Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Anak usaha PLN mengoperasikan jaringan Internet broadband dengan jaringan serat optik.
PLN akan menyandingkan bisnis Internet dengan perluasan jaringan listrik di daerah.
Sejumlah kalangan mempertanyakan masuknya PLN, yang sedang terlilit utang besar, dalam bisnis Internet.
JAKARTA – PT PLN (Persero) memantapkan posisinya dalam bisnis Internet lewat anak usahanya, PT Indonesia Comnets Plus (ICON+). ICON+ mengoperasikan layanan fixed broadband Internet alias Internet cepat bernama ICONNET.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Corporate Secretary ICON+, Tetty Indrawati, mengatakan akan melebarkan jaringan ICONNET ke wilayah yang belum terjamah layanan Internet berlangganan. “Misi kami meningkatkan penetrasi jaringan Internet broadband secara nasional,” kata dia kepada Tempo, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tetty mengatakan ICONNET, yang meluncur pada akhir bulan lalu, memakai jaringan serat optik. Dia mengklaim ICONNET akan menguntungkan pengguna dari sisi harga maupun jangkauan layanan. Dalam laman situs web-nya, ICONNET baru tersedia di Jakarta dan wilayah sekitarnya. PLN akan menambah jaringan tersebut di beberapa lokasi lain di Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, serta Papua Barat.
Menurut Tetty, ICONNET bisa diakses melalui aplikasi PLN Mobile. Tahun depan, kata dia, jaringan ini ditargetkan tersambung pada jutaan rumah. “Juni ada promo bebas instalasi untuk pelanggan baru.”
Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Zulkifli Zaini, di Jakarta, 15 Januari 2021. TEMPO/Imam Sukamto.
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, mengatakan produk anak usahanya itu siap dipertandingkan dengan jaringan Internet lainnya. Sepanjang tahun lalu, kata dia, pengguna fixed broadband di Indonesia meningkat dari 12 persen menjadi 15 persen dari total 69 juta rumah tangga. Bisnis Internet ini pun bisa disandingkan dengan perluasan jaringan listrik PLN di daerah.
Vice President Corporate Communication PT Telkom Indonesia (Persero), Pujo Pramono, mengakui besarnya peluang penambahan pemain baru di industri Internet berlangganan. Hingga akhir tahun lalu, misalnya, IndiHome, milik Telkom, sudah dipakai 8,02 juta pelanggan dengan peningkatan tahunan sebesar 14,5 persen. “Kami menggaet 1,01 juta pelanggan baru pada masa pandemi.”
Untuk menghadapi persaingan, Pujo melanjutkan, IndiHome mengandalkan teknologi serat optik sepanjang 166 kilometer yang menjangkau 96,5 persen kabupaten dan kota. Layanan itu pun sampai ke beberapa pulau terluar, seperti Bintan, Karimun, Kei, Alor, Simeulue, Weh, Sebatik, Rote, dan Sabu. “IndiHome juga memberdayakan masyarakat dengan akses Wifi.id Corner (WiCo) di beberapa kota, dari Sabang sampai Merauke,” tutur dia.
Fasilitas zona Wi-Fi di Taman Kota Ria Rio, Jakarta. TEMPO/Subekti
Direktur Eksekutif Information and Communication Technology Institute (ICT), Heru Sutadi, menyarankan agar PLN berfokus pada bisnis inti kelistrikan untuk mencegah bertambahnya kerugian. Pasalnya, operator Internet membutuhkan modal besar dalam ekspansi layanan. “Untuk satu homepass saja anggarannya sekitar US$ 150,” kata dia, kemarin. Dengan asumsi kebutuhan peningkatan jaringan hingga empat kali lipat agar dapat 1 pengguna, Heru memperkirakan biayanya mencapai Rp 8,4 triliun untuk 1 juta pengguna.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat pada 3 Juni lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyebutkan PLN berutang Rp 500 triliun.
Adapun Ketua Pelaksana Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, mempertanyakan alasan ekspansi bisnis PLN. “Memangnya persoalan listrik sudah beres?” kata dia. Tulus pun meminta tarif ICONNET dipatok sesuai dengan mekanisme pasar agar konsumen tidak terjebak dengan tarif murah pada masa promosi.
Sementara itu, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Rizal Edy Halim, optimistis ICONNET menambah pilihan bagi pengguna Internet. “Kalau penyedia jasa terbatas, pilihan terbatas, daya tawar konsumen relatif rendah, isu persaingan tak sehat semakin kental.”
VINDRY FLORENTIN | YOHANES PASKALIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo