Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Pesan Bos Apindo untuk Menteri Investasi Baru Rosan Roeslani

Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menitipkan pesan untuk Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani soal tren investasi padat modal yang mengakibatkan serapan tenaga kerja makin minim.

20 Agustus 2024 | 11.17 WIB

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani ketika ditemui di Kemenko Marves pada Selasa, 22 Agustus 2033. TEMPO/Riri Rahayu
Perbesar
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani ketika ditemui di Kemenko Marves pada Selasa, 22 Agustus 2033. TEMPO/Riri Rahayu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, merespons pelantikan Rosan Perkasa Roeslani sebagai Menteri Investasi/Kepala BKPM menggantikan Bahlil Lahadalia. Dia menitipkan pesan untuk Rosan, khususnya soal tren investasi padat modal yang mengakibatkan serapan tenaga kerja makin minim.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dia mengatakan, tren peralihan ke investasi padat modal memang sudah terjadi dan tidak bisa dicegah. "Kalau shifting dari padat karya kepada padat modal, itu gak bisa diapa-apain. Itu terjadi memang sudah begitu karena otomatisasi, digitalisasi dan lain-lain," katanya saat ditemui di Kantor Kementerian Investasi/BKPM pada Senin, 19 Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk itu, Shinta menyebut perlunya penciptaan lapangan kerja yang lebih cepat dan lebih luas. Mengingat, Indonesia menghadapi bonus demografi. "Dengan sisa 10 tahun yang bonus demografi kita ada, kita mesti mempercepat penciptaan lapangan pekerjaan."

Menurut dia, caranya yang pertama adalah pengembangan dari sisi industri-industri yang bisa menyerap tenaga kerja baru. Bersamaan dengan itu, juga pengembangan dari sisi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga. "Jadi, ini faktor penciptaan yang harus terus disiapkan. Karena kalau enggak, gak cukup lapangan pekerjaannya. Ini yang harus jadi satu prioritas," ujar Shinta.

Di samping itu, dia juga menyoroti perihal Incremental Capital Output Ratio (ICOR). Saat ini, ICOR Indonesia berada di level 6,8. ICOR merupakan besaran yang menunjukkan banyaknya penambahan kapasitas investasi untuk dapat meningkatkan output sebanyak satu unit satuan. "6,8 ini suatu yang sudah jadi perhatian, ya. Ini juga tentu saja gak bisa ini diselesaikan dalam waktu singkat, mungkin lebih (jangka) menengah-panjang yang harus diperbaiki," katanya.

Sementara untuk jangka pendek atau immediate, menurut Shinta yang bisa dilakukan Rosan seperti urusan perizinan. "Yang immediate itu hanya yang berkaitan mungkin dengan perizinan-perizinan yang deadlock."

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus