Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Prospera Sebut Pentingnya Kompensasi untuk Kelompok Rentan yang Terdampak Perubahan Iklim

Program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Perekonomian (Prospera) sebut pentingnya kompensasi untuk kelompok rentan yang terdampak perubahan iklim.

25 September 2023 | 10.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan meluncurkan perdagangan karbon melalui bursa karbon pada 26 September 2023 mendatang. Hal ini menandai babak baru upaya besar Indonesia dalam pengurangan emisi gas rumah kaca atau net zero emission pada 2060.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berkaitan dengan hal tersebut, Direktur Program Kemitraan Indonesia-Australia untuk Perekonomian (Prospera) David Nellor mengatakan bahwa masa depan harus berkelanjutan, di mana hal ini harus inklusif dan mendukung berbagai peluang pekerjaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kita tahu bahwa  perubahan akan terjadi dan yang kita inginkan adalah perubahan yang berkelanjutan,” ujar David dalam acara OJK International Research Forum (IRF) pada Senin, 25 September 2025. 

David kemudian mengungkap bahwa terdapat beberapa prinsip yang bisa memandu untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan. “Pertama, pasar karbon adalah langkah dasar agar kita bisa melakukan transisi dan kita ingin ada harga karbon yang dikembangkan,” katanya. Hal ini agar tercermin biaya ekonomi yang sesungguhnya, bukan hanya dari sektor swasta. 

Kedua, adalah bagaimana melakukan transisi yang adil. “Untuk memastikan hal ini, kita perlu memberikan kompensasi untuk kelompok rentan yang terdampak dari perubahan iklim yang tidak bisa mengelola sumber daya sendiri,” ucap David. Ia mengungkap perubahan ini sangat signifikan dan substansial sehingga relasi sosial harus dibangun agar transisi yang adil dan setara akan mudah direalisasikan. 

Selanjutnya, adalah bagaimana memanfaatkan sumber daya dan kekayaan Indonesia semaksimal mungkin. Hal ini dikarenakan harga karbon semakin tinggi. Indonesia diketahui memiliki lebih dari 25 juta hektar hutan tropis dan diperlukan mengambil langkah penting untuk mensukseskan perubahan berkelanjutan.

“Kita juga harus menyediakan atau mengembangkan dana pembangunan untuk itu. Untuk itulah kita harus memikirkan bagaimana peran pasar karbon tidak hanya dari sisi kepatuhannya, tapi juga sisi pengembangannya,” kata David. 

Menurutnya, tidak boleh ada pertentangan antara pembangunan dan berkelanjutan. Keduanya harus berjalan selaras. “Salah satu keuntungan dari pasar karbon ini adalah memungkinkan pemerintah untuk menentukan target dan jalur yang akan ditempuh untuk memperoleh target tersebut,” ujar David. 

Ia mengatakan bahwa perubahan ini harus dilakukan secara bertahap sehingga bisnis dan sektor keuangan mengetahui apa yang akan terjadi di masa mendatang. “Bukan berarti kita harus melakukan semuanya hari ini, tapi kita harus menetapkan jalannya, jalur apa yang kita tempuh menuju target tersebut,” kata David. 

Menurutnya, semua unsur-unsur dari pasar adalah unsur-unsur praktis yang bisa membantu kita membentuk jalur yang ingin ditempuh untuk mencapai perubahan yang berkelanjutan. 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus