Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DARI 40 stasiun bumi SKSD yang dibangun Perumtel, terdapat 34
stasiun yang dilengkapi dengan peralatan yang bisa menyalurkan
siaran televisi Sehubungan dengan perluasan jaringan siaran
TV-RI di rencanakan penyaluran siaran teievisi lewat SKSD baru
meliputi 26 stasin bumi di ibukota propinsi. Selebihnya bakal
dibangun secara bertahap, "sesuai dengan prioritas pemerintah
mengarahkan pembangunan nasional secara menyeluruh", kata Dirjen
RTF Sumadi.
Inilah laporan dari daerah ke daerah: JAYAPURA: Ayam pun
Ngambeg
Di Jayapura, begitu Palapa masuk di awang-awang, orang lantas
mengira seketika itu juga bisa menonton televisi. Tak heran bila
banyak penggede yang kebetulan dinas ke Jakarta pulangnya
"nyangking" pesawat televisi.
"SKSD itu hanya saluran yangmelayani aliran yang mau lewat.
Sedang yang mau lewat itu, televisi, belum siap", kata Sudoto
BcTT. Kepala Daerah Telekom Irian Jaya itu mengungkapkan lagi,
meski stasion bumi ada dan siap pula menyalurkan siaran berwarna
juga, tapi minus stasiun relay dan pemancar, tentu televisi
belum bisa berkutik. Pembangunan stasiun relay yang terletak di
Bhayangkara, sarana fisiknya baru mendekati 80%. Tapi untuk
stasiun pemancar di Polimak, belum sebuah tiang pun nampak
terpancang.
Lokasinya terletak di puncak Gunung Polimak. Tapi karena kurang
matangnya perencanaan team survai dari pusat, pembabatan
meratakan puncak gunung itu jadi tertunda. Dengan ketinggian 100
meter dari muka laut, lokasi stasiun pemancar itu merupakan
medan yang lumayan berat. Tiga buldozer telah terguling ke
jurang, dan satu di antaranya hampir membobol dinding rumah
penduduk. Syukur tak sampai minta korban. Belum lagi batu-batu
segede gajah yang ikut menggelinding, nyaris pula menimpa
kandang ayam penduduk di kaki gunung itu. Mungkin karena
keliwat kaget, ayam-ayam itu ngambeg bertelur. Sehingga
pemiliknya bersitegang urat minta ganti rugi.
"Biaya proyek televisi di Jayapura ini bakal menelan Rp 160 juta
lebih", kata Umar Solle, kepala proyek TV-RI Jayapura. Tapi
kapan persisnya proyek itu siap, belum diperoleh kepastian
"Pokoknya sebelum Pemilu", sahut Umar.
Namun meski resminya belum ada stasiun relay, toh di Jayapura
TV-RI Jakarta bisa ditangkap. Ada yang panjang akal membikin
sebuah pemancar mini (5 wat) dan nampu menjangkau radius
beberapa kilo dari stasiun bumi di Bhayangkara.
Cerita tentang adanya siaran Jakarta yang bisa ditangkap itu
cepat tersiar. Dan yang tentu bertindak sigap ialah para penjual
pesawat. Saat itu cuma satu merek pesawat saja yang menguasai
pasaran, yaitu Sanyo, karena di sana ada agennya di samping
beberapa merek lain yang kecil-kecilan. Total jenderal untuk
satu pesawat ukuran 20 inci orang suka merogoh kantong Rp 300
ribu. Atau bila penduduk misalnya masih enggan buka kocek,
mereka bisa berduyun-duyun ke toko televisi itu untuk ikut
menonton. Hampir tiap malam agen pesawat itu menyetel siaran
Jakarta -- sambil sekalian promosi.
Sampai kapan berlangsung akal-akalan dari pemancar televisi
darurat itu. belum jelas. Tapi ada kabar bagus dari pimpinan
proyek TV-RI yang mengemukakan rencana mendirikan sementara
stasiun dengan kekuatan 100 wat. Kalau ini betul niscaya banyak
pesawat yang sudah keburu dipajang itu, tak akan jadi sarang
laba-laba saja.
UJUNG PANDANG: Mirip Siluman
Kenaikan angka penjualan pesawat televisi di Ujungpandang
meningkat lebih separoh, setelah ada Palapa. Hingga pertengahan
Desember lalu nampak jumlahnya mencapai 9.000 lebih. "Itu belum
termasuk pesawat yang tidak terdaftar, sebab angka itu hanya
Ujungpandang dan sekitarnya", ujar JJ Pattiasina, pejabat kantor
pos besar di kota itu. Sebab berkat adanya stasiun bumi di
kabupaten Maros (30 Km dari Ujungpandang), siaran Jakarta bisa
direlay.
Siaran dari Ujungpandang itu ada juga yang mencoba menangkap
dari jarak 200 Km, seperti di Wajo. Tentu saja gambarnya mirip
siluman saja, meski suaranya terdengar. Sehingga ada usul agar
Sulawesi Selatan diberi lagi stasiun repeater yang memungkinkan
gambar dan suara bagus pada setiap jarak 50 Km.
Di Ujungpandang sendiri penerimaan siaran Jakarta sering baik.
Tergantung kondisi cuaca juga. Di toko-toko ada pula dipajang
pesawat berwarna. Sementara di studionya sendiri ada peralatan
untuk warna juga.
Bagi mereka yang terbilang belum mampu memiliki televisi, ada
disediakan televisi umum Cuma sayang ada beberapa kecamatan yang
tidak memasangnya buat umum Tiga kecamatan di pinggiran
Ujungpandang memasang pesawat itu untuk penduduk. Sebagian besar
penontonnya terdiri dari anak-anak dan remaja, yang sudah sibuk
membicarakan apa saja acara televisi nanti malam, apakah cocok
dengan siaran di koran Sekalipun turun hujall, menonton jalan
terus. Anak-anak pun sudah mulai latah berlogat Jakarte.
Ada satu pesawat dari Pemda yang dipasang di halaman mesjid.
Sehingga sering ada "sensor" buat suatu acara. Maka riuhlah
penonton membincangkan penempatan yang lebih cocok.
SULAWESI UTARA: Bak Kehabisan Garam
Datangnya mirip kado Natal. Itulah televisi di Manado yang sudah
dinikmati sebagian kecil penduduk Sulawesi Utara. Tak kepalang
tanggung serentak peresmian. toko-toko diserbu sampai antri
bagai rakyat kehabisan garam.
"Ini tak terlepas dari sifat orang Manado juga, yang kuat
bersaing", komentar Ny. tmma Tawaluyan, kepala studio RRI-TV-RI
Manado. Pengamatan nyonya itu tak keliwat keliru, bila di ikuti
lagi larisnya televisi dari ukuran 24 inci. Agen National Gobel
menyatakan "sudah melayani 320 pembeli". dalam tempo yang
singkat saja.
Sementara itu penyalur pesawat Philips di Manado mengungkapkan
sudah dua ribu lebih pesawatnya habis di pasaran. Di mana
letaknya keunggulan masing-masing merek itu, agaknya perlu
diuji dulu oleh pemakainya Sebab mungkin mereka terdorong
membeli karena pengaruh promosi yang memang gencar beberapa
waktu lalu Philips pernah melakukan percobaan dengan video tape,
sebelum pemancar Manado itu jalan.
Tapi setelah ada televisi ternyata belum sendirinya orang
terhibur. Terbukti sejumlah gerutuan sudah harus ditampung.
Keluhan itu datang terutama dari mereka yang kurang faham
tentang daya jangkau pemancaran siaran. Sehingga sering cuma
harus menangkap gambar mirip setan gentayangan di layar
pesawatnya. Kepada mereka diminta bersabar menunggu rampungna
stasiun di Makawembeng Tondano, yang bakal berfungsi tak lama
lagi.
Sebegitu jauh belum diperoleh berapa jumlah pesawat yang beredar
di daerah ini. Yang diketahui bahwa siaran dari Manado dapat
diterima dengan baik di Tomohon, Sonder, Bitung, Pineleng,
Airmadidi, sebagian daerah Tonsea, Siau, Tagulandang. Sedang di
Minahasa selatan menurut laporan penerimaannya masih 50%, hingga
keadaan ini dikuatirkan membuat mata penduduk mudah rabun.
Ada 33 pesawat umum yang dipasang di kecamatan seantero Manado
dan Minahasa. Kabarnya akall ditambah 15 lagi sampai ke
Siau-Tagulandang. "Peminal televisi umum ini berkisar sekitar
800 sampai 1000 penonton tiap malamnya", tutur Camat Manado
Selatan Hesky Robot
Selain ada televisi umum, ada beberapa pemilik pesawat pribadi
yang suka hati membuka pintu untuk jiran-jirannya. Sehingga di
mana ada rumah tercogok antenanya, di situ orang berkerumun.
Saat ini memang siaran berlangsung hanya dua jam sehari, kecuali
malam Minggu sampai larut malam. Namun seorang juru penerangan
dari Manado Selatan tak urung repot juga. Sebab tiap malam ia
harus menjaga lapangan tempat parkir televisi itu. "Biarpun
hujan, masih ada yang menonton", katanya.
MEDAN: Nyelip Johny Gudel
Meski tak semua siaran Jakarta tersiar di Medan, toh masyarakat
penonton televisi di kawasan itu kini cukup kenal dengan
rupa-rupa banyolan. Tak heran bila dalam gurau sehari-hari
nyelip gaya Johny Gudel. Begitu pula dengan gaya
penyanyi-penyanyi ibukota yang sering mengisi acara TV-RI
Jakarta.
Adanya stasiun televisi di Medan ternyata belum menjamin orang
bakal betah menyaksikannya. Maklum. Ada saja ketidak-puasan
menonton televisi awak ini. "Coba kau pikir, jang", ujar
seorang penonton, "televisi ini macam tak punya berita saja,
masakan kenaikan pangkat letnan saja masuk televisi". Maka
jangan heran bila ada yang cukup mampu, lalu memasang antena
seharga Rp 100 ribu lebih, agar pesawatnya bisa menangkap siaran
dari Kuala Lumpur.
Tapi walaupun ada gerutuan terhadap TV-RI Medan, kritik terbuka
di koran harnpir tak ada, satu hal yang berbeda dengan
pertelevisian di Jakarta. Memang pernah ada koran yang memuat
surat pembaca tentang TV-RI Medan. Akibatnya, selama beberapa
minggu harian tersebut tak mendapat tempat dalam acara sari pers
di televisi. Sebab itu bila orang tak mau darah tinggi, dia bisa
menunggu siaran Jakarta. Atau berpaling sama sekali ke negara
tetangga. Apa boleh buat.
TANJUNGPINANG: Bukan Baru
Di Kepulauan Riau, selain penduduknya sudah lama mengenal dolar,
televisipun bukan terbilang barang baru. Sudah sejak 8 tahun
terakhir ini mereka bisa menikmati siaran dari Singapura dan
Kuala Lumpur. Kalaupun ada daerah yang belum tersentuh televisi
adalah gugusan pulau Natuna, seperti diungkapkan Kasamadan,
kepala kantor pos Tanjung Pinang. Memang bukan seluruhnya orang
Kepulauan Riau yang keburu "dicekoki" siaran negeri tetangga itu
Sebab di Singkep ada beberapa ratus pesawat yang sudah jadi
langganan stasiun Palembang. Saat ini ditaksir ada 3200 pesawat
televisi di Kepulauan Riau.
Pengaruh dari siaran Singapura dan Malaysia itu bukan tak terasa
dalam kehidupan sehari-hari di Kepulauan Riau. Di Tanjung Pinang
misalnya, orang baru merasa asyooi bila mulai dari ujung rambut
sampai ujung kaki sudah memakai buatan luar negeri. Biasa,
terpengaruh iklan di teve. Sebaliknya. ada juga manfaat yang
diperoleh. Kata Suhardi "Penduduk lebih cepat mengikuti
perkembangan dunia". Kepala Kanwil Deppen Kepulauan Riau itu
juga menunjuk banyak peristiwa dalam negeri seperti KTT ASEAN
di Bali, perebutan piala Thomas, sore harinya sudah bisa diikuti
di sini.
Dari kenyataan begitu pejabat daerah Deppen itu kemudian
mengungkapkan, tahun 1977 ini Kepulauan Riau bakal kebagian
stasiun televisi juga Kepulauan Riau dapat satu proyek SK SD di
Batam yang beluml rampung. Juga di Pekanbaru belum rampung.
Agaknya Riau masih harus bersabar tunggu giliran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo