Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kebutuhan akan pengembang aplikasi terus meningkat.
Jumlah klien dari perusahaan startup turun drastis.
Banyak perusahaan yang meminta pembaruan aplikasi.
JAKARTA — Industri software engineering tak terpisahkan dari pesatnya perkembangan ekonomi digital di Indonesia. Kebutuhan pengembangan aplikasi untuk menjawab permasalahan dan kebutuhan di berbagai sektor membuat prospek bisnis ini menjanjikan.
Hal itulah yang dirasakan oleh PT Kode Aplikasi Indonesia, atau yang dikenal dengan nama NBS, dalam melayani pengembangan produk peranti lunak dan layanan digital mulai dari perusahaan rintisan, BUMN, swasta, hingga lembaga pemerintah. Sejak berdiri pada 2012, NBS telah menyelesaikan lebih dari 200 proyek dan memiliki lebih dari 90 klien.
Co-Founder & Chief Innovation Officer NBS, Sidiq Permana, menuturkan, tak hanya melayani klien lokal, perusahaannya juga melayani klien dari Eropa dan Amerika Serikat. Sebagai contoh, klien NBS di dalam negeri adalah Telkom, PLN, Astra International, BPJS Ketenagakerjaan, Pegadaian, OVO, GoTo Group, Acer, dan Paragon.
“Untuk pemerintahan, saat ini kami sedang bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,” ujarnya. Bagaimana strategi NBS dalam menjalankan bisnis software engineering? Berikut petikan wawancara Sidiq dengan wartawan Tempo, Ghoida Rahmah, pada Kamis pekan lalu di kantor NBS, di Bintaro, Jakarta Selatan.
Apa saja solusi dan layanan yang ditawarkan NBS?
Kami berfokus pada bisnis konsultasi software engineering. Kami memiliki empat layanan utama, yaitu build apps, modernize apps, product design, dan training & consultation. Biasanya klien datang ke kami ingin mendapat pelatihan untuk meningkatkan kemampuan tim IT mereka, lalu bikin aplikasi baru untuk mendukung proses bisnis mereka.
Ada juga yang datang untuk bikin aplikasi on demand yang bisa dirasakan langsung masyarakat. Misalkan Astra International datang untuk bikin aplikasi yang mendukung sistem sumber daya manusia mereka. Lalu ada Tix ID. Pada 2019, mereka datang ke kami untuk mengembangkan aplikasi pembelian tiket bioskop secara daring.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagaimana prospek software developer dalam membantu pengembangan ekonomi digital?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saya optimistis sekali dengan prospeknya. Pertama, Indonesia ini merupakan episentrum ekonomi digital di ASEAN. Kedua, penetrasi Internet kita cukup tinggi. Ketiga, harga gawai, khususnya telepon seluler pintar, sekarang makin murah. Sehingga pasti ada kebutuhan developer untuk mengembangkan aplikasi. Kami setiap tahun selalu mencari talenta-talenta baru karena prospeknya tidak hanya untuk memenuhi pasar dalam negeri, tapi juga luar negeri.
Jenis layanan apa yang paling tinggi permintaannya pada tahun ini?
Pada 2023 ini, trennya reengineering atau modernize apps. Karena ada siklus lima tahunan di perusahaan untuk memperbarui aplikasi. Jadi, sekarang yang datang ke kami aplikasinya sudah dirasa tidak bisa mengikuti perubahan-perubahan dan dinamika bisnis. Akhirnya mereka minta untuk melakukan refactoring terhadap aplikasinya, disesuaikan dengan kebutuhan yang baru.
Sejumlah klien Nusantara Beta Studio (NBS). nbs.co.id
Khusus klien startup, apakah ada penurunan akibat winter tech?
Iya, tentu. Dulu sebelum winter tech (lesunya bisnis startup) kami banyak kedatangan startup lokal yang minta dibantu untuk mengembangkan aplikasi. Tapi, setelah winter tech ini, kami hanya pegang dua startup di Indonesia. Dulu sebelum winter tech, antara korporasi dan startup itu kejar-kejaran, jumlah proyeknya mirip-mirip. Sekarang terasa sekali penurunannya.
Startup jenis apa yang mampu bertahan dari winter tech?
Selama ini kami perhatikan yang bisa bertahan adalah startup dengan layanan-layanan aplikasi yang sudah terbukti pasarnya. Tanpa ada promo tetap ada yang beli, mereka tetap jalan, punya pelanggan yang jumlahnya besar, bergantung, dan percaya dengan layanan yang diberikan karena benar-benar punya nilai tambah untuk pengguna.
Apa tantangan terbesar dalam menjalankan bisnis peranti lunak ini?
Tantangan terbesar ada di proses pengembangan, dan ini berbeda-beda, tergantung kliennya. Contohnya untuk startup, paling terasa adalah ide mereka yang masih terlalu liar, sehingga bagaimana memastikan apa yang ada di kepala mereka itu sama hasilnya dengan aplikasi yang nanti kami buat.
Kalau untuk korporasi, biasanya cenderung lebih lancar karena mereka sudah lebih terstruktur, sudah punya gambaran yang lebih jelas nanti operasionalnya seperti apa. Sedangkan untuk pemerintahan, biasanya ide yang dimiliki masih agak kasar, lalu harus disesuaikan dengan kepatuhan terhadap regulasi-regulasi.
Berapa lama proses pengerjaan proyek?
Kalau untuk mengembangkan aplikasi guna menyelesaikan suatu permasalahan sekitar 2-3 bulan dengan definisi lingkup yang sudah jelas, sudah terkonfirmasi nanti rencana operasionalnya bagaimana. Kami biasanya sampaikan, kalau untuk aplikasi korporasi rilis total dalam enam bulan. Tapi kami bisa rilis secara parsial, misalkan dalam 3 bulan, dari 10 fitur, kami bisa rilis 4 fitur dulu, sisanya menyusul tiap bulan. Intinya, kalau ingin berhasil membuat aplikasi, harus benar analisisnya, harus tahu prioritasnya. Karena kalau di depan sudah gagal, pasti gagal juga di belakang.
Bagaimana tingkat kepuasan klien-klien NBS?
Mereka senang dan memesan kembali juga. Rata-rata klien kami memiliki retention rate tiga tahunan, di mana sebanyak 60 persen hampir pasti kembali lagi.
Apakah ada perbedaan dalam bisnis software engineering sebelum dan sesudah pandemi?
Permintaan terbesar itu pada 2021, ketika semua benar-benar beralih ke digital. Perusahaan-perusahaan belanja besar-besaran. Pada 2022, ada pergeseran belanja, tidak hanya berfokus ke teknologi, tapi juga ke bidang lain. Begitu juga pada tahun ini karena pandemi sudah mulai mereda. Aktivitas offline sudah banyak kembali normal.
Dukungan apa yang dibutuhkan dari pemerintah?
Dukungan kebijakan terkait dengan privacy, copyright, dan proteksi-proteksi di era digital ini harus ditingkatkan. Kemudian perpajakan juga diharapkan lebih adil.
Bagaimana cara Anda mencari SDM yang berkualitas?
Dari 85 karyawan kami saat ini, lebih dari 50 persennya merupakan developer. Pada dasarnya, mau jurusan apa pun, sebenarnya bisa menjadi ahli di industri IT asalkan mau belajar. Karena kursusnya juga sudah banyak.
Mengenai strategi perekrutan SDM, kami bekerja sama dengan kampus-kampus, lalu dengan program magang, seperti Kampus Merdeka, lalu dengan Google Developer Expert, dengan program Bangkit (Bangkit Academy 2023 oleh Google, GoTo, Traveloka).
Dalam program Bangkit, kita bisa kuliah tanpa harus ke kampus, tapi bisa dapat bimbingan dari para ahli dengan materi yang berkualitas, ada mentorship, untuk coding dan Android development. Buat kami, ini salah satu cara seleksi yang baik. Kami siapkan program magang juga secara internal untuk menjadi karyawan tetap nantinya. Kami juga bekerja sama dengan Nanyang Polytechnic, Singapura, supaya mahasiswa-mahasiswa mereka bisa magang di NBS.
Bagaimana masa depan pengembang Android di Indonesia?
Android ini mengusung ekosistem keterbukaan yang potensial, yang bisa membuat banyak hal terjadi. Banyak orang yang beranggapan bahwa Android ini ekosistem yang akan mengubah orang dan menggerakkan ekosistem digital di seluruh dunia.
Android ini suatu terobosan, dengan biaya investasi yang lebih murah. Ekosistem ini menguntungkan banyak pihak, bukan hanya Google sebagai kontributor utama Android. Bisa dilihat hampir semua aspek mesin digital di belakangnya pasti Android.
Keamanan siber sedang rawan, bagaimana NBS menyikapinya?
Kami lebih ke arah preventif. Keamanan itu sejak awal pengembangan harus sudah jadi bagian terintegrasi, bukan sesuatu yang dikerjakan di belakang. Kami punya panduan dan standar acuan yang harus dipenuhi, melakukan analisis risiko juga, yang setiap perkembangan terbarunya selalu kami pantau.
Kemudian kepatuhan terhadap regulasi. Lalu kami selalu minta klien melakukan penetration testing bekerja sama dengan peretas-peretas independen untuk melakukan penetrasi. Nanti ada ulasan dan catatan apa saja yang harus ditingkatkan. Terakhir, ada kode etik sebagai developer dan untuk akses keamanan juga ada level-levelnya.
Apa visi jangka panjang NBS?
Kami ingin bisa menjadi perusahaan software engineering kelas dunia. Kami ingin jadi perusahaan global yang terbaik di bidang itu. Rencananya, tahun ini kami membuka layanan di Singapura, karena ada permintaan di sana, potensinya ada. Kami akan terus membangun kesinambungan perusahaan.
***
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo