Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Pertamina Tambah Alokasi Investasi di Sektor Hulu

Tanpa temuan ladang minyak baru, cadangan minyak diperkirakan habis dalam 10 tahun.

24 Juli 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) berupaya menggenjot produksi minyak dengan mengalihkan mayoritas anggaran investasi ke sektor hulu minyak dan gas. Upaya ini diharapkan mampu mengerem laju penurunan produksi minyak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H. Samsu, mengatakan alokasi investasi di sektor hulu mencapai US$ 2,9 miliar, naik US$ 300 juta dari perencanaan pada awal tahun. "Ini 60 persen dari keseluruhan investasi Pertamina," kata Dharmawan, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Total investasi yang disiapkan Pertamina tahun ini mencapai US$ 4,2 miliar. Dharmawan memaparkan bahwa US$ 1,9 miliar akan disalurkan untuk kegiatan eksplorasi dan pengembangan di 98 proyek hulu migas yang dikerjakan anak usaha. Hingga April 2019, Pertamina telah mengebor 26 sumur domestik eksplorasi dan 307 sumur domestik eksploitasi.

Dana investasi juga akan digunakan untuk mengoptimalkan sumur lama. Untuk memperoleh sisa cadangan, kata Dharmawan, Pertamina perlu menggunakan metode khusus, seperti menginjeksi cairan kimia atau gas hingga membangun sumur pengembangan.

Dia mencontohkan Blok Mahakam yang produksinya menurun sekitar 57 persen pada 2017. Dengan pengeboran sumur pengembangan, PT Pertamina Hulu Mahakam sebagai operator mampu menahan penurunan laju produksi menjadi sekitar 25 persen. Pertamina menargetkan mengebor 118 sumur pengembangan di Mahakam tahun ini.

Produksi minyak Pertamina dalam lima tahun terakhir sebetulnya bergerak positif. Pada 2014, jumlahnya sebesar 270 ribu barel per hari (BOPD). Setelah sempat anjlok pada 2017, yakni 238 ribu BOPD, produksi kembali meningkat pada tahun lalu menjadi 291 ribu BOPD. Hingga pertengahan tahun ini, produksi minyak Pertamina tercatat sebesar 413 ribu BOPD.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, mengatakan produksi minyak di Indonesia tengah menurun lantaran mayoritas lapangan telah beroperasi lebih dari 25 tahun. Laju penurunan alaminya bisa mencapai 15-20 persen per tahun. "Upaya-upaya telah dilakukan hingga menahan penurunan sekitar 3 persen," katanya. Hingga semester I 2019, lifting minyak mencapai 752 ribu BOPD-angka ini sekaligus mengoreksi pemberitaan sebelumnya yang menyebut 745 ribu BOPD.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro, menyayangkan menurunnya produksi di lapangan tua itu tak dibarengi dengan temuan lapangan baru yang masif. Pasalnya, hal ini akan berdampak pada cadangan minyak yang saat ini hanya tersisa sekitar 3,1 miliar barel. "Tanpa temuan baru, cadangan kita akan habis sekitar 10 tahun lagi," kata dia.

Menurut Komaidi, pemerintah perlu segera menyelesaikan masalah klasik untuk menarik investor mencari cadangan baru di dalam negeri, seperti sulitnya pemodal mengukur risiko investasi akibat ketidakpastian perizinan dan beragam perubahan kebijakan. VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus