Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto mengatakan bahwa orang Indonesia pintar mencari istilah atau padanan kata yang dimaksudkan agar enak didengar. Ia memberi contoh kata prasejahtera untuk menggantikan kata miskin.
“Dia bukan miskin, dia prasejahtera. Dia sebetulnya adalah berharap meningkat ke kelas menengah, aspiring middle class, istilah ilmiahnya itu aspiring middle class, dia aspire, dia berharap ke tingkat menengah,” kata Prabowo dalam Rapat Koordinasi Nasional Legislatif PKB di Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.
“Apa artinya kalau dia berharap ke tingkat menengah? Berarti dia belum ke tingkat menengah kan? Berarti dia miskin. Pintar aja itu,” katanya.
Dia lalu mengajak semua pihak untuk tegas menyatakan kondisi yang terjadi atau tanpa mencari istilah yang enak didengar.
“Ya bilang miskin, ya, miskin gitu loh. Enggak enak, tetapi kita sebagai pemimpin harus berani melihat itu. Kita harus berani melihat kesulitan,” katanya.
Yang disebut Prabowo adalah gaya bahasa eufemisme. Menurut KBBI, eufemisme merupakan ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, dianggap dapat merugikan atau tidak menyenangkan.
Pada masa Orde Baru, gaya bahasa ini banyak digunakan untuk menggantikan sejumlah istilah seperti kenaikan harga diganti dengan penyesuaian harga.
Penangkapan seorang tersangka, diperhalus dengan istilah 'pengamanan', atau 'mengamankan' untuk menggantikan 'menangkap'.
Gelandangan yang luntang-lantung dan meringkuk di kolong-kolong jembatan atau emperan toko dicarikan istilah yang sedikit keren, yakni kaum "tuna wisma". Demikian juga dengan seorang pelacur mendapatkan julukan yang agak berkepanjangan "wanita tuna susila" atau WTS. Masih terasa kasar, diganti lagi dengan istilah 'pekerja seks komersial' atau PSK. Namun istilah tersebut hanya sampai pada istilah dan tidak menyelesaikan penyebabnya yaitu kemiskinan.
Menurut Antara, di zaman reformasi istilah eufemisme terus digunakan bahkan oleh awak media, yang menuliskan 'polisi mengamankan demonstran yang anarkis' bukan 'polisi menangkap demonstran yang anarkis'.
Pertamina termasuk yang masih menggunakan kata 'penyesuaian harga' untuk mengumumkan kenaikan harga BBM. Tapi uniknya, ketika mengumumkan penurunan harga BBM pun, mereka masih menggunakan kata 'penyesuaian harga' padahal kabar itu menggembirakan masyarakat.
Pilihan Editor Seluk-beluk Makan Bergizi Gratis, Apakah Dua Kali Sehari?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini