Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sebelum, Menubruk Obligasi

29 Agustus 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jangan asal main tubruk obligasi. Ada sejumlah saran yang perlu Anda dengar. Menurut Wiwan, Head of Debt Securities Vickers Ballas Tamara, ada empat soal yang mesti diperhatikan sebelum membeli obligasi, yakni rating, besarnya kupon (bunga), sektor usaha emiten, dan jumlah obligasi yang dikeluarkan. Rating mencerminkan tingkat keamanan obligasi itu. Semakin tinggi rating sebuah perusahaan, berarti investasi yang ditanamkan di sana makin aman. Misalnya, rating A dan A-minus pada obligasi Pegadaian V mengindikasikan perusahaan itu punya kemampuan membayar kembali obligasi pada saat jatuh tempo sekaligus juga kuponnya. ''Bagi yang punya data terbatas, belilah obligasi yang punya rating bagus," kata Wiwan. Dia yakin, meski kuponnya rendah, dalam jangka panjang harga obligasi ini akan naik. Besarnya kupon juga penting karena itulah salah satu alasan utama seseorang membeli obligasi. Namun, kupon yang kelewat tinggi patut dicermati karena biasanya perusahaan dengan rating yang rendahlah yang memberikan kupon tinggi. Artinya, perusahaan dengan rating rendah itu harus membayar risiko lebih besar kepada investor, terutama jika kemampuan menebus surat utangnya ketika jatuh tempo memang diragukan. ''Investor yang suka main jangka pendek sebaiknya mengincar obligasi yang punya kupon tinggi," saran Wiwan. Sektor usaha juga harus dilihat untuk memprediksi prospek perusahaan tersebut. Sektor perbankan sekarang sentimennya tidak terlalu bagus, terutama karena kasus Bank Bali. Sehingga, investor harus melihat dengan teliti kinerja keuangannya sekaligus trend-nya dalam 2-3 tahun terakhir. Ada juga sektor lain, seperti kertas dan pulp, yang punya prospek lumayan bagus. Apa lagi? Yang tak kalah pentingnya adalah nilai obligasi yang dikeluarkan. Ada indikasi kuat, semakin besar nilai obligasi dikeluarkan, biasanya semakin likuid obligasi itu. Artinya, investor bisa ''cabut" setiap saat kalau memang sudah tak menjanjikan lagi. Cukupkah indikator itu? Belum. Menurut Desimon, orang Danareksa itu, risiko kredit, perjanjian-perjanjian yang mengikat emiten, dan jangka waktu juga patut diperhatikan. Dengan membeli obligasi, pada dasarnya investor memberikan pinjaman kepada emiten. Kalau risikonya tinggi, sebaiknya memang dihindari. Perjanjian juga penting dicermati, misalnya kontrak pembelian produk atau hak monopoli tertentu yang bisa menentukan masa depan perusahaan. Jangka waktu juga harus diteliti. Semakin lama jangka waktu obligasi, investor mesti hati-hati. ''Makin lama jangka waktunya, biasanya makin sulit membuat proyeksinya pada masa datang," kata Desimon. Berdasarkan semua indikasi yang ada, Wiwan dan Desimon sepakat, obligasi yang diterbitkan sekarang ini semuanya layak beli. Selain punya rating yang bagus, kupon yang ditawarkan masih tetap lebih baik dibandingkan dengan produk perbankan yang ada. Wiwan, misalnya, merekomendasikan obligasi Tjiwi Kimia dan Indah Kiat yang paling layak dibeli, sedangkan obligasi Bank NISP dan Panin menyusul di belakangnya. Desimon tak menunjuk khusus obligasi mana yang layak beli, tapi, menurut dia, hampir semua yang akan dikeluarkan punya nilai lumayan. Namun, yang lebih penting tetap saja nasihat: jangan taruh semua telur di satu keranjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus