Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 5 poin ke level Rp 15.440 per dolar Amerika Serikat (dolar AS) pada perdagangan Selasa sore, 21 November 2023. Sebelumnya, rupiah sempat menguat 85 poin ke level Rp 15.445 per dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif tapi ditutup menguat di kisaran Rp 15.410 hingga Rp. 15.490 per dolar AS,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, Selasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam laporannya, Ibrahim menyoroti kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2023 yang membaik di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
NPI pada kuartal III 2023 menunjukkan perbaikan signifikan dengan mencatat defisit US$ 1,5 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada kuartal sebelumnya sebesar US$ 7,4 miliar. Adapun kondisi tersebut ditopang oleh defisit neraca transaksi berjalan dan transaksi modal dan finansial yang membaik.
Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir September tercatat tetap tinggi sebesar US$ 134,9 miliar. “Ini setara dengan pembiayaan 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor,” tuturnya.
Ekspektasi Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga
Sementara dari faktor eksternal, Ibrahim menyebut membaiknya sentimen risiko dan ekspektasi Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga.
“Hal ini terjadi ketika imbal hasil obligasi AS telah jatuh ke level terendah dalam dua bulan, yang mengindikasikan potensi pergeseran arah kebijakan moneter,” kata dia.
Menurut Ibrahim, analis pasar menunjukkan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tren ini. Pada hari Senin, pejabat Bank Sentral Eropa (ECB), termasuk Presiden Bundesbank Joachim Nagel dan anggota Dewan Pengurus ECB Rober Holzmann yang mengambil sikap hawkish. “Ini memperingatkan terhadap pelonggaran moneter yang prematur,” tuturnya.
ECB kemungkinan akan terus menaikkan suku bunga meskipun beberapa perkiraan mengantisipasi penurunan suku bunga. “Sebaliknya, di Amerika Serikat, data Indeks Harga Konsumen (CPI) yang lebih lemah dari perkiraan telah menyebabkan pasar mengantisipasi kemungkinan penurunan suku bunga oleh The Fed pada awal bulan Maret,” katanya.