Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Seleksi Berlapis Modal Ventura Pelat Merah

Perusahaan modal ventura milik BUMN dituntut lebih selektif dan menghindari kerugian di tengah pelemahan industri digital.

24 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Perusahaan modal ventura diminta lebih berhati-hati menyalurkan permodalan.

  • Meski pendapatan meningkat, laba bersih bisnis modal ventura di Indonesia menyusut.

  • Perusahaan modal ventura milik BUMN masih mencari sektor usaha yang potensial.

JAKARTA – Perusahaan modal ventura diminta makin berhati-hati dalam menyalurkan modal kepada perusahaan rintisan alias startup. Terlebih saat ini kondisi industri digital masih lesu.

Penyaluran investasi oleh perusahaan modal ventura, kata Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bambang W. Budiawan, harus sesuai dengan standar. "Yakni didasari due diligence yang bijak serta mempertimbangkan rencana divestasi ke depan,” kata dia kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis modal ventura belakangan ikut terguncang akibat penurunan kinerja sektor digital. Riset terbaru perusahaan modal ventura asal Singapura, January Capital, mengungkapkan arus investasi startup di Indonesia merosot pada paruh pertama 2023. Total penyaluran modal ke usaha rintisan anjlok 44 persen dari US$ 1,95 miliar pada semester I 2022 menjadi US$ 1,09 miliar pada periode yang sama tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Merujuk pada data OJK per Juni 2023, pendapatan perusahaan modal ventura lokal sebetulnya meningkat 20,2 persen secara tahunan dari Rp 1,97 triliun menjadi Rp 2,37 triliun. Namun laba bersih bisnis ini menyusut 19,63 persen dari Rp 219 miliar menjadi Rp 176 miliar. Beban entitas ventura juga melambung dari Rp 1,69 triliun menjadi Rp 2,14 triliun secara tahunan. 

Meski demikian, Bambang menyebutkan tren penyaluran investasi modal ventura, terutama dari lingkungan badan usaha milik negara (BUMN), masih tergolong positif. Total penyertaan saham atau pembelian obligasi konversi dari modal ventura BUMN mencapai Rp 4,43 triliun. Angka itu naik 7,07 persen dari posisi Rp 4,11 triliun pada Juni 2022.

Bisnis modal ventura memang sempat menjadi tren di kalangan BUMN, terutama bank pelat merah. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, sebagai contoh, membentuk PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) untuk memodali perusahaan teknologi finansial (fintech).

Hingga Februari lalu, MCI diketahui sudah mendanai 21 startup di Indonesia. Beberapa perusahaan teknologi finansial yang disokong MCI, antara lain, adalah Amartha, startup peer-to-peer lending yang sudah menyalurkan pendanaan lebih dari Rp 6,5 triliun. Ada juga Investree, yang per Oktober tahun lalu membukukan total fasilitas pinjaman Rp 15,6 triliun. 

Kantor Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Dari luar perbankan, BUMN telekomunikasi, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, tak mau ketinggalan dengan membentuk MDI Ventures. Sejak 2016 hingga 2022, nilai kemitraan dengan startup yang dihimpun MDI Ventures  tercatat mencapai Rp 8,6 triliun.

Direktur Portofolio MDI Ventures, Sandhy Widyastahana, masih optimistis soal ketahanan bisnis perusahaan modal ventura di tengah melesunya industri digital. “Winter ini memberi pelajaran bagi startup ataupun VC,” ujar dia. “Pemodal ventura dituntut lebih bijak melakukan due diligence dan mengambil keputusan investasi.” 

Kendati demikian, tutur Sandhy, MDI Ventures masih terus aktif menyalurkan permodalan kepada perusahaan rintisan lokal ataupun global. Saat ini, MDI Ventures tengah berfokus membiayai perusahaan rintisan bidang kesehatan, perkebunan, finansial, logistik, pendidikan, serta enterprise atau pengelolaan perusahaan. 

Sikap kehati-hatian perusahaan modal ventura, terutama yang terafiliasi dengan BUMN, harus lebih ekstra. Peneliti BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, mengatakan hal ini disebabkan oleh beban penugasan untuk menghindari kerugian lantaran terikat dengan uang negara. "Makanya wajar jika mereka jadi sangat selektif, hanya mau mendanai startup yang levelnya cukup mature, untuk menghindari risiko gagal."

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, sependapat dengan Toto. Beberapa tahun lalu, kata dia, modal yang disalurkan perusahaan ventura masih bisa digunakan untuk program promosi atau akuisisi konsumen perusahaan rintisan. 

Namun, kata Bhima, saat ini perusahaan modal ventura mulai menginginkan profit jangka pendek. “Orientasinya untuk mengejar valuasi, bukan lagi untuk 'bakar uang'. Kalau modal ventura milik BUMN menimbulkan kerugian, malah bisa jadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan.”

YOHANES PASKALIS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus