Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat potensi kerugian alias potential loss akibat kebakaran Bromo beberapa waktu lalu mencapai Rp 89,76 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau ujungnya, kita lihatnya 13 hari kemarin kehilangan pendapatan sekitar Rp 89.762.129.253. Itu secara total," kata Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, Nia Niscaya, dalam acara The Weekly Brief yang dipantau virtual pada Senin, 25 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai informasi, kebakaran terjadi di Bukit Teletubbies pada 6 September lalu akibat foto prewedding yang menggunakan flare atau suar. Kebakaran lalu tidak bisa terhindarkan dan baru bisa dipadamkan pada 14 September 2023.
Lebih lanjut Nia menjelaskan, ada empat variabel yang digunakan untuk menghitung potensi kerugian akibat kebakaran Bromo itu. Pertama adalah jumlah kunjungan atau kuota harian wisatawan per hari. Kedua, harga tiket atau jenis tiket. Ketiga, biaya atau spending yang dikeluarkan wisatawan ketika mengunjungi destinasi tersebut. Terakhir, lama waktu penutupan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
"Dan dua dimensinya yang dihitung oleh Kemenparekraf dari empat variabel tadi, dimensi yang pertama adalah akibat tidak ada pemasukan dari sisi tiket, potential loss tiket, kemudian dari sisi spending," ujar Nia.
Nia menuturkan, ada 121.383.809 atau 121 juta tiket yang terjual per hari. Jika, ada 121 juta tiket dan TNBTS ditutup selama 13 hari, maka ada potential loss sebanyak Rp 1,5 miliar.
Adapun spending per hari diperkirakan mencapai Rp 6,7 miliar. Dengan begitu, total loss spending selama 13 hari adalah Rp 89 miliar.
"Nah, kemudian potensial loss dalam sehari adalah sekitar Rp 6,9 miliar. Jadi intinya selama 13 hari, dari potential loss ticket dan spending jumlahnya Rp 89,76 miliar," tutur Nia.
AMELIA RAHIMA SARI