Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sebut Corona Tak Kuat Panas, Luhut Akui Dirinya Dibully Warganet

Luhut Pandjaitan mengakui sempat dirisak atau dibully oleh warganet (netizen) lantaran menyebut virus corona tak tahan cuaca panas.

2 Mei 2020 | 09.52 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memberi penjelasan setelah mendapat laporan soal kasus dugaan korupsi PT Asabri (Persero) di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Januari 2020. Tempo/Fajar Pebrianto
Perbesar
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, memberi penjelasan setelah mendapat laporan soal kasus dugaan korupsi PT Asabri (Persero) di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Januari 2020. Tempo/Fajar Pebrianto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengakui sempat dirisak atau di-bully oleh warganet (netizen) lantaran mengeluarkan pernyataan soal virus corona dan cuaca panas. Luhut sebelumnya mengatakan bahwa virus Covid-19 diperkirakan tak bakal tahan dengan cuaca panas di negara tropis seperti Indonesia pada musim kemarau nanti.

"Dulu saya di-bully saat bilang (cuaca) panas itu punya pengaruh ke Covid-19. Ya bisa iya, bisa enggak juga," ujar Luhut dalam wawancara bersama Radio RRI, Sabtu, 2 Mei 2020.

Menurut Luhut, pernyataannya ini bukan tanpa dasar alias omong kosong belaka. Musababnya, Luhut mengklaim kemungkinan itu merupakan hasil kajian para ahli asal Indonesia terhadap permodelan virus di wilayah ekuator panas.

Bahkan, menurut dia, penelitian itu juga telah diakui oleh para ahli di Amerika Serikat. "Jadi saya sedih karena saya menyampaikan hasil peneliti Indonesia tapi dianggap enggak benar," tuturnya.

Meski mempercayai bahwa pemulihan penyebaran virus corona di Indonesia akan berlangsung cepat karena terpengaruh cuaca panas, Luhut mengatakan hal-hal lain tak boleh diabaikan. Misalnya kedisiplinan untuk memakai masker, membiasakan cuci tangan, dan menjaga jarak aman alias physical distancing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo



"Jadi enggak serta-merta (penyebaran corona dapat ditekan) karena ada pengaruh panas. Tapi juga disiplin. Karena kalau enggak pakai masker, enggak cuci tangan, itu juga akan masalah," ucapnya.

Pernyataan Luhut yang dilontarkan pada awal April lalu ini memang langsung menimbulkan reaksi dan mengundang pro-kontra. Sebab, virus corona diyakini tetap menyebar sekalipun Indonesia yang memiliki cuaca panas.

Polemik muncul karena Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan belum ada bukti ilmiah jika Covid-19 tidak bertahan di cuaca panas. Namun, tak lama setelah itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis keterangan yang menyatakan memang ada pengaruh antara cuaca dan penyebaran virus.

Keterangan BMKG itu berasal dari analisis yang mulanya hanya diserahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk didiskusikan dengan para menteri koordinator terkait, termasuk Luhut. Awalnya, Kepala BMKG Dwikorita mengakui kajian ini tidak akan dipublikasikan luas. Sebab, kajian ini bersifat dukungan bagi kebijakan social distancing.

Namun, setelah menuai polemik, BMKG akhirnya ikut bersuara. “Setelah ada keributan itu, kami pikir apa enggak lebih baik kami edukasi masyarakat,” kata Dwikorita.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA | FAJAR PEBRIANTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus