Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISTILAH revolusi industri mungkin terdengar familiar bagi sebagian orang. Revolusi industri telah mengubah cara hidup manusia dari tradisional menjadi lebih modern. Transformasi tersebut sebenarnya sudah berlangsung sejak lama dimulai dari penggunaan mesin uap pada abad ke-18 hingga mencapai era 4.0 seperti sekarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Revolusi industri menjadi bukti nyata bahwa teknologi berhasil memberikan perubahan signifikan pada perkembangan industri dan pola hidup masyarakat. Dengan adanya hal tersebut, manusia kini dapat menikmati kemudahan mengakses informasi, transportasi, dan bisnis. Karena itu, masyarakat didorong untuk siap menghadapi perubahan besar akibat perubahan yang terus berlanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi tahukah Anda apa itu sebenarnya revolusi industri? Untuk memahami arti revolusi industri serta sejarah dan dampaknya, berikut ini penjelasannya.
Pengertian Revolusi Industri
Revolusi industri adalah transformasi besar pada manufaktur dengan mengubah sistem produksi dari cara tradisional menggunakan tangan, lalu digantikan oleh mesin. Proses transisi ini memberikan dampak yang meluas pada kehidupan ekonomi, politik, dan sosial-budaya.
Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi industri adalah perubahan radikal dalam usaha mencapai produksi dengan menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak maupun tenaga pemroses.
Revolusi industri terjadi pada 1760-1830 (abad ke-18) di Inggris dan menjadi titik awal transformasi besar dalam cara produksi. Diketahui, sebelum abad ke-18, sistem perekonomian masyarakat Eropa bergantung pada sistem ekonomi agraris. Namun, setelah terjadi transformasi tersebut, tenaga mesin menjadi alat produksi yang menggantikan tenaga manusia, sehingga secara langsung manusia juga diajak bekerja lebih modern menggunakan mesin.
Petani dari Kelompok Tani Maju Bersama menggiling padi dengan sebuah mesin di pinggiran sawah di Rorotan, Jakarta, 3 Januari 2023. Tempo/Tony Hartawan
Perkembangan Revolusi Industri
Menurut catatan sejarah, revolusi industri telah terjadi melalui serangkaian proses yang panjang sebanyak empat kali. Saat ini, manusia sedang mengalami yang keempat alias revolusi industri 4.0 dan akan menuju revolusi industri 5.0. Lalu, bagaimana sejarah perkembangan transformasi tersebut? Berikut ini informasi lengkapnya.
1. Revolusi Industri 1.0
Pada transformasi pertama, yang juga dikenal sebagai revolusi industri 1.0, terjadi perubahan besar dalam sektor pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi. Perubahan ini ditandai dengan ditemukannya mesin uap pada abad ke-18 oleh James Watt, yang memungkinkan penggunaan tenaga mekanis untuk menggantikan tenaga manusia dan hewan dalam proses produksi. Hal tersebut memberikan peningkatan luar biasa dalam produktivitas dan efisiensi.
Revolusi pertama ini juga melibatkan pengembangan jalur kereta api dan jaringan transportasi laut menggunakan tenaga angin yang berguna untuk memfasilitasi perdagangan dan distribusi barang secara lebih efisien. Perubahan-perubahan ini secara tak langsung turut mengubah cara kerja, kehidupan sehari-hari, dan struktur sosial masyarakat, membuka jalan bagi perkembangan revolusi industri selanjutnya.
2. Revolusi Industri 2.0
Pada awal abad ke-20, terjadi revolusi industri 2.0 yang ditandai oleh kemajuan pesat dalam pengembangan mesin-mesin. Di periode ini, peralihan tenaga otot sudah mulai berkurang dan penggunaan mesin uap mulai tergantikan oleh tenaga listrik. Karena itu, kemajuan pada abad ini ditandai dengan penemuan pembangkit tenaga listrik, telepon, mobil, dan pesawat terbang.
Penemuan-penemuan tersebut mengubah wajah dunia secara signifikan, terutama semakin mempermudah aksesibilitas manusia. Dampak yang paling terlihat dari revolusi industri 2.0 adalah pengembangan teknologi di bidang transportasi. Sebagai contoh, pengembangan pengolahan besi dan baja memungkinkan penciptaan kereta api serta rel yang menghasilkan transportasi yang lebih murah dan efektif. Selain itu, munculnya penggunaan tenaga listrik membuat perakitan mobil menjadi lebih cepat.
Dengan adanya produksi mobil yang berkembang pesat dan penerapan teknologi tenaga listrik, industri mampu menghasilkan kendaraan tank, pesawat, dan senjata-senjata perang yang signifikan pada masa Perang Dunia II. Perubahan ini tentu mengubah struktur masyarakat di berbagai aspek, termasuk ekonomi, politik, dan budaya.
3. Revolusi Industri 3.0
Revolusi industri 3.0 merupakan tahap lanjutan dari perubahan yang ditandai oleh penggabungan teknologi digital dan mesin penggerak, seperti komputer dan robot. Kemajuan teknologi, seperti komputer, Internet, dan sistem informasi, memainkan peran kunci dalam perubahan ini.
Revolusi industri 3.0 juga menjadi cikal bakal terciptanya teknologi komputer untuk kemudahan pekerjaan. Transformasi ini berhasil menciptakan perkembangan industri di bidang teknologi dengan adanya penemuan transistor, semikonduktor, dan integrated chip. Selain itu, sistem komunikasi semakin berkembang sehingga penyebaran akses informasi semakin cepat. Hal itu membuat revolusi tersebut disebut sebagai revolusi digital.
4. Revolusi Industri 4.0
Revolusi industri 4.0 merupakan tahap perkembangan perubahan besar-besaran yang saat ini sedang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Di era ini, terjadi ledakan besar di bidang teknologi yang semakin mengubah cara manusia hidup maupun bekerja. Istilah tersebut pertama kali digaungkan oleh pemerintah Jerman di Hannover Fair pada April 2011.
Revolusi industri 4.0 adalah campur tangan sebuah sistem cerdas dan automasi dalam industri melalui teknologi machine learning dan artificial intelligence (AI). Revolusi 4.0 tak hanya meliputi industri manufaktur, tapi juga mencakup semua bidang. Satu hal yang paling terasa dari transformasi keempat ini adalah adanya Internet.
Era revolusi industri 4.0 sendiri melibatkan integrasi teknologi yang ditandai dengan munculnya terobosan-terobosan, seperti kecerdasan buatan, big data, Internet of things (IoT), robotika, komputasi awan, dan manufaktur cerdas.
5. Revolusi Industri 5.0
Meskipun masih banyak industri yang baru beradaptasi dengan era revolusi industri 4.0, era revolusi 5.0 sudah mulai berjalan. Era revolusi industri kelima ini merupakan konsep yang masih dalam tahap pengembangan dan perdebatan. Tapi, secara umum, era ini mengacu pada perkembangan teknologi yang terus meningkatkan automasi dan digitalisasi dalam industri serta sektor produksi.
Konsep dari revolusi industri 5.0 ini berfokus pada penggabungan antara teknologi dan manusia, serta kebutuhan untuk mengembangkan sistem yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan dalam lingkungan produksi. Revolusi industri 5.0 mengedepankan integrasi teknologi canggih, seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of things (IoT), dan robotika, dengan kemampuan serta inovasi manusia, yang bertujuan mendorong pengembangan sistem produksi yang lebih efisien, fleksibel, berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan.
Diharapkan revolusi industri 5.0 akan memberikan berbagai manfaat, seperti peningkatan produktivitas, kualitas, dan keamanan produksi; menciptakan peluang kerja baru; dan mengurangi dampak lingkungan yang negatif. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi industri, pelanggan, pekerja, dan masyarakat secara keseluruhan.
Suasana Pameran bertajuk “Indonesia-China Smart City Technology & Investment Expo 2023”, di Hotel Shangri-La, Jakarta, 24 Mei 2023. Tempo/Tony HArtawan
Dampak Revolusi Industri
Terjadinya perubahan teknologi dari masa ke masa, terutama pada revolusi industri 4.0, telah memberikan dampak signifikan di segala bidang kehidupan manusia. Berikut ini sejumlah dampak positif dan negatif terjadinya revolusi industri 4.0 secara umum.
1. Proses Produksi Semakin Optimal
Salah satu dampak dari revolusi industri adalah transformasi besar dalam cara manusia bekerja dan berinteraksi. Penggunaan teknologi digital, kecerdasan buatan, dan automasi telah mengubah proses produksi, mengoptimalkan efisiensi, dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manusia. Dengan begitu, pemrosesan data semakin cepat sehingga proses produksi semakin optimal.
2. Membuka Peluang Baru di Dunia Bisnis
Revolusi industri saat ini juga telah mengubah paradigma bisnis. Terobosan seperti e-commerce, pembayaran digital, dan analisis data telah menciptakan model bisnis baru serta memungkinkan pertumbuhan usaha yang lebih cepat, terutama bagi startup dan perusahaan kecil.
3. Meningkatkan Perkembangan Teknologi dan Pengetahuan
Perubahan teknologi secara besar-besaran juga berdampak pada sektor kesehatan, pendidikan, transportasi, dan energi. Teknologi canggih memungkinkan terjadinya peningkatan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan. Dalam pendidikan, teknologi telah memperluas akses ke pengetahuan dan memungkinkan pembelajaran jarak jauh. Di bidang transportasi, teknologi membantu mobilitas menjadi lebih baik. Untuk sektor energi, adopsi energi terbarukan dan teknologi efisiensi telah berkontribusi pada upaya mitigasi perubahan iklim.
4. Rentan Serangan Siber
Meski kemajuan teknologi semakin memudahkan manusia dalam bekerja, kemajuan ini juga membawa tantangan baru. Masalah privasi data, keamanan siber, dan ketimpangan digital menjadi isu yang harus diatasi. Apalagi saat ini proses produksi banyak menggunakan teknologi mesin sehingga penting untuk memiliki sistem keamanan yang baik.
5. Jumlah Pengangguran Bertambah
Kemudahan dalam proses produksi memungkinkan penggunaan mesin akan lebih dibutuhkan dibanding tenaga manusia. Contohnya, perusahaan di bidang garmen atau produksi pakaian yang sekarang dapat digantikan oleh mesin. Secara langsung, hal tersebut meningkatkan jumlah pengangguran. Perubahan cepat dalam teknologi mengakibatkan ketidakseimbangan tenaga kerja dengan beberapa pekerjaan yang tergantikan oleh mesin.
Meski dipercaya dapat membangun kemajuan peradaban dunia dan membantu setiap aspek kehidupan manusia, revolusi industri juga memiliki dampak negatif yang sebaiknya tetap dikontrol oleh manusia agar ke depannya tidak merugikan satu sama lain. Harapannya, dengan adanya perubahan/transformasi teknologi ini, kesejahteraan setiap umat manusia tetap seimbang dan terjaga.
Rizki Dewi A dan Vivia Agarta F berkontribusi dalam penulisan artikel ini