Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto menyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa meningkat pada lima tahun pemerintahannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
”Kalau saya optimistis kita bisa mencapai 8 persen,” kata Prabowo saat menyampaikan sambutan dalam Peluncuran Geoportal Kebijakan One Satu Peta, di Jakarta, Kamis, 18 Juli 2024 yang dipantau daring.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemimpin Partai Gerindra tersebut mengatakan telah bertaruh dengan menteri di sebuah negara. Jika di bawah kepemimpinannya Indonesia meraih pertumbuhan delapan persen, Prabowo akan dibelikan makan malam. Prabowo yakin hal itu dapat diraih karena potensi dan kekayaan Indonesia cukup besar.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi mengatakan ada beberapa tantangan untuk mencapai target tersebut. “Ambisi Presiden terpilih Prabowo Subianto yang menginginkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8 akan sulit tercapai, bila permasalahan struktural ekonomi Indonesia tak dibenahi,” ujar Ibrahim lewat pernyataan tertulis, Selasa, 23 Juli 2024.
Stagnannya pertumbuhan ekonomi itu, menurut Ibrahim, dipicu oleh tak terjaganya daya beli masyarakat Indonesia, khususnya kelas menengah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mayoritas memang masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Hingga 2023, porsi konsumsi masyarakat terhadap laju pertumbuhan ekonomi mencapai 53,18 persen. Pada kuartal I 2024 bahkan porsinya membengkak menjadi 54,93 persen.
Selanjutnya: Ibrahim berujar, selama dua periode Presiden Joko Widodo atau Jokowi....
Ibrahim berujar, selama dua periode Presiden Joko Widodo atau Jokowi menjabat, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5 persen. Target Jokowi saat masa kampanye Pilpres pada 2014 silam pun tak pernah tercapai, yakni membuat ekonomi Indonesia tumbuh 7 persen.
Pada 2015 atau tahun pertama Jokowi efektif menjalankan roda pemerintahan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 4,8 persen. Secara tahunan atau year on year (yoy), pertumbuhan ekonomi bahkan melambat dibandingkan 2014, yakni 5,02 persen.
Ibrahim melanjutkan pada 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mampu kembali ke level 5,03 persen. Lalu pada 2017 sebesar 5,07 persen. Tahun berikutnya naik ke level 5,17 persen. Namun 2019 kembali ke level 5,02 persen. Dan pada 2020 atau saat pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia terkontraksi hingga minus 2,07 persen.
Ekonomi Indonesia mulai kembali bergeliat dengan pertumbuhan sebesar 3,7 persen pada 2021. Tahun selanjutnya, yakni 2022, naik menjadi 5,31 persen. Sementara ekonomi pada 2023 hanya mampu bergerak ke level 5,05 persen dan pada paruh awal 2024 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,11 persen.