Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator Nasional Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah memprediksi bantuan sosial atau bansos beras yang digulirkan pemerintah akan berdampak pada harga beras di pasaran. Namun, ia menekankan penyaluran bansos beras dapat berdampak signifikan apabila dilakukan dalam waktu yang relatif lama dengan pelaksanaan yang terkontrol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Jika dilakukan dalam dua hingga tiga bulan maka bisa jadi penurunan harga Rp 500 sampai Rp 1.000 per kilogram," ujarnya kepada Tempo Ahad, 17 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut Said, bila bansos hanya disalurkan sesaat, penurunan harga beras pun akan terjadi sebentar. Alhasil, harga beras akan kembali naik karena produksi padi di tingkat petani lokal jauh dari kata cukup.
Melihat kondisi di sentra produksi di Jawa dan ramalan musim hujan yang mundur, ia memprediksi produksi padi sampai akhir tahun berpotensi berkurang hingga lebih dari 30 persen. Imbasnya, kekurangan stok dapat berlangsung sampai awal tahun depan. Saat itu juga musim panen raya berpotensi mengalami kemunduran.
Karena itu, Said mengatakan, cara yang paling umum untuk meredam lonjakan harga adalah dengan menjaga stok di pasaran. Pasalnya, kata dia, secara sederhana harga naik dipicu oleh kelangkaan beras di pasaran.
Dengan demikian, rumus yang paling sederhana adalah memperbanyak ketersediaan beras di pasaran. Sehingga, suplai beras akan lebih besar dibandingkan permintaan pasar dan membuat harga menjadi turun.
Selanjutnya: Menurut Said, strategi tersebut cocok dilakukan....
Menurut Said, strategi tersebut cocok dilakukan untuk mendapatkan hasil dalam jangka pendek. Hal itu juga sangat dipengaruhi oleh seberapa banyak cadangan beras yang dimiliki oleh Perum Bulog. Sementara dalam jangka panjang, ia menggarisbawahi stabilitasi harga harus dimulai dari langkah memperbesar produksi.
Alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengurangi permintaan. Caranya, dengan memberikan bantuan langsung berupa beras pada konsumen. Dalam hal ini bantuan pangan dapat dipilih sebagai model intervensi dari pemerintah. Namun, menurut Said, upaya ini pun dapat dilakukan sebagai strategi jangka pendek.
"Bantuan pangan pada kelompok menengah ke bawah bisa jadi pilihan tepat karena permintaan beras terbesar justru ada pada kelompok ini," kata dia. Sebab, ia menilai, semakin besar tingkat pendapatannya, maka konsumsi beras akan makin berkurang karena konsumsi protein makin meningkat.