Posisi PT Branta Mulia, sebagai raja kain ban di kawasan ASEAN, kini semakin kukuh. Terutama jika pabrik barunya, yang didirikan di Malaysia, mulai beroperasi tahun 1995 nanti. Bekerja sama dengan sebuah perusahaan swasta Malaysia, perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh Liem Sioe Liong, Djuhar Soetanto, Ibrahim Risyad, dan Henry Pribadi ini masuk ke Malaysia dengan bendera PT Malaysia Branta Bhd. Tidak jelas benar, berapa besar andil Branta Mulia dalam proyek yang menelan investasi 70 juta dolar ini. Yang pasti, pabrik baru tersebut direncanakan berkapasitas 8.000 ton kain ban per tahun. Jadi kalau ditambah dengan produksi pabrik yang beroperasi di Indonesia dan Thailand, kapasitas Branta Mulia akan menjadi 40 ribu ton per tahun atau sekitar 89% dari kebutuhan kain ban ASEAN. Anehnya, kendati pasar mobil sedang lesu berat, kebutuhan kain ban tidaklah menurun. Sebaliknya, Andry Pribadi, Direktur Pelaksana Branta Mulia, memperkirakan kebutuhan itu justru meningkat. Di Indonesia, misalnya, kebutuhan kain ban akan meningkat 10%. Sehingga pada tahun 1995 Indonesia sendiri akan mengkonsumsi sebanyak 18 ribu ton. Namun Branta tak mau mengandalkan pasar Indonesia dan ASEAN semata. Sejak dua tahun lalu ia sudah mengekspor ke Timur Tengah, Australia, dan AS. Dan tahun ini omzet ekspornya ditargetkan 17,5 juta dolar. Mungkin itulah pertimbangan utama Branta untuk memperluas kapasitas pabriknya di Indonesia menjadi 36 ribu ton per tahun, yang memerlukan dana sampai 40 juta dolar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini