Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini Jumat, 26 April 2024 fluktuatif dan akan ditutup menguat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp 16.150 sampai Rp 16.220," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada akhir perdagangan Kamis, 25 April 2024, kurs rupiah ditutup melemah 32 basis poin pada level Rp 16.187 per dolar AS. Sementara pada hari sebelumnya, nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 16.155 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan, dinamika ekonomi keuangan global cepat berubah karena perubahan arah kebijakan moneter AS dan memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta Eropa. Kondisi tersebut, kata dia meningkatkan risiko dan ketidakpastian.
Selain itu, inflasi yang tinggi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi AS mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari perkiraan. Hal ini sejalan dengan pernyataan para pejabat The Fed.
Selanjutnya: Menurut Ibrahim, investor global memindahkan portofolionya ke aset....
Menurut Ibrahim, investor global memindahkan portofolionya ke aset yang lebih aman. Khususnya mata uang dolar AS dan emas.
"Sehingga menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar," tuturnya.
Ibrahim menilai, kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian. Termasuk dampaknya terhadap perekonomian Tanah Air.
Pada Rabu, 24 April 2024, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Tak hanya itu itu, suku bunga deposit facility dan lending facility juga naik 25 basis poin. "Masing-masing menjadi sebesar 5,5 persen dan 7 persen," kata Ibrahim.
Sementara itu, sentimen eksternal datang dari greenback yang tetap mendekati level tertinggi dalam 5 bulan. Level ini tercapai pada pekan lalu.
"Para pedagang terus mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh The Fed."