INCO Indonesia kempas-kempis? Nampaknya begitu. PMA nikel di
Soroako itu, anak perusahaan Inco Ltd. di Toronto, pertengahan
September lalu terpaksa memberhentikan 426 dari 3.600
karyawannya (Indonesia). Tenaga asing yang tadinya 88 orang,
juga sudah berkurang 30%. Sedang produksi nikelnya uhun ini
diperkirakan hanya akan mencapai 13.575 ton, 27% dari rencana
kapasitas produksi semula yang 50.000 ton setahun.
Sebabnya, siapa lagi kalau bukan itu resesi dunia, yang
mendorong harga nikel jatuh terperosok. "Dalam dua-tiga uhun
mendaung, pasaran nikel masih tetap belum baik," kata Hitler
Singawinata. Toh Wakil Dir-Ut Inco Indonesia itu, kepada TEMPO,
memperkirakan dalam lima uhun mendatang, perusahaannya "akan
bekerja 60% dari kapasitas penuh." Kapasitas "penuh" itu, pada
1980, telah diturunkan menjadi 40.000 metrik ton.
Tapi gambaran yang pesimistis telah diungkapkan oleh Cyril
Williams, Manajer Keuangannya. Inco Indonesia, kata Williams
kepada The Asian Wall Stree Journal baru-baru ini, "mungkin
perlu mempertimbangkan penutupan sama sekali, untuk sementara."
Suatu tindakan drastis, yang menurut dia, belum direncanakan
induknya.
DAN sang induk di Toronto ternyata sudah mengetatkan ikat
pinggangnya. Menderita kerugian US$ 140,5juta selama sembilan
bulan tahun ini-terbesar selama 50 tahun-- penjualannya dalam
tiga kuartal itu tercatat jatuh dengan 33%, menjadi US$ 981 juta
dari US$ 1,47 milyar periode yang sama tahun lalu.
Nikel terutama digunakan untuk besi tahan karat stainless
steel), dan Inco juga dikenal menghasilkan cukup banyak tembaga,
logam mulia dan cobalt. Permintaan akan ketiga produksinya itu
juga secara beruntun merosot kurang lebih sejak dua tahun
terakhir. Maka usahanya di Guatemala ditutup, juga yang di
Sudbury, Ontario, sejak awal Juni lalu untuk masa kurang lebih
sepuluh bulan. Lalu produksi di pabriknya di Manitoba, Kanada,
akan dihentikan selama empat bulan mulai 1 November, dan Inco
Electro Energy Corporation yang merugi terus, dinyatakan gulung
tikar.
Akibatnya, program pengurangan buruh terus berlangsung di
'keluarga besar' Inco. Kalau tahun lalu buruh yang diberhentikan
sudah sebanyak 2.300, maka tahun ini direncanakan mencapai lebih
dari 3.000. Dan apa ihwal yang dianggurkan di Inco, Sulawesi
Selatan? Wakil Dir-Ut Hitler tak menjarnin jumlah yang sudah
diberhentikan itu tak akan membesar. Sejak beroperasi di
Indonesia tahun 1968, menurut Hitler, perusahaan nikel itu belum
pernah untung. "Tahun ini diperkirakan akan rugi US$ 59 juta,"
kata Hitler.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini