Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

PMI Manufaktur Anjlok ke Zona Kontraksi, Sri Mulyani Akan Lakukan Investigasi

S&P baru saja merilis data PMI Manufaktur Indonesia turun ke level terendah sejak 2021. Sri Mulyani akan menelusur penyebab penurunan permintaan domestik

2 Agustus 2024 | 13.54 WIB

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati setelah konfrensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, di Kantor LPS Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024. TEMPO/Ilona
Perbesar
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati setelah konfrensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan, di Kantor LPS Jakarta, Jumat, 2 Agustus 2024. TEMPO/Ilona

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemeringkat dunia, Standard & Poor's Global Ratings (S&P) telah mengumumkan data terkini Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia. Hasilnya PMI Manufaktur Indonesia anjlok ke zona kontraksi yakni 49,3 dari sebelumnya 50,7.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pihaknya akan memeriksa penyebab masalah bisnis manufaktur dalam negeri. “Kita akan melakukan investigasi sisi demand side untuk domestik,” kata dia usai konfrensi pers KSSK di Kantor LPS, Jakarta, Jumat, Agustus 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bendahara negara mengatakan penyebab lesunya manufaktur mungkin disebabkan sisi permintaan atau demand mangalami moderasi. Ia melanjutkan, kalau penyebabnya adalah adalah permintaan dalam negeri, terutama PMI manufaktur domestik, akan ditelaah apakah penurunan permintaan ini musiman atau ada kompetisi dengan barang-barang impor.

Dari sisi penjualan luar negeri, Sri Mulyani mengatakan, penyebabnya adalah kondisi ekonomi global yang memang tengah menurun. “Eskpor (menurun), terutama untuk negara-negara yang memang ekonominya mulai menunjukkkan kecenderungan melemah, seperti dari Amerika, RRT,” ujarnya.

Namun, Ia melanjutkan, Indonesia masih punya harapan terhadap India. Hanya saja, ekspor yang diunggulkan untuk ke sana bukan barang manufaktur yang mendukung kenaikan PMI. Karena penghitungan PMI Indonesia cenderung pada manufaktur tradisional seperti alas kaki dan tekstil. Sehingga yang perlu didorong adalah manufaktur produk penghiliran yang belum tercover.

Pemerintah akan terus memantau seluruh dampaknya terhadap makro ekonomi. Menkeu memaparkan, saat ini sedang terjadi anomali, permintaan konsumsi menurun namun indeks kepercayaan bisnis manufaktur tengah meningkat. 

Pelaku bisnis menurut dia tetap optimistis volume produksi akan naik seiring kondisi market yang tahun depan diharapkan menguat. “Kondisi hari ini memang melemah, tapi optimisme mereka dari sisi bisnis kepercayaan memberikan harapan sehingga kita harapkan kondisi PMI ke zona kontraktif ini sifanya sementara,” tutur Sri Mulyani.

Menyitir rilis S&P Global pada 1 Agustus 2024 si sebutkan  Manufaktur Indonesia dari S&P Global turun di bawah tanda tidak ada perubahan 50,0. Hal ini menunjukkan penurunan pada kondisi pengoperasian manufaktur. Meski menunjukkan kontraksi marginal, ini merupakan pertama kali PMI turun ke wilayah negatif sejak bulan Agustus 2021.

“Output dan permintaan baru turun pada tingkat sedang, sementara perusahaan memilih untuk mengurangi jumlah staf untuk ketiga kali dalam empat bulan terakhir,” demikian dipaparkan dalam publikasi S&P. 

Kendala pasokan tercatat sebagai faktor penghambat, meski kepercayaan diri terhadap output masa depan membaik hingga level tertinggi sejak bulan Februari. Sementara itu, inflasi harga input mereda tetapi biaya output naik pada laju lebih kuat. 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus