Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Ramai Kritik Hilirisasi Nikel Dianggap Lebih Untungkan Cina, Ini Tanggapan Stafsus ESDM

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengatakan keuntungan nilai tambah hilirisasi nikel di Indonesia selama ini lebih banyak tersalur ke Cina.

11 Mei 2024 | 08.47 WIB

Pekerja saat melakukan aktivitas produksi Nikel Sulfat di PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), Pulau Obi, Maluku Selatan, 17 Juni 2023. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) melalui entitas asosiasinya, PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), resmi melakukan ekspor perdana nikel sulfat pada hari ini, Jum'at, 16 Juni 2023. Sebanyak 5.584 ton nikel sulfat yang dikemas dalam 290 kontainer siap dikapalkan ke salah satu mitra bisnis NCKL yang berada di China. Ini sekaligus menjadi tonggak pencapaian baru bagi NCKL dalam lingkar bisnis hilirisasi nikel. Nikel sulfat hasil pemurnian di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara ini akan digunakan dalam produksi baterai lithium dengan kandungan nikel yang tinggi. Di masa mendatang, penggunaan baterai litium jenis ini akan terus meningkat, terutama dalam industri kendaraan listrik. TEMPO/Subekti.
Perbesar
Pekerja saat melakukan aktivitas produksi Nikel Sulfat di PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), Pulau Obi, Maluku Selatan, 17 Juni 2023. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) melalui entitas asosiasinya, PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), resmi melakukan ekspor perdana nikel sulfat pada hari ini, Jum'at, 16 Juni 2023. Sebanyak 5.584 ton nikel sulfat yang dikemas dalam 290 kontainer siap dikapalkan ke salah satu mitra bisnis NCKL yang berada di China. Ini sekaligus menjadi tonggak pencapaian baru bagi NCKL dalam lingkar bisnis hilirisasi nikel. Nikel sulfat hasil pemurnian di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara ini akan digunakan dalam produksi baterai lithium dengan kandungan nikel yang tinggi. Di masa mendatang, penggunaan baterai litium jenis ini akan terus meningkat, terutama dalam industri kendaraan listrik. TEMPO/Subekti.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Belakangan ini ramai kritik hilirisasi nikel yang dianggap lebih menguntungkan Cina. Merespons hal itu, Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Tata Kelola Minerba, Irwandy Arif mengatakan Indonesia adalah negara non-blok untuk investasi smelter nikel. “Jadi kita siap menerima kerja sama dengan negara manapun,” ujarnya kepada Tempo 10 Mei 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Irwandy membenarkan bahwa pemilik smelter nikel di Indonesia memang didominasi perusahaan dari negeri Tiongkok. “Perusahaan Cina memang pemilik sebagian besar di Smelter Nikel Indonesia,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Irwandy Cina sangat agresif menawarkan teknologi smelter mereka. Teknologi yang ditawarkan berupa Rotary Kiln-Electric Furnace atau RKEF yang mengolah bijih nikel hingga menjadi nickel pig iron (NPI) untuk pembuatan besi dan baja. Ada pula teknologi High Pressure Acid Leaching atau HPAL untuk pemurnian nikel limonit untuk produk baterai listrik.

Selain teknologi, investor Tiongkok datang sekaligus menawarkan pendanaan. Menurut dia negara-negara lain tentunya harus siap berkompetisi di Indonesia.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gajah Mada atau UGM, Fahmy Radhi mengatakan keuntungan nilai tambah hilirisasi nikel di Indonesia selama ini lebih banyak tersalur ke Cina. “Sejak muncul larangan ekspor mentah dan hilirisasi memang makin banyak investor di smelter, tapi sebagian besar dari Cina, jadi nilai tambahnya dinikmati negara tersebut,” kata dia 10 Mei 2024.

Selain itu, ia menilai perkembangan hilirisasi nikel belum menunjukan hasil yang maksimal karena yang diekspor baru sebatas NPI dan Feronikel karena belum terbentuk industri hilir batrai listrik. Menurut dia, kebijakan hilirisasi nikel dan komoditas mineral lainya sudah benar, hanya saja belum ada peta jalan yang secara jelas menggambarkan industri dari hulu sampai hilir. Saat program hilirisasi mencuat ia berharap para penambang bisa secara mandiri atau konsorsium membuat smelter.

Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengatakan hal senada. Menurut dia pengambil keuntungan terbesar dari bisnis hilirisasi nikel adalah Cina. Ia mengatakan sebagian besar pabrik pemurnihan nikel bekerja sama dengan negara tersebut. “Nilai tambahnya 90 persen ke Cina, secara ekonomi kita rugi,” kata Faisal di temui di acara Jatam, di Jakarta Pusat, 4 Mei 2024.

Menurut dia pemerintah wajib melakukan analisis ekonomi terkait bisnis nikel di Indonesia, karena kerusakan alam akibat aktivitas pertambangan juga tidak masuk kalkulasi ekonomi. “Itu seharusnya masuk kerugian, tapi selama ini tidak pernah dihitung,” ujarnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus