Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Sochi - Perusahaan energi nuklir Rusia, Rosatom State Corporation, menawarkan kerja sama membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) terapung untuk Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Stasiun Rosatom dapat memberi Anda pembangkit listrik tenaga nuklir terapung opsional,” kata Wakil CEO Pertama Rosatom, Kirill Komarov, dalam konferensi pers di pameran internasional Atom Expo XII di Sochi, Rusia, pada Selasa, 22 November 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Komarov mengungkapkan bahwa Indonesia telah memiliki pembangkit listrik terapung berupa kapal pembangkit listrik, yang ditempatkan di pulau-pulau. Namun, kapal pembangkit listrik tersebut masih menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas.
Sejumlah kelebihan PLTN
Meski hal tersebut baik untuk menghasilkan tenaga listrik, Komarov menyebut pembangkit listrik berbahan bakar fosil memiliki sejumlah kekurangan. “Baik batu bara dan gas tidak sepenuhnya bersih bagi lingkungan,” ujarnya. Terlebih, harga bahan bakar tersebut juga terpengaruh oleh fluktuasi di pasar global.
Menurut Komarov, perusahaannya dapat menawarkan pembangkit listrik terapung dengan reaktor nuklir. Sebab, energi nuklir merupakan sumber energi bersih dan rendah karbon. “Mereka benar-benar ramah lingkungan dan memberi Anda keuntungan dari prediktabilitas harga tertinggi,” katanya.
Dilansir dari situs Badan Pengawas Tenaga Nuklir, wacana pembangunan PLTN terapung sudah dicanangkan beberapa tahun silam. Namun hingga kini rencana tersebut belum terwujud.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada awal Juli 2022 lalu pernah menyatakan sejumlah perusahaan energi asing tertarik mengembangkan industri PLTN di Tanah Air. Tawaran kerja sama bilateral dalam hal pengembangan nuklir bukan hanya dari Rusia saja, tetapi juga sejumlah negara lain.
Selanjutnya: "Kami lihat nanti mana yang kompetitif..."
"Kami lihat nanti mana yang kompetitif dan reliable. Kebutuhan untuk nuklir baru akan dimulai tahun 2040 berdasarkan peta jalan energi yang telah kami susun," kata Arifin, Senin 4 Juli 2022.
Teknologi nuklir harus aman
Saat itu Arifin menyatakan Indonesia mempunyai bahan baku yang dibutuhkan untuk pengembangan setrum nuklir dan permintaan listrik bersih ke depan. Ia menekankan agar pemintaan listrik harus aman dan teknologi nuklir juga harus proven.
Ia memperkirakan dalam 20 tahun ke depan, makin banyak negara yang akan menerapkan dan memanfaatkan teknologi nuklir dan tentu saja teknologi nuklir tersebut akan semakin terbukti aman.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan ketertarikan perusahaan dari negaranya untuk mengembangkan industri setrum nuklir di Indonesia usai dirinya bertemu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Putin mengungkap perusahaan energi Rusia bernama Rosatom yang punya pengalaman, kompetensi, hingga teknologi bersedia terlibat dalam proyek bersama pengembangan industri energi nuklir di Indonesia.
FRISKI RIANA | ANTARA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.