Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ramai-ramai potong produksi

Hasil sidang opec ke-60 di jenewa, sepakat menurunkan produksi minyak sebesar 10% guna mengatasi glut. 4 negara: lybia, nigeria, gabon, kuwait, merasa terpukul dengan adanya glut.(eb)

6 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LANTAI 17 Hotel Intercontinental di Jenewa masih tetap dijaga para sekuriti Swiss, sekalipun konperensi tengah tahunan OPEC yang ke-60 sudah selesai. Di hari Kamis itu, dua hari setelah usainya konperensi, masih banyak wartawan yang belum pulang. Mereka rupanya masih ingin mengincar penghuni yang tinggal di kamar suite 1715. Penghuni kamar itu, yang tak lain adalah Sheik Ahmad Zaki Yamani, rupanya masih punya urusan di hotel itu. "Dia akan berceramah malam ini di hotel ini," bisik seorang wartawan Amerika. Menteri Perminyakan Arab Saudi itu memang dikabarkan memberikan ceramah di hotel yang megah itu. Tapi para wartawan terpaksa gigit jari, karena ceramah yang diberikan oleh tokoh OPEC itu ternyata tak punya sangkut paut dengan soal minyak -- yakni tentang hubungan antara Islam dan Kristen. Gambaran itu menunjukkan, betapa pentingnya Yamani masih dalam hubungan antara OPEC dan negara pengimpor minyak. Setiap kali, soalnya berpusat pada Arab Saudi. Dan kali ini, pertanyaannya ialah betulkah minyak Arab Saudi akan dinaikkan harganya setelah sidang? Kapan kira-kira? Setiap kali disodori pertanyaan begitu, Sheik Yamani sembari bergegas, hanya menjawab "Kita lihat saja nanti."Berbeda dengan sidang-sidang OPEC sebelumnya, dalam pertemuan reguler mereka di Jenewa kali ini, Sheik Yamani memang nampak sengaja menghindar dari kejaran pers. Tak begitu jelas apa sebabnya tokoh minyak yang suka publisitas itu lebih memilih untuk bungkam di Jenewa. Seorang peserta penting dalam OPEC, memberi alasan Zaki amani "tak ingin lagi tergelincir seperti di Washington." Di Washington itulah, sekitar dua minggu sebelum dimulainya konperensi di Jenewa, Menteri Perminyakan Arab Saudi itu menyatakan bahwa "Arab Saudilah yang sengaja menciptakan glut (kelebihan minyak)." Kepada peserta OPEC yang tak mau disebutkan namanya itu, Zaki Yamani mengatakan, ia menjawab sekeras itu karena terpancing pertanyaan seorang wartawan Amerika bahwa Arab Saudi sekarang sudah tak punya gigi lagi dalam OPEC. Polemik Ternyata yang terjadi di Jenewa adalah sebaliknya. Menjelang akhir sidang Selasa sore waktu Jenewa, timbul suatu polemik yang cukup hebat antara Yamani dengan beberapa peserta. Empat negara yang paling terpukul dengan adanya glut itu -- Lybia, Nigeria, Gabon dan Kuwait -- kabarnya telah mendesak Sheik Yamani agar sidang itu juga memutuskan untuk menaikkan harga patokan minyak jenis Arabian Hight Crude dari US$ 32 menjadi US$ 34. Di lain pihak, Yamani meminta ke 12 anggota OPEC untuk bersabar dulu. Ia masih harus berunding dengan Pangeran Fahd dan beberapa pemimpin Arab Saudi yang lain. Melihat gelagat yang kurang baik, tampillah Sheik Ali Khalifa Al-Sabah, Menteri Perminyakan Kuwait yang dihormati itu. Termasuk salah seorang konseptor OPEC, Sheik Ali pun mengemukakan argumentasi mengapa Arab Saudi perlu memutuskan kenaikan harga patokan itu sekarang juga, dan tidakmenunggu sampai di sidang akhir tahun di Abu Dhabi nanti. Mendengar itu Sheik Yamani yang lebih senior dari Ali Khalifa menjawab tenang "Ali saudaraku, anda sebenarnya tak perlu mendesak saya begitu, karena anda sungguh mengetahui duduk soalnya." Dan dalam satu napas, tanpa bernada emosi, Sheik Yamani dikabarkan berkata "Marker crude itu adalah minyak saya. Sayalah yang berhak memutuskan kapan minyak itu akan naik, bukan sidang ini." Meskipun suara Yamani berbeda dengan keinginan 12 anggota OPEC, sidang akhirnya memutuskan untuk meneruskan hasil keputusan konperensi OPEC ke-59 di Bali, pertengahan Desember tahun lalu. Yaitu menetapkan harga deemed marker crude atau yang dianggap sebagai patokan harga minyak dengan batas US$ 36 per barrel. Dan menetapkan harga maksimum minyak OPEC setinggi US$ 41 per barrel. Lalu, ini yang penting, konperensi juga setuju sebagian besar anggota melakukan pengurangan produksi minimal 10%. Yang menarik dalam keputusan itu adalah tidak disebutkannya harga patokan Arabian Light Crude yang tetap bertahan dengan US$ 32 per barrel. Menurut seorang anggota delegasi, "penyebutan itu sengaja dihindarkan, agar umum memperoleh kesan Arab Saudi barangkali akan menaikkan harganya dalam waktu dekat ini." Kapan? Tak satu pun anggota yang bisa memastikannya, kecuali Arab Saudi sendiri. Humberto Calderon Berti, yang sebelum dimulainya sidang sempat diajak makan malam oleh Sheik Yamani di sebuah restoran eksklusif di Jenewa, percaya "Arab Saudi akan menaikkan harga mungkin sebanyak US$ 2 per barrel sebelum sidang di Abu Dhabi." Menteri Pertambangan dan Energi Venezuela itu bahkan merasa yakin Arab Saudi akan memotong produksi mereka yang sekarang 10,3 juta barrel sehari "dengan sekitar 10%." Iran Mencela Keyakinan itu juga diungkapkan Hassan Sadat, 36 tahun, Wakil Menteri Perminyakan Iran. Ia mencela sikap Sheik Yamani. "Secara politis sikap Yamani yang arogan dan bertentangan dengan mayoritas OPEC akan menyudutkan posisi Arab Saudi sendiri," katanya. "Mau tidak mau Arab Saudi pasti akan menaikkan harga minyaknya dan menurunkan produksi dalam waktu dekat." Hassan Sadat, yang masih suka kelihatan mengenakan hem lengan panjang tanpa dasi, menuding glut yang sekarang mencapai sekitar 3 juta barrel sehari itu adalah "buatan Arab Saudi". Ia juga menuding "pemerintah Arab Saudi tak berbuat apa pun untuk rakyatnya." Tapi ia nampak lebih tenang dibandingkan sewaktu konperensi di Bali pertengahan Desember tahun lalu. Singkatnya, delegasi Iran tak lagi sedemonstratif seperti di Bali, dengan membawa-bawa gambar Imam Khomeiny dan menempatkan foto besar dari Mohammad Jawad. Baqir Tongyuyan di kursi yang sengaja dikosongkan. Hanya dalam ruang sidang Salle De Bal di Hotel Intercontinental Jenewa, kursi sebelah kiri Hassan Sadat masih saja nampak kosong. "Itu sengaja kami minta sebagai penghormatan terhadap Menteri Perminyakan Iran Mohammad Tongyuyan yang disandera oleh tentara Irak dan sampai sekarang belum ketahuan nasibnya,"'kata seorang anggota delegasi Iran. Toh terjadi titik pertemuan antara kedua negeri yang masih bersengketa itu dalam menghadapi sikap Sheik Yamani. Yang jelas, Iran dan Irak yang baru mulai pulih produksi minyaknya, tak terkena hasil konsensus di Jenewa yang menyetujui pemotongan produksi 10%. Meskipun Iran dan Irak mendapat dispensasi, negeri penghasil minyak sekecil Gabon (170 ribu barrel sehari) dan Equador (217 ribu), terkena konsensus itu. Equador menderita kesuliran lain karena seluruh ekspor minyaknya tidak dikontrakkan, tapi dijual di pasaran tunai (spot). Kini, setelah harga-harga spot rontok menjadi di bawah harga konrak tak mudah bagi negeri yang berpenduduk hampir 8 juta itu untuk mencari pembeli. Di tengah kesulitan OPEC menjual minyaknya, gerakan penurunan pro8illksi itu sendiri oleh Presiden OPEC Subroto dilihat sebagai suatu "era baru" dalam organisasi produsen dan pengekspor minyak itu. Dalam usiarlya yang 21 tahun OPEC sudah sering menaikkan harga mereka secara beruntun. Tapi baru sekali ini OPEC tergolong kompak menurunkan produksinya, suatu hal yang tadinya mereka haramkan. Ada lagi yang perlu dicatat sikap setuju untuk tidak bersetuju, sudah sejak tahun 1974 berkumandang dalam sidang-sidang OPEC. Dengan begitu OPEC dalam setiap sidang yang betapa pun hangatnya, tetap terhindar dari perpecahan. Adapun tentang sikap Sheikh Zaki Yamani yang suka menentang arus itu, seorang anggota delegasi Indonesia telah menggambarkannya dengan tepat. "Yamani, dalam sejarah OPEC, tak pernah mau merasa didikte oleh anggota yang lain selama berlangsungnya sidang. Dia biasanya mengambil keputusan menjelang dimulainya sidang seperti di Karakas dua tahun lalu, atau setelah sidang itu berakhir," katanya. Kata-kata itu terbukti benar di Jenewa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus