Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pasar modal Tanah Air bakal kedatangan tujuh calon emiten anyar pada awal 2024.
Tujuh calon emiten baru berasal dari sektor yang berbeda-beda, mulai dari konstruksi, logistik, manufaktur, hingga pertambangan.
Sentimen pemilu dinilai akan memiliki imbas pada perolehan dana IPO di pasar modal
JAKARTA - Pasar modal Tanah Air bakal kedatangan tujuh calon emiten anyar pada awal 2024. Perusahaan-perusahaan yang antre masuk ke Bursa Efek Indonesia itu adalah Asri Karya Lestari (ASLI), Manggung Polahraya (MANG), Citra Nusantara Gemilang (CGAS), Samcro Hyosung Adilestari (ACRO), Multi Spunindo Jaya (MSJA), Adhi Kartiko Pratama (NICE), dan Sinergi Multi Lestarindo (SMLE).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Emiten-emiten itu bergerak di enam sektor yang berbeda. ASLI dan MANG, misalnya, berfokus di bidang jasa konstruksi. CGAS berkecimpung di bidang distribusi dan gas alam. ACRO adalah produsen perekat velcro dan webbing tape. MSJA merupakan produsen kain non-woven alias kain yang tidak melalui proses tenun atau rajut. NICE berurusan di bidang pertambangan bijih nikel laterit. Sedangkan SMLE bergerak di bidang industri bahan baku makanan dan minuman, perawatan diri, serta industri barang kimia.
Asri Karya Lestari
Dilihat lebih rinci, ASLI, yang merupakan kontraktor umum serta penyewaan mesin dan alat berat, pernah mengerjakan proyek konstruksi di Kedutaan Besar Australia di Jakarta, jalan tol layang Sheikh Mohammed bin Zayed, serta gerbang tol Cibitung. Beberapa perusahaan yang pernah menjadi klien perseroan ini adalah PT Hutama Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Pada paruh pertama 2023, perseroan membukukan laba bersih Rp 10,75 miliar dari pendapatan sebesar Rp 82,61 miliar. Besaran laba tersebut tumbuh 22,4 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Dengan kinerja tersebut, perseroan menawarkan 1,25 lembar atau 20 persen saham dengan harga Rp 100-130 per lembar. Perseroan membidik dana Rp 162,5 miliar dari penawaran umum perdana saham ini yang 50,79 persennya akan digunakan untuk modal anak perusahaan dan 49,21 persen untuk modal kerja perusahaan.
Manggung Polahraya
Calon emiten lain yang bergerak di bidang konstruksi adalah MANG. Namun jasa yang ditawarkan Manggung Polahraya sedikit berbeda dari ASLI. Selain menawarkan jasa konstruksi gedung, perseroan bergerak di pembangunan infrastruktur jalan, termasuk produksi aspal hot mix dan beton ready mix. Beberapa proyek yang dikerjakan perusahaan adalah pembuatan tangki reservoir Bandara Kualanamu dan proyek pembangunan perumahan Green Kemiling.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manggung Polahraya terlibat dalam proyek renovasi Menara Siger Tahap 1 Area Siger Cultural Park Kawasan Bakauheni Harbour City (BHC) di Lampung, Sumatera, 7 Juli 2022. TEMPO/Subekti
Hingga pertengahan tahun ini, perseroan mencetak pendapatan Rp 34,88 miliar. Bisnis konstruksi gedung dan bangunan menyumbang mayoritas pendapatan alias 40,65 persen. Penjualan aspal menyumbang pendapatan 39,6 persen. Sementara itu produksi beton ready mix dan pembangunan infrastruktur jalan menyumbang masing-masing 11,74 persen dan 8,01 persen.
Total ada 762,5 juta lembar atau 20 persen saham yang ditawarkan kepada publik dengan harga Rp 90-110 per lembar. Perseroan menargetkan meraup dana maksimum Rp 83,9 miliar untuk modal kerja perseroan. Dalam IPO ini, perseroan juga menerbitkan 228,75 juta waran seri I yang menyertai saham baru. Waran ini akan diberikan gratis dengan rasio 10:3. Artinya, setiap pemegang 10 lembar saham perseroan akan mendapat tiga waran seri 1.
Citra Nusantara Gemilang
Beralih ke sektor lain, ada CGAS sebagai distributor dan pedagang gas alam. Perseroan memiliki jaringan distribusi yang mencakup Palembang, Sumatera Selatan; Cikarang, Jawa Barat; Grobogan, Jawa Tengah; dan Sidoarjo, Jawa Timur. Pada penawaran umum saham mendatang, perseroan akan melepas 30 persen atau 531,4 juta lembar saham dengan harga Rp 284-338 per lembar.
Potensi dana yang dihimpun paling besar Rp 179,6 miliar. Duit itu 90 persen akan digunakan untuk pembangunan stasiun LNG di Galian Field Tambun Zone Regional 2. Pembangunan rencananya dilakukan pada kuartal I 2024 setelah memperoleh izin alokasi gas dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Adapun 10 persen dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja perusahaan. Perseroan menawarkan waran dengan rasio 2:1.
Samcro Hyosung Adilestari
Calon emiten lainnya adalah ACRO. Perusahaan ini memproduksi perekat velcro dan webbing tape yang biasa digunakan untuk berbagai perabotan, seperti sarung tangan, sepatu, serta pengikat kabel. Berdasarkan pantauan Tempo, perseroan berhasil membukukan laba bersih Rp 4,1 miliar pada semester I 2023 alias tumbuh hingga 141 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu.
Perseroan menawarkan 694 juta lembar saham dengan harga Rp 103-108 per lembar. Potensi dana sebesar Rp 74,9 miliar dari IPO tersebut rencananya dialokasikan untuk beberapa keperluan. Misalnya 30 persen untuk pembelian mesin, 10 persen untuk pembayaran utang, 15 persen untuk penyewaan gudang serta pembelian kendaraan operasional dan peralatan gudang di Jawa Tengah/Jawa Timur. Sementara itu, sisanya, 45 persen, untuk modal kerja perusahaan. Perseroan akan memberi waran dengan rasio 3:1.
Pabrik tekstil non-woven Multi Spunindo Jaya di Sidoarjo, Jawa Timur. Dok. Multi Spunindo Jaya
Multi Spunindo Jaya
Emiten lainnya yang bergerak di bidang manufaktur adalah MSJA. Perusahaan ini memproduksi produk tekstil non-woven untuk bahan baku produk jadi, misalnya untuk berbagai produk bidang kesehatan, kemasan, pakaian, dan aplikasi lainnya. Hingga pertengahan tahun ini, perseroan mencatat penjualan hingga Rp 563,78 miliar. Perseroan pun mencetak laba bersih sekitar Rp 56,42 miliar.
Perseroan bakal menawarkan 882,4 juta lembar saham dengan harga Rp 250-350 per lembar. Potensi dana yang mencapai maksimum Rp 308,8 miliar sebanyak 40 persen akan digunakan untuk belanja mesin dan pembangunan gedung pabrik. Sementara itu 30 persen akan digunakan untuk pembayaran utang bank dan sisanya untuk modal kerja perusahaan.
Sinergi Multi Lestarindo
Emiten berikutnya adalah SMLE yang bergerak di bidang industri bahan baku untuk makanan dan minuman, perawatan diri, serta bahan kimia. Perseroan akan menawarkan 230 juta lembar saham dengan harga Rp 200-210. Perseroan juga akan memberi waran dengan rasio 2:1. Rencananya dana senilai maksimum Rp 48,3 miliar yang diraup perusahaan digunakan untuk membeli gedung sebesar Rp 1 miliar. Selanjutnya dana sebesar Rp 3,4 miliar akan digunakan untuk mengembangkan laboratorium riset dan pengembangan. Sisanya digunakan untuk modal kerja.
Adhi Kartiko Pratama
Sementara itu, calon emiten NICE bergerak di bidang pertambangan nikel laterit. Perseroan menguasai area konsesi sebesar 1.975 hektare di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Pada 2022, perseroan mencatat produksi perusahaan mencapai 1,4 juta metrik ton bijih nikel. Dari sisi laba, perseroan membukukan Rp 40,55 miliar pada semester I 2023.
Pada penawaran umum ini, perseroan menawarkan 20 persen saham existing atau sekitar 1,2 miliar saham dengan harga Rp 430-540 per lembar. Dana IPO maksimum Rp 644,7 miliar rencananya tidak masuk ke kantong perusahaan, melainkan untuk pemilik saham sebelumnya lantaran penawaran umum itu berbentuk divestasi saham pengendali.
Analis riset Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, melihat sektor yang menjadi pilihannya pada tahun depan sejatinya adalah perbankan dan properti. Namun, jika meninjau tujuh emiten yang akan melantai pada awal tahun itu, perusahaan di bidang infrastruktur ada kemungkinan akan mendapat dorongan sentimen positif lantaran beberapa sentimen.
"Didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga, proyek Ibu Kota Negara Nusantara dan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik," ujar Arjun kepada Tempo, akhir pekan lalu. Ia mengatakan faktor-faktor tersebut sangat mendukung sektor infrastruktur dan berpotensi mendorong sentimen terhadap saham emiten infrastruktur.
Dari sisi teknikal, analis senior informasi investasi Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan indeks yang patut dicermati pada tahun depan adalah IDX Infrastructure, IDX Technology, dan IDX Financial. Sedangkan sektor yang perlu dihindari adalah IDX Basic dan IDX Energy karena sedang dalam pelemahan.
Menurut Nafan, berbagai sentimen yang patut diwaspadai investor pada tahun depan adalah sentimen suku bunga bank sentral dunia dan faktor pemilu. "Investor harus perhatikan bagaimana rencana pengenduran suku bunga berbagai negara serta pemilu yang terjadi tahun depan di AS dan di Indonesia," katanya.
Memiliki pandangan berbeda, analis dan pendiri Traderindo, Wahyu Tri Laksono, masih menjagokan calon emiten yang bergerak di bidang energi dan komoditas. Musababnya, menurut dia, lini usaha ini masih sangat prospektif dan strategis ke depan. Sementara itu, sektor yang berada di urutan kedua adalah konsumer. "Makanan, minuman, atau produk rumah tangga selalu dibutuhkan masyarakat. Karena itu, kinerja saham di sektor non-cyclicals pun dapat tetap stabil sekalipun dihantam berbagai kondisi ekonomi," ujarnya.
Adapun konstruksi, menurut Wahyu, masih menarik ketika kondisi ekonomi Indonesia cukup stabil dan kondusif pasca-masa pandemi. Jika kondisi stabil ini tetap terjaga, termasuk pasca-pemilu nanti, sektor ini pun patut dicermati. "Pasc-pemilu biasanya berbagai kegiatan pembangunan nasional akan dipacu."
Pengamat pasar modal Reza Priyambada sepakat bahwa sentimen pemilu akan memiliki imbas pada perolehan dana IPO di pasar modal. "Sentimen pemilu bisa berimbas positif ataupun negatif kepada market," ujarnya. Namun ia mengatakan faktor utama keberhasilan emiten melantai di bursa adalah jika perseroan bisa memberikan kinerja dan prospek yang baik ke depan. Perseroan juga harus menggunakan dana IPO sesuai dengan rencana. "Itu semua akan mempengaruhi kepercayaan pelaku pasar."
CAESAR AKBAR
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo