Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bus sleeper ada di Amerika Serikat sejak 1928.
Musikus menggunakan sleeper bus untuk tur jarak jauh.
Cina dan Vietnam melarang bus sleeper karena kasus kecelakaan.
SETELAH ramai di media sosial dan situs berbagi video, bus sleeper membuat Maya Nawangwulan penasaran. Dia pun menjajal bus dengan kursi untuk rebah-rebah itu dari Malang, Jawa Timur, ke Jakarta pada September 2022 meski harus merogoh kocek cukup dalam. "Penasaran, apa iya beneran nyaman atau itu sebatas konten digital," katanya pada Rabu, 28 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maya mencoba bus sleeper milik perusahaan otobus Sinar Jaya. Perempuan 34 tahun ini harus membayar Rp 550 ribu, setara dengan harga tiket kereta kelas eksekutif. Menurut dia, fasilitas di dalam bus itu sepadan dengan ongkos yang harus dibayar. Satu bagian kursi hanya diperuntukkan bagi satu penumpang, berbeda dengan bus eksekutif biasa yang ditempati dua orang. Belum lagi kursi yang nyaman karena bisa direbahkan bak ranjang plus bantal, selimut, dan sandal. Senyaman tidur di kamar. "Fasilitas lain ada dispenser air panas, makanan ringan, air mineral, serta layar hiburan," ucapnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Indonesia, bus sleeper eksis dalam satu dekade terakhir. Namun popularitasnya baru menanjak dalam dua tahun terakhir, terutama karena marak dijadikan konten oleh pegiat media sosial. Padahal bus mewah dengan aneka fasilitas ini sebenarnya sudah ada di luar negeri sejak 1928.
Pada 26 Agustus 1928, The Pittsburgh Press, koran yang terbit di Negara Bagian Pennsylvania, Amerika Serikat, memberitakan Pickwick Nite Coach, sebuah bus dua tingkat buatan Pickwick Corporation, perusahaan asal California, Amerika. Bus sepanjang 34,5 kaki (10,5 meter) dengan tinggi 10 kaki (3,1 meter) ini dilengkapi 13 kompartemen berisi tempat duduk yang bisa direbahkan. Pickwick Nite Coach pun diyakini sebagai bus sleeper pertama di dunia.
Pada tahun yang sama, Land Liners Ltd, perusahaan asal Inggris, membuka layanan bus double decker rute London-Liverpool dan Manchester-Liverpool. Berdasarkan situs old-bus-photo.co.uk, bus dua tingkat ini bisa menampung 31 penumpang dengan fasilitas toilet. Dua tahun berikutnya, Pickwick Corp memperkenalkan Duplex Day Coach, hasil modifikasi anyar Nite Coach yang punya kapasitas lebih besar, yakni 53 penumpang.
Bus semacam ini terus berkembang di beberapa negara. Di Eropa, bus sleeper banyak dipakai para musikus untuk tur jarak jauh. Karena itu, muncul istilah band bus, crew bus, dan tour bus. Bus untuk tur ini dilengkapi dapur, ruang kumpul, tempat tidur susun, dan fasilitas hiburan. Di Cina, bus untuk tidur menjadi sarana transportasi jarak jauh yang harga tiketnya lebih mahal dari kereta, tapi bisa lebih cepat mencapai tujuan.
Tapi Cina kemudian melarang bus ini setelah terjadi kecelakaan. Larangan serupa berlaku di Vietnam pada Juli 2015. Departemen Perhubungan Vietnam menerbitkan surat edaran yang melarang pengoperasian bus sleeper di jalan pegunungan yang sempit. Larangan ini muncul setelah setahun sebelumnya ada statistik yang menyebutkan 90 persen kecelakaan bus melibatkan bus sleeper.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Hendro Sugiatno mengatakan keberadaan bus sleeper berdampak positif karena masyarakat menjadi punya lebih banyak pilihan sarana transportasi yang nyaman. “Perkembangan ini menjadi tantangan bagi kami untuk memperbaiki fasilitas terminal,” ujarnya pada Kamis, 29 Desember 2022.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo