Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pencairan subsidi tambahan pupuk masih dalam proses.
PT Pupuk Indonesia berfokus menyalurkan 1,1 juta ton stok pupuk bersubsidi yang sudah tersedia.
Keterbatasan pupuk bersubsidi dan tingginya harga pupuk nonsubsidi membuat produksi padi menurun.
JAKARTA — PT Pupuk Indonesia (Persero) optimistis bisa memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi sebelum masa tanam tahap pertama pada April mendatang berakhir. Sebagian stok perusahaan siap disalurkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pupuk Indonesia berkewajiban menyalurkan 4,7 juta ton pupuk bersubsidi pada tahun ini. Pemerintah sebenarnya menambah alokasinya sebanyak 2,5 juta ton. Namun Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, mengatakan subsidi tambahan masih dalam proses. "Sambil menunggu, yang sudah ada kami salurkan dulu ke petani semaksimal mungkin," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa, 12 Februari lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dimintai konfirmasi ulang mengenai stok tambahan ini, kemarin, Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia Wijaya Laksana menuturkan persiapan pengadaannya masih berlangsung. Saat ini perusahaan berfokus menyalurkan 1,1 juta ton stok pupuk bersubsidi yang sudah tersedia di gudang-gudang di kabupaten dan distributor. "Sudah siap disalurkan," katanya kepada Tempo.
Secara bertahap, stok pupuk bersubsidi di lapangan bakal terus ditambah. Dalam periode penyaluran teranyar, pemerintah mengizinkan petani mengambil jatah pupuk setahun lebih awal.
Wijaya menyebutkan kapasitas perusahaan lebih dari cukup untuk menambah stok pupuk bersubsidi. Perusahaan mampu memproduksi pupuk sebanyak 14,6 juta ton per tahun. "Dari segi kemampuan produksi dan pasokan, Pupuk Indonesia sanggup memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi."
Jauh dari Kebutuhan Petani
Pemerintah menyiapkan tambahan alokasi pupuk bersubsidi setelah mengalihkan anggaran belanja kementerian dan lembaga lewat automatic adjustment sebesar Rp 14 triliun. Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto berujar alokasi ini penting untuk meningkatkan produksi tanaman pangan, khususnya padi. "Pupuk penting karena musim tanam yang lalu tertunda," tuturnya.
Keterlambatan musim tanam terjadi akibat fenomena El Nino. Kekeringan membuat petani tak berkutik. Ditambah dengan masalah menyusutnya lahan bertani, keterbatasan pupuk bersubsidi dan tingginya harga pupuk nonsubsidi membuat produksi padi menurun. Badan Pusat Statistik mencatat total produksi beras pada 2023 hanya 30,89 juta ton, lebih rendah dari 2022 yang sebanyak 31,54 juta ton.
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih mengatakan stok pupuk bersubsidi yang terbatas punya andil dalam mendongkrak kenaikan ongkos produksi. Itu sebabnya, harga gabah di tingkat petani sudah naik melebihi Rp 8.000 per kilogram. Kondisi ini mengerek naik harga jual beras di pasaran. Berdasarkan pantauan Tempo di kawasan Bandung, Cimahi, serta Cirebon, Jawa Barat, misalnya, harga beras berkualitas premium sudah lebih dari Rp 16 ribu per kilogram. Padahal harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah hanya Rp 13.900 per kilogram.
Masalahnya, harga acuan pembelian (HAP) yang ditetapkan pemerintah maksimal hanya Rp 5.500 per kilogram. "Bulog, sebagai badan penyangga pangan, tidak bisa membeli karena harganya di atas HAP," kata Henry.
Baca juga:
Harga Gabah Masih Akan Tinggi
Ketua Pusat Perbenihan Nasional DPP Serikat Petani Indonesia Kusnan memperkirakan harga gabah masih tinggi. Pasalnya, alokasi pupuk bersubsidi terbatas 7,2 juta ton. Sementara itu, dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) pupuk bersubsidi 2024, angka permintaannya mencapai 10,7 juta ton.
Kusnan juga mencatat ada kendala saat menebus pupuk bersubsidi. Saat ini pemerintah bersama Pupuk Indonesia tengah menguji coba aplikasi digital iPubers untuk memastikan penyaluran tepat sasaran. "Tapi di beberapa wilayah ada yang tidak bisa mendapat jaringan Internet," ujarnya. Kondisi ini membuat petani yang mayoritas sudah berusia lanjut harus menempuh perjalanan jauh menuju distributor untuk mengklaim subsidi.
Di sisi lain, harga pupuk nonsubsidi masih tinggi. "Harganya bisa 2-3 kali lipat lebih mahal dari pupuk nonsubsidi," tuturnya. Sementara itu, tidak semua petani mampu membelinya. Pemanfaatan pupuk organik pun masih terbatas karena butuh pelatihan buat petani meracik material yang pas hingga dukungan modal dan perizinan produksi.
Pupuk nonsubsidi yang dijual di gudang PT Pupuk Indonesia Gudang Lini III-Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, 4 Februari 2024. ANTARA/Fakhri Hermansyah
Khudori, pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, mengatakan penting untuk memastikan penyaluran pupuk subsidi tahun ini tepat waktu. Tak hanya untuk tahap pertama, musim tanam tahap kedua dan ketiga juga perlu dipastikan pasokannya. Selain itu, pemerintah dan Pupuk Indonesia perlu memudahkan klaim subsidi lantaran saat ini belum semua daerah punya kios penyalur pupuk. "Ketika tidak ada kios, petani harus mengakses pupuk agak jauh ke distributor," tuturnya.
Dia menambahkan, jumlah pupuk bersubsidi yang terbatas dan tingginya harga pupuk nonsubsidi bisa mempengaruhi produksi tanaman pangan, khususnya beras. Adapun faktor penentu lainnya adalah ketersediaan air. "Kalau tidak ada itu, tidak bisa apa-apa," ujarnya. Antisipasi fenomena alam seperti El Nino juga penting untuk menjaga produksi di dalam negeri.
VINDRY FLORENTIN | DANIEL A. FAJRI | RIRI RAHAYU
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo