Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SOROWAKO — Hampir setiap waktu truk-truk berukuran jumbo hilir-mudik di kawasan pertambangan nikel di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Salah satu pusat pergerakan truk itu adalah lapangan penambangan nikel Harapan East Hill, Blok Sorowako. Dari sana, ada beberapa destinasi yang mungkin ditempuh truk. Tanah yang tidak mengandung bijih nikel akan dibuang ke lokasi penimbunan, sedangkan bijih nikel akan dikirim ke stasiun penyaringan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara truk bolak-balik keluar-masuk, sejumlah alat berat tak kalah sibuknya beraksi di area penggalian. Dalam satu lokasi penggalian biasanya akan ada dua unit buldoser dan satu unit backhoe. Buldoser bertugas mengupas dan meratakan lahan, sedangkan backhoe menggali tanah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di sela kesibukan itu, tampak petugas bergerak memasang patok untuk menandai lahan yang mengandung bijih nikel sesuai dengan spesifikasi dan lahan yang masih perlu digali lebih dalam. Bijih nikel di Harapan East Hill acapkali ditemukan setelah buldoser mengupas tanah setebal 20 meter.
Hiruk-pikuk itu hanyalah sebagian kecil dari pekerjaan penambangan dan pemrosesan bijih nikel yang dilakukan PT Vale Indonesia Tbk. Bijih nikel dari area penggalian masih harus melalui beberapa pemrosesan sebelum menjadi nickel matte—produk antara berupa granular atau bulir-bulir nikel yang diekspor perseroan ke Jepang.
Untuk menjadi produk olahan, sekelompok bijih nikel harus melalui stasiun penyaringan. Setelah disaring, bijih nikel yang masih basah dibawa ke lokasi penimbunan guna didiamkan selama sekitar tiga pekan untuk selanjutnya dibawa ke pabrik dan dikeringkan sampai kadar air 30 persen.
Setelah pengeringan, bijih tersebut akan melewati kalsinasi hingga kadar airnya mendekati nol persen, baru kemudian dilebur dan dimurnikan menjadi nickel matte yang siap diekspor. Berbeda dengan penimbunan bijih nikel basah yang membutuhkan waktu tiga pekan, pemrosesan nikel di pabrik hingga siap dikirim memakan waktu tidak sampai satu hari. Saat ini, perseroan diperkirakan memproduksi 70 ribu ton nickel matte per tahun yang dijual ke Jepang.
Pabrik pengolahan nikel PT Vale Indonesia di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. TEMPO/Nita Dian
Dari tiga area konsesi kontrak karya Vale Indonesia yang tersebar di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara, aktivitas pertambangan baru dilakukan di Sorowako. Sementara itu, pertambangan di dua blok lainnya, yakni Bahodopi, Sulawesi Tengah; dan Pomalaa, Sulawesi Tenggara, baru akan dilakukan setelah pabrik pengolahannya siap. Karena itu, tercatat perseroan baru mengeksplorasi sekitar 16 ribu hektare wilayah operasi dari total luas konsesi sekitar 118 ribu hektare.
Pengembangan Blok Bahodopi dan Pomalaa
Presiden Direktur PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan perusahaan itu sudah mulai mengembangkan operasi di Blok Bahodopi dan Blok Pomalaa. Ia mengatakan proyek pabrik feronikel di Blok Bahodopi sudah mendapat persetujuan keputusan investasi final dari dewan komisaris, sehingga tahap prakonstruksi telah dimulai.
"Nilai investasi tambang dan pabrik di Bahodopi di atas US$ 2 miliar," ujar Febriany, saat ditemui di kawasan pabrik PT Vale Indonesia di Sorowako, Kamis pekan lalu. Ia mengatakan investasi untuk pertambangan akan menggunakan kas perusahaan, sementara konstruksi pabrik akan dibiayai patungan dengan mitranya, TISCO dan Shandong Xinhai Technology, dengan proporsi 49 persen berbanding 51 persen. "Kemudian kami sekarang sedang proses pembiayaan dengan bank. Target kami, 60-70 persen pembiayaan proyek berasal dari utang."
Smelter tersebut rencananya menggunakan teknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF) dan memiliki kapasitas produksi rencana sebesar 73 ribu metrik ton feronikel per tahun. Perseroan menargetkan pabrik di Morowali itu bisa beroperasi komersial pada 2025. Sebagai catatan, emiten berkode INCO itu memiliki hak konsesi kontrak karya seluas 22.699 hektare di Bahodopi. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, nikel yang diproduksi di Bahodopi salah satunya akan digunakan untuk bahan baku pembuatan baja.
Lain lagi dengan Blok Sorowako dan Bahodopi, proyek di Blok Pomalaa akan menjadi bagian dari ekosistem kendaraan listrik yang belakangan mulai populer. Vale Indonesia bersama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co., Ltd. dan produsen mobil Ford Motor Co. telah menandatangani nota kerja sama yang tidak mengikat untuk memproses bijih nikel di Blok Pomalaa.
Aktivitas pertambangan nikel di Pomala, Kolaka, Sulawesi Tenggara. Tempo/Iqbal Lubis
Kerja sama tersebut mengacu pada kerangka perjanjian yang telah disepakati antara PT Vale dan Huayou pada 27 April 2022, terkait dengan pengembangan fasilitas pengolahan high-pressure acid leaching (HPAL) di Blok Pomalaa. Total kapasitas produksi mencapai 120 ribu metrik ton kandungan nikel per tahun dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP). "Proyek ini semakin menegaskan bahwa keberadaan Indonesia dalam industri mobil listrik dunia begitu penting," ujarnya.
Beberapa pekerjaan yang sudah dilakukan saat ini di Blok Pomalaa, kata Febriany, antara lain mengurus perizinan untuk memperbesar pelabuhan guna memenuhi kebutuhan pengiriman produk nikel yang mencapai 120 ribu ton per tahun. Pasalnya, pelabuhan yang ada hanya bisa mengakomodasi kebutuhan 40 ribu ton. Perseroan juga berencana memperbaiki jalan akses menuju ke lokasi konstruksi. "Kami sedang bernegosiasi dengan para pemegang IUP (izin usaha pertambangan) karena kami akan melewati banyak IUP. Jalannya akan kami benahi," tutur Febriany.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, Vale juga berencana melakukan ekspansi di Sorowako dengan target memproduksi 60 ribu ton nikel MHP per tahun. "Di Sorowako, kami sudah selesai studi kelayakan, nanti akan ada pengumuman lagi," ujar Febriany. Ia mengatakan berbagai langkah dan investasi itu ditempuh untuk memanfaatkan potensi permintaan nikel yang akan tinggi seiring dengan mulai membesarnya pasar kendaraan listrik dunia. "Ini kesempatan yang luar biasa."
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, ke depannya, produk nikel akan terus melewati penghiliran di Tanah Air, salah satunya menjadi baterai litium pada 2024. Dengan demikian, bijih nikel yang diperoleh di Indonesia bisa dijual dengan nilai yang lebih tinggi. Ia bahkan menargetkan Indonesia menjadi salah satu produsen baterai litium terbesar di dunia.
Melansir Mining.com, The International Energy Agency (IEA) menyimpulkan bahwa industri harus membangun lebih dari 50 pertambangan litium, 60 pertambangan nikel, dan 17 pertambangan kobalt pada 2030 untuk memenuhi kebutuhan kendaraan elektrik sekaligus target net-zero emisi karbon. Pasalnya, menurut IEA, permintaan baterai kendaraan listrik diperkirakan meningkat dari sekitar 340 GWh saat ini menjadi 3.500 GWh pada 2030.
CAESAR AKBAR
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo