Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Saham GOTO melanjutkan reli dengan menguat 2,03 persen.
Reli tersebut seakan-akan mengabaikan kabar kurang sedap dari laporan keuangan Telkom.
Analis mengingatkan investor ihwal adanya kemungkinan jebakan harga tinggi.
JAKARTA – Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) melanjutkan reli panjang dalam perdagangan kemarin dengan menguat 2,03 persen atau 6 poin menjadi Rp 302 per lembar. Penguatan tersebut mengukuhkan tren naik GOTO yang berlangsung sejak 13 Mei lalu. Ketika itu, saham GoTo masih berada di posisi Rp 194 per lembar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Reli tersebut juga seakan-akan mengabaikan kabar kurang sedap selama sepekan terakhir, yang dipicu oleh laporan keuangan PT Telkom Tbk kuartal I 2022. Perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) itu melaporkan potensi kerugian atau unrealized loss sebesar Rp 881 miliar dari investasi Telkomsel di GoTo. Kerugian yang belum terealisasi itu terjadi karena terus melemahnya saham GoTo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur TRFX Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan kenaikan harga GOTO terjadi karena saham tersebut sudah dalam posisi jenuh jual sejak masuk bursa pada 11 April lalu. Kondisi ini, kata dia, dimanfaatkan oleh para spekulan untuk mengambil posisi beli di harga terendah. “Sehingga terangkatlah saham GoTo,” ujarnya kepada Tempo.
Kemungkinan kedua, ia mengimbuhkan, adalah keyakinan Kementerian BUMN ihwal nilai positif jangka panjang investasi Telkomsel di GoTo yang ditunjukkan para pejabatnya dalam berbagai kesempatan. Optimisme tersebut, tutur Ibrahim, memberikan tenaga kepada pelaku pasar untuk kembali mengoleksi saham perusahaan hasil merger tersebut.
Meski harga saham masih berada dalam tren naik, Ibrahim mengingatkan investor untuk berhati-hati terhadap kemungkinan jebakan saat harga tinggi. Dia khawatir kenaikan cepat saham GoTo akan diakhiri dengan kejatuhan yang juga cepat. “Prospek jangka panjangnya memang bagus karena GoTo dan Telkom mau berfokus di bisnis digital. Tapi pelaku pasar harus hati-hati. Ada kemungkinan setelah mendekati harga Rp 340, mendekati BEP (balik modal), akan jatuh lagi,” ucap dia.
Pengemudi Gojek di depan Gedung Telkom, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
GoTo dilepas dengan harga IPO sebesar Rp 338 per lembar. Selanjutnya, dalam perdagangan perdana di pasar sekunder pada 11 April lalu, saham GoTo menguat menjadi Rp 400 per lembar. Namun, sejak saat itu, saham GoTo terus melemah hingga sempat menyentuh titik terendah senilai Rp 194 per lembar pada 13 Mei.
Ibrahim menyebutkan penguatan saham GoTo juga ditopang oleh sentimen positif dari faktor eksternal. Misalnya, penguatan nilai tukar rupiah dan keputusan Dewan Gubernur Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan Mei sebesar 3,5 persen walaupun inflasi sudah mendekati 3-4 persen.
Faktor berikutnya ialah optimisme pertumbuhan ekonomi yang masih cukup bagus, cadangan devisa yang kokoh, serta kegiatan ekspor-impor yang positif. “Mungkin ini faktor-faktor yang membantu penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan berdampak pula terhadap GoTo,” ujar Ibrahim. IHSG memang terus menguat sejak 13 Mei lalu dari 6.597 menjadi 6.914 dalam penutupan perdagangan, kemarin.
Ibrahim juga tidak mengabaikan faktor global, yakni prospek perundingan damai antara Rusia dan Ukraina. Faktor global berikutnya ialah kemungkinan pelonggaran karantina Covid-19 di Cina dan keputusan bank sentral negara itu yang menurunkan suku bunga secara besar-besaran. “Ini yang membuat pasar sedikit lebih bergairah.”
Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah, mengatakan keputusan Grup Telkom dalam berinvestasi di suatu perusahaan selalu ditujukan untuk mendukung bisnis perusahaan, khususnya dalam pengembangan bisnis digital. “Investasi tersebut tidak semata-mata mempertimbangkan capital gain atau capital loss, tapi juga aspek yang lebih luas, yakni sinergi untuk membangun ekosistem digital. Salah satunya melalui investasi di GoTo,” ujarnya kepada Tempo.
Ririek mengungkapkan, rencana investasi ke Gojek awalnya muncul pada 2018. Seiring dengan berjalannya waktu, sejumlah investor besar teknologi turut menjadi investor di Gojek, seperti Google, Facebook, PayPal, dan Tencent. Akhirnya, pada 2020, rencana investasi Telkom terealisasi melalui Telkomsel.
Menurut Ririek, investasi Grup Telkom di GoTo menciptakan kolaborasi dan sinergi yang sangat bagus, seperti menghadirkan program khusus untuk mitra Gojek, kemudahan bagi merchant mitra Gojek menjadi reseller Telkomsel, akses untuk reseller melalui GoShop, serta fitur keamanan, seperti number masking.
“Hasilnya, Grup Telkom memperoleh pendapatan Rp 473 miliar pada 2021 dari pendapatan pelanggan baru mitra pengemudi Gojek melalui pembelian paket data Telkomsel,” ucap Ririek.
VINDRY FLORENTIN | EFRI R.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo