Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Prabowo Banggakan Rasio Pajak Orba, Begini Respons Direktorat Jenderal Pajak

Respons Direktorat Jenderal Pajak terhadap pernyataan Prabowo Subianto yang membanggakan rasio pajak era Orba.

25 Maret 2024 | 10.29 WIB

Calon Presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam acara buka puasa bersama DPP PAN di Jakarta, Kamis 21 Maret 2024. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan buka puasa bersama pertama usai Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diputuskan oleh KPU dalam Keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 menjadi pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih. ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga
Perbesar
Calon Presiden terpilih Prabowo Subianto memberikan sambutan dalam acara buka puasa bersama DPP PAN di Jakarta, Kamis 21 Maret 2024. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan buka puasa bersama pertama usai Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka diputuskan oleh KPU dalam Keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 menjadi pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih. ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (DJP Kemenkeu) merespons pernyataan Prabowo Subianto yang membanggakan rasio pajak (tax ratio) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) era Orde Baru (Orba) yang menyentuh 14 persen. DJP Kemenkeu berkomitmen tetap menjalankan reformasi perpajakan agar dapat meningkatkan tax ratio.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Dalam mengumpulkan penerimaan pajak yang pada akhirnya akan berdampak pada  tax ratio, DJP terus melanjutkan reformasi perpajakan," kata Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat DJP Kemenkeu, Dwi Astuti, dalam keterangan tertulisnya kepada Tempo, Ahad, 24 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Astuti menjelaskan, reformasi perpajakan merupakan upaya DJP Kemenkeu yang menyangkut perbaikan dan adaptasi sistem perpajakan terhadap perkembangan dunia internasional. Langkah itu, jelas Astuti, tak pernah berhenti dilakukan oleh DJP Kemenkeu. 

Lebih lanjut, Astuti menjelaskan bahwa ada lima pilar utama yang menjadi prioritas reformasi perpajakan, yakni organisasi, sumber daya manusia, teknologi informasi dan basis data, proses bisnis, serta regulasi. 

"Reformasi perpajakan yang dilakukan DJP diharapkan tidak hanya meningkatkan tax ratio, namun juga peningkatan kepatuhan pajak," tuturnya. 

Kemudian, Astuti menjabarkan bahwa setidaknya ada sejumlah faktor yang menentukan besaran tax ratio, antara lain struktur ekonomi suatu negara, kebijakan  perpajakan, dan kapasitas otoritas pajak dalam mengumpulkan penerimaan.

Perhitungan tax rasio, Astuti menyampaikan, dilakukan dengan membandingkan jumlah pajak yang dikumpulkan oleh negara dengan PDB pada tahun bersangkutan. Perhitungan tax rasio tiap negara, jelas Astuti, dapat berbeda satu sama lain. 

Astuti menjelaskan, perhitungan tax ratio Indonesia umumnya dilakukan dengan dua cara, yakni secara sempit dengan membandingkan jumlah pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah pusat saja dengan PDB.

Selain itu, perhitungan tax rasio secara luas dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak pusat, pajak daerah, kepabeanan dan cukai, serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sumber daya alam terhadap PDB. 

Sebelumnya, Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Prabowo Subianto, yang telah ditetapkan sebagai pemenang Pilpres 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), sempat membanggakan rasio penerimaan pajak (tax rasio) terhadap PDB era Orba yang menyentuh 14 persen. Pernyataan tersebut diungkap Prabowo saat menghadiri acara Buka Bersama DPP PAN di Kalibata, Jakarta Selatan, pada Kamis, 21 Maret 2024. 

“Di Orde Baru pernah 14 persen. Kenapa sekarang turun? Sekarang Thailand kalau tidak salah sudah 16 persen, Malaysia sekitar itu 15 persen, Kamboja mungkin lebih,” tutur Prabowo.

Menteri Pertahanan itu juga menyinggung perihal penerimaan rasio pajak saat ini yang turun ke angka 10 persen. Dia bahkan membandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

“Nah kenapa kok kita hanya 10 persen, bedanya apa orang Thailand, Malaysia, Kamboja, sama kita? Bedanya apa? Kulit sama, warna rambut sama, jadi ada apa? Apa kita lebih bodoh? Atau lebih malas?" ujar Prabowo.

SAVERO ARISTIA WIENANTO | ADINDA JASMINE PRASETYO



Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus