Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS melaporkan ekonomi kuartal tiga tumbuh lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya. Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan data pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan Singapura dan Arab Saudi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bekas pemimpin Partai Golkar itu mengatakan ekonomi melambat karena di triwulan tiga tidak ada dorongan agenda besar seperti hari raya keagamaan atau liburan sekolah, seperti dua kuartal sebelumnya. “Namun kalau kita bandingkan dengan negara lain, kita lihat Singapura juga relatif rendah di 4,1 persen, Arab Saudi 2,8 persen, dan Meksiko 1,5 persen,” ujarnya saat konferensi pers ‘Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal III 2024’ di kantornya, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa, 5 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan data historis, Ia berujar, pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga memang relatif turun dibandingkan kuartal-kuartal sebelumnya. Pemerintah berharap kuartal keempat ekonomi Indonesia bisa lebih baik.
Untuk meningkatkan laju pertumbuhan kuartal berikutnya, pemerintah bakal mengakselerasi pembangunan dan menjaga daya beli. Caranya dengan memperpanjang insentif fiskal sampai akhir tahun ini. Insetif tersebut adalah keringanan seperti Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN-DTP) untuk properti dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) untuk otomotif. Keringanan fiskal lain adalah penambahan kuota Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
Pemerintah, menurut Airlangga, sedang mempersiapkan untuk perbaikan pemanfaatan jaminan kehilangan pekerjaan. “Juga mempersiapkan pemanfaatan dana dari jaminan kecelakaan kerja dan mendorong kewirausahaan melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat).
BPS melaporkan kosumsi rumah tangga melambat, pertumbuhannya pada triwulan ketiga 2024 sebesar 4,91 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Pelaksana tugas Kepala Badan BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan pertumbuhan paling lambat terjadi di sektor pakaian dan alas kaki.
Pada triwulan sebelumnya, konsumsi tumbuh sedikit lebih tinggi yakni 4,93 persen. “Kalau kita lihat komponen yang masuk di dalam konsumsi rumah tangga ada banyak, tapi yang relatif melambat di kuartal tiga antara lain pakaian, alas kaki dan jasa perawatan,” kata Amalia dalam pemaparan rilis Pertumbuhan Ekonomi pada Selasa, 5 November 2024.
Selain itu pelambatan konsumsi juga terjadi pada sektor perumahan dan kelengkapan rumah tangga serta kesehatan dan pendidikan. Amalia berujar, meski melambat, tapi relatif terjaga jika dibanding periode sebelumnya karena nilai atau nominal konsumsi tetap lebih tinggi. Pada kuartal kedua 2024, nilai justru menurun karena ada efek musiman, bertepatan dengan Idul Fitri dan Idul Adha.