Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mewaspadai Kepadatan di Jalur Penyeberangan

Pergerakan masyarakat saat mudik Lebaran 2023 masih dibayangi beberapa persoalan lama yang terus terulang. 

16 Maret 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Mudik Lebaran 2023 diprediksi didominasi pengguna kendaraan pribadi.

  • Operator penyeberangan mengantisipasi penumpukan penumpang di malam hari.

  • Penerapan skema one way ke luar kota dipersoalkan perusahaan otobus.

JAKARTA – Para operator angkutan mengantisipasi dampak pergerakan mudik Lebaran yang diperkirakan lebih ramai dibanding pada tahun lalu. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Indonesian National Ferry Owner Association (INFA), Julius Adravida Barata, mengatakan antisipasi lonjakan di moda penyeberangan menjadi sangat krusial karena turut dipakai oleh pengguna kendaraan pribadi. “Pemudik harus didorong membuat perencanaan perjalanan yang lebih baik,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Barata, layanan penyeberangan antarpulau sering dihantui masalah penumpukan kendaraan di dermaga. Meski angkutan logistik hampir bisa dipastikan tak beroperasi pada musim pulang kampung, antrean penumpang tetap tak terbendung. Salah satu persoalan klise adalah kebiasaan mayoritas pemudik untuk menyeberang pada malam hari. Hal itu seolah-olah membudaya di sejumlah jalur penyeberangan padat, terutama pada arus kendaraan dari Pelabuhan Merak di Banten ke Pelabuhan Bakauheni di Lampung Selatan. “Kebiasaan sejak belum ada jalan tol (Trans Sumatera),” tuturnya. “Pemudik ingin tiba dan melanjutkan perjalanan pada pagi hari karena merasa lebih aman,” katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini INFA beranggotakan 12 entitas yang mengelola total 80 unit kapal feri. Sebagian besar armada tersebut dioperasikan di trayek ramai, seperti Merak-Bakauheni, Ketapang-Gilimanuk, Padangbai-Lembar, dan Tanjung Apiapi-Tanjung Kelian. Barata menyebutkan pemilik kapal selalu menyesuaikan frekuensi layanan dengan jadwal pengoperasian dermaga yang diatur Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) di semua daerah. Ketika mobilitas meningkat, Barata meneruskan, antisipasi kemacetan akan bergantung pada penyesuaian jadwal dan pengaturan antrean di pelabuhan. “Pertiketan angkutan penyeberangan sedang diperketat dengan skema penjualan daring. Semoga ada keseimbangan antara muatan siang dan malam.”

Merujuk pada hasil survei Kementerian Perhubungan terhadap 10 ribu responden pada 28 Januari-18 Februari 2023, jumlah pemudik Lebaran tahun ini akan melonjak hingga 14,2 persen secara tahunan, persisnya dari 85,5 juta orang pada 2022 menjadi 123,8 juta orang. Arus kendaraan diperkirakan akan padat sejak 19 April 2023 hingga puncaknya pada H-1 Lebaran atau 21 April 2023. Pada puncak arus yang bertepatan dengan akhir pekan itu, Kementerian memprediksi adanya 17,7 juta pemudik yang bergerak secara bersamaan di berbagai moda.

Kendaraan pemudik antre memasuki Gerbang Tol Cikampek Utama di Karawang, Jawa Barat, 6 Mei 2020. ANTARA/Aprillio Akbar

Tak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, survei itu masih menunjukkan dominasi minat pemudik yang memakai kendaraan pribadi. Dari pergerakan 123,8 juta pemudik, terdapat 27,3 juta atau 22 persen pengguna mobil pribadi. Sebanyak 20,3 persen pemudik atau sekitar 25,1 juta orang juga bakal memakai sepeda motor. Adapun pangsa pengguna moda darat lainnya, seperti bus, mobil sewa atau carter, dan kereta api jarak jauh, hanya 7-18 persen dari total pergerakan pemudik.

Jumlah pemakai mobil dan sepeda motor pribadi itulah yang, menurut Barata, akan memenuhi jalur kapal feri. Bila merujuk pada prediksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk, terdapat 2,21 juta unit mobil penumpang yang akan melintasi empat gerbang tol (GT) utama di area Ibu Kota dan sekitarnya (Jabodetabek) pada musim mudik Lebaran 2023. Jumlah itu naik 2,8 persen dibanding pada Lebaran 2022. Bahkan terhitung lebih tinggi 8,4 persen dibanding pada Lebaran 2019.

Sementara itu, Direktur Komersial dan Pelayanan PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Yusuf Hadi, menjamin tak ada lagi penjualan tiket secara manual di dermaga. Konsumen perusahaan penyeberangan pelat merah itu wajib memakai Ferizy—aplikasi tiket terintegrasi—untuk pemesanan tiket. Slot pembelian sudah dibuka sejak H-60. ”Jangan harap ada tiket di pelabuhan,” kata Yusuf saat berdiskusi dengan awak media di Kementerian Perhubungan, kemarin.  

Manajemen ASDP memperkirakan volume penumpang di Pelabuhan Merak dan Ciwandan—dermaga pendukung jalur Merak-Bakauhenui—pada puncak mudik Lebaran 2023 bisa mencapai 180 ribu orang. Terdapat 184.322 calon penumpang yang diprediksi menyeberang pada saat itu. Sedangkan kendaraan yang melintas mencapai 45.312 unit. “Jumlah ini naik 20,22 persen dari realisasi puncak mudik Lebaran 2022.” Layanan mudik ASDP akan terfokus di delapan lintasan yang dilayani sembilan kantor cabang. Di seluruh trayek tersebut, terdapat 213 kapal yang melayani mudik, yang terdiri atas 58 kapal ASDP dan sisanya milik PT Pelni (Persero) dan swasta. 

Calon penumpang membeli tiket bus di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.

Pengelola Bus Meminta Kemudahan Akses 

Ketua Ikatan Pengurus Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan, mengeluhkan soal penerapan skema satu arah (one way) ke arah luar Ibu Kota yang berpotensi mengusik layanan bus. Jika diberlakukan beberapa hari menjelang puncak arus, bus yang bergerak dari luar daerah untuk menjemput pemudik akan kesulitan masuk ke dalam kota. 

Berdasarkan data IPOMI, terdapat 113 ribu bus dari berbagai varian yang siap dipakai untuk angkutan mudik. “Jangan berupa one way, tapi pikirkan juga contraflow (sistem lawan arah) khusus untuk angkutan umum,” tutur Kurnia.

Ketua Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas, menyebutkan minat penggunaan kendaraan pribadi terlalu sulit ditekan. Selain karena ongkos yang lebih murah, pemudik bisa mengatur waktu keberangkatan dengan bebas. Masyarakat pun membawa kendaraan agar bisa bergerak fleksibel di kampung halaman. “Banyak alasan orang mudik dengan kendaraan pribadi. Secara logika, sulit disaingi oleh moda umum.”

ADE RIDWAN YANDWIPUTRA | YOHANES PASKALIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus