kelayakan alias feasibility study yang diajukan kepada pemerintah selama beberapa tahun terakhir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berbagai kajian itu muncul dari hasil kerja sama pemerintah dan inisiasi badan usaha. “Masing-masing rancangan masih berdiri sendiri. Kesempatan terbuka untuk semua pihak, tapi ujungnya tentu jadi satu,” kata Ervan kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Proyek LRT Bali sebelumnya diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Bali dan PT Angkasa Pura I (Persero) untuk menambah pilihan moda angkutan bagi wisatawan dari serta ke Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai. Kapasitas lapangan terbang yang berada di kawasan selatan Kecamatan Kuta itu diprediksi terus meningkat. Dari perkiraan Bappenas, mobilitas di Bandara Ngurah Rai yang kini berkisar 25 juta penumpang per tahun bakal menembus 40 juta orang per tahun pada 2028.

Merujuk pada keterangan di situs web resmi Dinas Perhubungan Provinsi Bali pada akhir Januari 2020, Angkasa Pura I awalnya mendesain LRT Bali sebagai moda ulang-alik dari bandara menuju properti milik perseroan yang berada di dekat Monumen Dewa Ruci. Kereta itu dirancang bergerak di rel bawah tanah sepanjang 5,4 kilometer. Dengan rute ini, kereta bakal melintasi sisi barat Bali, dari Legian, Seminyak, Canggu, hingga memanjang ke Kecamatan Mengwi. Regulator Kabupaten Badung juga mengusulkan perpanjangan rute ke daerah wisata Ubud.  

Untuk menggarap proyek ini, Angkasa Pura I mengikat kesepahaman (MoU) dengan sebuah perusahaan berinisial NK dari Korea Selatan. Ada juga Korea National Railway (KNR) yang digandeng sebagai penyedia teknologi kereta.

Lintas rel terpadu (LRT) Jabodebek di Stasiun Dukuh Atas, Jakarta, 6 Juli 2023. TEMPO/Tony Hartawan

 

Pada 2021, giliran Dinas Perhubungan Bali yang menggandeng KNR serta Korea Overseas Infrastructure and Urban Development Corporation (KIND) untuk menggarap studi awal atau pra-feasibility study LRT Bali. Dari kajian tersebut, panjang jalur proyek kereta ringan Bali ditambah menjadi 9,46 kilometer, yang akan dibangun dalam dua tahap. 

Fase pertamanya berupa jalur sepanjang 5,3 kilometer dari Bandara I Gusti Ngurah Rai ke area Kuta Central Park. Adapun 4,16 kilometer sisanya disambung ke Kelurahan Seminyak. Proses ini didanai dengan pinjaman berskema official development assistance (ODA) dari Korea Selatan. Saat penggarapan studi kelayakan, peran KNR diperkuat beberapa entitas lain, seperti Korea Railroad Corporation (Korail), KRC Co Ltd, Saman Co Ltd, serta Dongmyeong Co Ltd.

Menurut Ervan, hasil studi itu belum menjamin posisi konsorsium KNR sebagai pengelola LRT Bali. Perusahaan asal Negeri Ginseng itu tetap harus mengikuti tender yang nantinya disiapkan oleh penanggung jawab proyek kerja sama tersebut. Namun, kata dia, belum ada keputusan mengenai lembaga yang menjadi penanggung jawab. “Bisa dipegang pemda Bali, bisa juga pemerintah pusat lewat Kementerian Perhubungan.”

Saat sedang mengevaluasi studi yang dibuat konsorsium KNR, Ervan meneruskan, pada tahun ini, Bappenas juga menerima studi kelayakan lain yang diajukan oleh salah satu badan usaha pelat merah. Dia menolak menyebutkan identitas perseroan tersebut. Namun kajian itu dipastikan hanya berisi pengembangan jalur LRT Bali dari Kuta Central Park menuju Seminyak. “Yang berbeda adalah jalurnya dirancang menjadi elevated (jalur layang),” katanya.

Rancangan jalur layang itu tak sesuai dengan aturan lokal Bali mengenai larangan pendirian proyek yang lebih tinggi ketimbang pura. Walau begitu, Ervan memastikan beberapa komponen dalam studi kedua itu ikut dievaluasi. Pasalnya, terdapat usulan mengenai efisiensi biaya dan pengadaan teknologi yang bisa diterapkan untuk studi kelayakan LRT versi jalur bawah tanah.  

Bappenas kembali menerima pengajuan studi kelayakan LRT Bali yang diusulkan sebuah entitas swasta pada Oktober 2023. Kajian ini identik dengan studi buatan pihak Korea, tapi jalurnya sudah diperpanjang sampai ke kompleks wisata di Canggu, Kecamatan Kuta Utara. Jarak antara bandara dan Canggu bisa mencapai 20 kilometer. Usulan teranyar itu mencakup pembangunan depo LRT. Sama halnya dengan studi kedua, Ervan menolak membeberkan identitas badan usaha tersebut.

“Perusahaan ini bekerja sama dengan Universitas Udayana,” kata dia. Proses studi ketiga ini akan berjalan hingga April tahun depan, kemudian dievaluasi pemerintah hingga Juni 2024. Proses lelang dan penentuan pemenang lelang LRT Bali, dia melanjutkan, ditargetkan selesai pada kuartal ketiga 2024.

Walau masih akan ada evaluasi secara menyeluruh, Ervan sempat mempresentasikan rancangan fase pertama LRT Bali—mengaitkan Bandara Ngurah Rai dan Kuta Central Park—dalam sebuah diskusi daring pada September lalu. Kebutuhan investasi untuk proyek yang menempuh jarak 5,3 kilometer itu tercatat sebesar US$ 592,28 juta atau berkisar Rp 9,10 triliun.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebelumnya menargetkan peletakan batu pertama proyek kereta ringan Bali bisa dilakukan pada awal 2024. Dia menyebutkan studi proyek itu sudah digenjot sejak lama, tapi terbentur pandemi. “Tadi kita hidupkan lagi," kata Luhut setelah mengikuti rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, pada 27 September lalu.

Sehari setelah itu, dalam perayaan hari ulang tahun di kediamannya, Luhut mengklaim proyek LRT Bali akan melibatkan beberapa investor asing. Beberapa negara yang terlibat dalam pendanaan proyek itu adalah Korea, Jepang, dan Cina. "Mana saja mau transfer teknologi dengan cepat dan murah kita akan ambil. Jadi, kita tidak asal preference.”

Direktur Utama PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta Tuhiyat mengatakan perusahaan ikut memberi masukan perihal desain, skema pembiayaan, dan beberapa aspek lain untuk LRT Bali. Dalam forum jurnalis pada 25 Oktober 2023, dia menyebutkan keterlibatan itu didasari nota kesepahaman antara pemerintah DKI Jakarta dan pemerintah Bali dalam hal pengembangan proyek kereta api.

Saat dimintai konfirmasi lagi kemarin, Tuhiyat memastikan belum ada kerja sama lebih jauh antara perusahaannya dan Pemerintah Provinsi Bali ihwal proyek kereta ringan. “Saya belum bisa bicara sebelum ada perjanjian kerja sama,” katanya.  

Guru besar bidang transportasi dari Universitas Indonesia, Sutanto Soehodho, mengatakan pembangunan LRT Bali akan rumit karena jalurnya harus berada di bawah tanah demi menghormati kearifan lokal. Konstruksinya juga dianggap rumit karena rawan melintasi lokasi permukiman, area wisata, rumah ibadah, dan situs budaya di Pulau Dewata. “Secara tata ruang, (ongkos) pembangunan kereta api di Bali memang sangat mahal.”

YOHANES PASKALIS | YOHANES MAHARSO | ANT

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus