Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BENARKAH ongkos telepon turun? Benar. Juga tidak benar.
Seperti diumumkan Menteri Perhubungan Rusmin Nurjadin 30 April
yang lalu, ongkos pasang telepon diturunkan dari Rp 500.000
menjadi Rp 350.000. Tapi itu euma di Jakarta. Sementara itu,
mulai pekan ini uang langganan tiap bulan naik dari Rp 1.000
menjadi Rp 2.500.
Meskipun demikian, berita ongkos pasang yang turun itu berhasil
juga membangkitkan semangat pasang telepon Kantor pemasaran
Wilayah Telckomunikasi IV Jakarta, di jalan megah Thamrin, sejak
tiga pekan terakhir penuh sesak. Sebuah sumber di sana
mengatakan kenaikan itu meningkat 100% lebih setiap minggunya.
Pra-penurunanongkos, hanya 300 nomor saja yang diminta tiap
minggu. Kini jumlah permintaan itu mencapai tak kurang dari 50
nomor.
Di luar Jakarta, ongkos pemasangan tak diturunkan. Di Yogya,
misalnya, harga tetap: Rp 112.800 -- lebih rendah ketimbang
ongkos di Jakarta menurut tarif baru. Sementara itu, permintaan
lebih besar dibarlding jaringan yang ada.
Memang, nornor telepon ada dalam jumlah cukup, 7.000 Line Unit.
Yang terpakai baru 4.000 Line Unit. Tapi kabel yang ditanam di
Yogya hanyalah jaringan dari tahln 1971 -- yang berkarasitas
2.000 Line Unit. Tak heran bild ada sekitar 3.000 meminta nomor
yang lama menanti. Saking tak sabarnya, beberapa pemohon
menyatakan berani membayar Rp 1 juta asal dapat telepon.
Di Medan, tiap tahun langganan telepon bertambah 4.000. Kini di
Medan rerdapat 16.000 langganan. Permintaan baru belum
terpenuhi, kata Roesno kepala Kantor Telepon Medan, karena
fasilitas terbatas.
Dengan melihat keadaan Yogya dan Medan saja, nampak bahwa
Jakarta memang istimewa. Di ibukota ini tersedia 210.000
saluran. Yang sudah terjual masih kurang dari separuhnya. Dari
sisanya dipasarkan 40.000 nomor, untuk segera disusul dengan
66.000 nomor lagi. Daerah perumahan nampaknya akan lebih mudah
memperolehnya. Sebab daerah perdagangan justru saat ini sudah
kehabisan jatah.
Dari derasnya permintaan pasang, Perum Telkom berharap
pendapatan akan naik karena jumlah percakapan diperhitungkan
akan meningkat. Kan yang bisa ngomong via telepon bakal lebih
banyak? Juga tarif pulsa yang sekarang, Rp 40 untuk tiap pulsa,
tetap akan dipertahankan. Tarif itu dianggap sudah memadai untuk
Jakarta. Perum Telkom kini rupanya optimistis dengan angka-angka
rupiah yang rendah tapi dapat dihimpun dari banyak pelanggan
itu. "Bisnis telekonunikasi memang bisnis sen-senan yang bisa
jadi milyaran rupiah," kata Musyafri Efendi dari Hubungan
Masyarakat Perumtel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo