Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bagi-bagi Untung Samudera Indonesia

Kinerja positif membuat maskapai pelayaran Samudera Indonesia membagikan dividen untuk pertama kalinya. Bagaimana prospek perusahaan ke depan?

 

2 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – PT Samudera Indonesia Tbk mencatatkan kinerja positif pada paruh pertama tahun ini. Emiten berkode SMDR ini sampai berniat membagikan dividen interim kepada para pemegang saham.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama Samudera Indonesia, Bani Maulana Mulia, menyatakan perusahaan membukukan pendapatan hingga US$ 551,15 juta pada semester I 2022. Nilai tersebut naik 101 persen dibanding pendapatan pada periode yang sama tahun lalu, yang hanya US$ 274,1 juta. Perolehan tersebut terutama berasal dari hasil uang tambang alias pendapatan freight yang mencapai US$ 466,37 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan perolehan tersebut, perusahaan menambah target pendapatan tahun ini dari US$ 700 juta menjadi US$ 1 miliar. "Target ini sangat achievable," kata Bani, kemarin.

Bani optimistis lantaran secara historis kinerja pendapatan perusahaan cenderung meningkat pada paruh kedua tiap tahun. Pada 2021, contohnya, SMDR membukukan pendapatan US$ 274,1 juta di kuartal II dan pada akhir tahun mencapai US$ 672,9 juta. Ia kian yakin karena, dengan meredanya pandemi, permintaan angkutan pelayaran diproyeksikan semakin tinggi dan bakal berkontribusi menjaga tarif freight tetap tinggi.

Direktur Utama Samudera Indonesia, Bani M. Mulia (kanan), berbincang dengan kapten kapal Hanung Wibowo saat meninjau kesiapan operasional kapal kargo curah MV Amanah Morowali yang tengah berlabuh jangkar sekitar 4 mil laut di perairan Laut Jawa, Semarang, Jawa Tengah, Oktober 2021. ANTARA/Aji Styawan

Sebagai antisipasi kenaikan angka permintaan, Samudera berencana menambah 10 kapal baru untuk peti kemas, tanker, dan curah. Tahun ini, sebanyak empat kapal bakal tiba di dalam negeri. Sejauh ini baru satu kapal tanker tiba. Pada September mendatang, akan datang dua kapal tanker baru dan satu sisanya tiba pada Desember.

Tingginya pendapatan Samudera Indonesia mendorong kenaikan laba bersih. Pada semester pertama ini, total laba bersih perseroan mencapai US$ 115,8 juta, naik 391 persen dibanding pada semester I 2021. Dengan dana tersebut, Samudera Indonesia berencana membagikan dividen interim pada tahun ini. "Ini pertama kali dalam sejarah Samudera Indonesia sejak kami jadi perusahaan terbuka," tutur Bani.

Dividen yang bakal dibagikan sebesar Rp 50 per lembar saham dengan total dana Rp 163,8 miliar. Angka ini sama besar dengan total dividen yang dibagikan tahun lalu kepada para investor.

Memanfaatkan momentum kenaikan kinerja ini, masih ada kejutan lain untuk pemegang saham. Bani menuturkan Samudera Indonesia berencana melakukan stock split. Menurut Bani, perusahaan tengah melakukan valuasi menggunakan laporan keuangan per semester I 2022. "Proses stock split masih akan membutuhkan sedikit waktu untuk bisa memenuhi semua persyaratan bursa dan OJK."

Analis senior dari CSA Research Institute, Reza Priyambada, menuturkan SMDR memiliki momentum yang tepat untuk melakukan stock split. "Dengan memperoleh kinerja baik, perusahaan pasti berpikir animo pelaku pasar tinggi," tuturnya. Jika dilihat dari pergerakan perdagangan kemarin, saham Samudera ditutup positif 13,13 persen ke level 2.930 per lembar saham. Sepanjang pekan lalu, sahamnya stagnan di zona merah, kecuali pada 28 Juli.

Reza menuturkan industri pelayaran saat ini sedang menikmati untung. Dengan isu kelangkaan kontainer, biaya pengapalan terus naik karena permintaan juga makin tinggi setelah lalu lintas perdagangan mulai aktif lagi. Samudera, yang pendapatannya didominasi bisnis ini, kebagian angin segarnya.

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA), Carmelita Hartoto, menuturkan biaya angkut kontainer internasional saat ini sudah menunjukkan tren menurun. Namun, di dalam negeri, biayanya diakui sangat kompetitif. "Margin pelayaran di domestik sangat tipis karena biaya operasional kian besar," kata dia. Ditambah persaingan di antara perusahaan pelayaran yang makin ketat.

Salah satu beban operasional yang disebut Carmelita adalah biaya bahan bakar. Dia mencatat harga marine fuel oil dari PT Pertamina (Persero) sudah naik 22,5 persen selama periode Januari-Juni ini. Padahal biaya tersebut berkontribusi 40 persen terhadap beban operasional. Dia juga menyebutkan bahwa beban perawatan kapal terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.

Menurut Direktur The National Maritime Institute, Siswanto Rusdi, dalam kondisi tersebut, hanya perusahaan pelayaran besar macam Samudera Indonesia yang bisa bertahan. Sebab, SMDR tak hanya berfokus di dalam negeri dan memiliki armada besar. "Kapal yang dialihkan untuk melayani ke luar negeri ini yang moncer (pendapatannya). Di dalam negeri, beban pelayarannya banyak," kata dia.

VINDRY FLORENTIN
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus