Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Setelah Palapa, Ramai-Ramai ...

Laporan perkembangan pengaruh televisi setelah perluasan stasiun pemancar TVRI. Dari Jayapura, Ujung Pandang, Sulawesi Utara, Medan dan Tanjung Pinang. Pesawat tv laku keras. (md)

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI 40 stasiun bumi SKSD yang dibangun Perumtel, terdapat 34 stasiun yang dilengkapi dengan peralatan yang bisa menyalurkan siaran televisi Sehubungan dengan perluasan jaringan siaran TV-RI di rencanakan penyaluran siaran teievisi lewat SKSD baru meliputi 26 stasin bumi di ibukota propinsi. Selebihnya bakal dibangun secara bertahap, "sesuai dengan prioritas pemerintah mengarahkan pembangunan nasional secara menyeluruh", kata Dirjen RTF Sumadi. Inilah laporan dari daerah ke daerah: JAYAPURA: Ayam pun Ngambeg Di Jayapura, begitu Palapa masuk di awang-awang, orang lantas mengira seketika itu juga bisa menonton televisi. Tak heran bila banyak penggede yang kebetulan dinas ke Jakarta pulangnya "nyangking" pesawat televisi. "SKSD itu hanya saluran yangmelayani aliran yang mau lewat. Sedang yang mau lewat itu, televisi, belum siap", kata Sudoto BcTT. Kepala Daerah Telekom Irian Jaya itu mengungkapkan lagi, meski stasion bumi ada dan siap pula menyalurkan siaran berwarna juga, tapi minus stasiun relay dan pemancar, tentu televisi belum bisa berkutik. Pembangunan stasiun relay yang terletak di Bhayangkara, sarana fisiknya baru mendekati 80%. Tapi untuk stasiun pemancar di Polimak, belum sebuah tiang pun nampak terpancang. Lokasinya terletak di puncak Gunung Polimak. Tapi karena kurang matangnya perencanaan team survai dari pusat, pembabatan meratakan puncak gunung itu jadi tertunda. Dengan ketinggian 100 meter dari muka laut, lokasi stasiun pemancar itu merupakan medan yang lumayan berat. Tiga buldozer telah terguling ke jurang, dan satu di antaranya hampir membobol dinding rumah penduduk. Syukur tak sampai minta korban. Belum lagi batu-batu segede gajah yang ikut menggelinding, nyaris pula menimpa kandang ayam penduduk di kaki gunung itu. Mungkin karena keliwat kaget, ayam-ayam itu ngambeg bertelur. Sehingga pemiliknya bersitegang urat minta ganti rugi. "Biaya proyek televisi di Jayapura ini bakal menelan Rp 160 juta lebih", kata Umar Solle, kepala proyek TV-RI Jayapura. Tapi kapan persisnya proyek itu siap, belum diperoleh kepastian "Pokoknya sebelum Pemilu", sahut Umar. Namun meski resminya belum ada stasiun relay, toh di Jayapura TV-RI Jakarta bisa ditangkap. Ada yang panjang akal membikin sebuah pemancar mini (5 wat) dan nampu menjangkau radius beberapa kilo dari stasiun bumi di Bhayangkara. Cerita tentang adanya siaran Jakarta yang bisa ditangkap itu cepat tersiar. Dan yang tentu bertindak sigap ialah para penjual pesawat. Saat itu cuma satu merek pesawat saja yang menguasai pasaran, yaitu Sanyo, karena di sana ada agennya di samping beberapa merek lain yang kecil-kecilan. Total jenderal untuk satu pesawat ukuran 20 inci orang suka merogoh kantong Rp 300 ribu. Atau bila penduduk misalnya masih enggan buka kocek, mereka bisa berduyun-duyun ke toko televisi itu untuk ikut menonton. Hampir tiap malam agen pesawat itu menyetel siaran Jakarta -- sambil sekalian promosi. Sampai kapan berlangsung akal-akalan dari pemancar televisi darurat itu. belum jelas. Tapi ada kabar bagus dari pimpinan proyek TV-RI yang mengemukakan rencana mendirikan sementara stasiun dengan kekuatan 100 wat. Kalau ini betul niscaya banyak pesawat yang sudah keburu dipajang itu, tak akan jadi sarang laba-laba saja. UJUNG PANDANG: Mirip Siluman Kenaikan angka penjualan pesawat televisi di Ujungpandang meningkat lebih separoh, setelah ada Palapa. Hingga pertengahan Desember lalu nampak jumlahnya mencapai 9.000 lebih. "Itu belum termasuk pesawat yang tidak terdaftar, sebab angka itu hanya Ujungpandang dan sekitarnya", ujar JJ Pattiasina, pejabat kantor pos besar di kota itu. Sebab berkat adanya stasiun bumi di kabupaten Maros (30 Km dari Ujungpandang), siaran Jakarta bisa direlay. Siaran dari Ujungpandang itu ada juga yang mencoba menangkap dari jarak 200 Km, seperti di Wajo. Tentu saja gambarnya mirip siluman saja, meski suaranya terdengar. Sehingga ada usul agar Sulawesi Selatan diberi lagi stasiun repeater yang memungkinkan gambar dan suara bagus pada setiap jarak 50 Km. Di Ujungpandang sendiri penerimaan siaran Jakarta sering baik. Tergantung kondisi cuaca juga. Di toko-toko ada pula dipajang pesawat berwarna. Sementara di studionya sendiri ada peralatan untuk warna juga. Bagi mereka yang terbilang belum mampu memiliki televisi, ada disediakan televisi umum Cuma sayang ada beberapa kecamatan yang tidak memasangnya buat umum Tiga kecamatan di pinggiran Ujungpandang memasang pesawat itu untuk penduduk. Sebagian besar penontonnya terdiri dari anak-anak dan remaja, yang sudah sibuk membicarakan apa saja acara televisi nanti malam, apakah cocok dengan siaran di koran Sekalipun turun hujall, menonton jalan terus. Anak-anak pun sudah mulai latah berlogat Jakarte. Ada satu pesawat dari Pemda yang dipasang di halaman mesjid. Sehingga sering ada "sensor" buat suatu acara. Maka riuhlah penonton membincangkan penempatan yang lebih cocok. SULAWESI UTARA: Bak Kehabisan Garam Datangnya mirip kado Natal. Itulah televisi di Manado yang sudah dinikmati sebagian kecil penduduk Sulawesi Utara. Tak kepalang tanggung serentak peresmian. toko-toko diserbu sampai antri bagai rakyat kehabisan garam. "Ini tak terlepas dari sifat orang Manado juga, yang kuat bersaing", komentar Ny. tmma Tawaluyan, kepala studio RRI-TV-RI Manado. Pengamatan nyonya itu tak keliwat keliru, bila di ikuti lagi larisnya televisi dari ukuran 24 inci. Agen National Gobel menyatakan "sudah melayani 320 pembeli". dalam tempo yang singkat saja. Sementara itu penyalur pesawat Philips di Manado mengungkapkan sudah dua ribu lebih pesawatnya habis di pasaran. Di mana letaknya keunggulan masing-masing merek itu, agaknya perlu diuji dulu oleh pemakainya Sebab mungkin mereka terdorong membeli karena pengaruh promosi yang memang gencar beberapa waktu lalu Philips pernah melakukan percobaan dengan video tape, sebelum pemancar Manado itu jalan. Tapi setelah ada televisi ternyata belum sendirinya orang terhibur. Terbukti sejumlah gerutuan sudah harus ditampung. Keluhan itu datang terutama dari mereka yang kurang faham tentang daya jangkau pemancaran siaran. Sehingga sering cuma harus menangkap gambar mirip setan gentayangan di layar pesawatnya. Kepada mereka diminta bersabar menunggu rampungna stasiun di Makawembeng Tondano, yang bakal berfungsi tak lama lagi. Sebegitu jauh belum diperoleh berapa jumlah pesawat yang beredar di daerah ini. Yang diketahui bahwa siaran dari Manado dapat diterima dengan baik di Tomohon, Sonder, Bitung, Pineleng, Airmadidi, sebagian daerah Tonsea, Siau, Tagulandang. Sedang di Minahasa selatan menurut laporan penerimaannya masih 50%, hingga keadaan ini dikuatirkan membuat mata penduduk mudah rabun. Ada 33 pesawat umum yang dipasang di kecamatan seantero Manado dan Minahasa. Kabarnya akall ditambah 15 lagi sampai ke Siau-Tagulandang. "Peminal televisi umum ini berkisar sekitar 800 sampai 1000 penonton tiap malamnya", tutur Camat Manado Selatan Hesky Robot Selain ada televisi umum, ada beberapa pemilik pesawat pribadi yang suka hati membuka pintu untuk jiran-jirannya. Sehingga di mana ada rumah tercogok antenanya, di situ orang berkerumun. Saat ini memang siaran berlangsung hanya dua jam sehari, kecuali malam Minggu sampai larut malam. Namun seorang juru penerangan dari Manado Selatan tak urung repot juga. Sebab tiap malam ia harus menjaga lapangan tempat parkir televisi itu. "Biarpun hujan, masih ada yang menonton", katanya. MEDAN: Nyelip Johny Gudel Meski tak semua siaran Jakarta tersiar di Medan, toh masyarakat penonton televisi di kawasan itu kini cukup kenal dengan rupa-rupa banyolan. Tak heran bila dalam gurau sehari-hari nyelip gaya Johny Gudel. Begitu pula dengan gaya penyanyi-penyanyi ibukota yang sering mengisi acara TV-RI Jakarta. Adanya stasiun televisi di Medan ternyata belum menjamin orang bakal betah menyaksikannya. Maklum. Ada saja ketidak-puasan menonton televisi awak ini. "Coba kau pikir, jang", ujar seorang penonton, "televisi ini macam tak punya berita saja, masakan kenaikan pangkat letnan saja masuk televisi". Maka jangan heran bila ada yang cukup mampu, lalu memasang antena seharga Rp 100 ribu lebih, agar pesawatnya bisa menangkap siaran dari Kuala Lumpur. Tapi walaupun ada gerutuan terhadap TV-RI Medan, kritik terbuka di koran harnpir tak ada, satu hal yang berbeda dengan pertelevisian di Jakarta. Memang pernah ada koran yang memuat surat pembaca tentang TV-RI Medan. Akibatnya, selama beberapa minggu harian tersebut tak mendapat tempat dalam acara sari pers di televisi. Sebab itu bila orang tak mau darah tinggi, dia bisa menunggu siaran Jakarta. Atau berpaling sama sekali ke negara tetangga. Apa boleh buat. TANJUNGPINANG: Bukan Baru Di Kepulauan Riau, selain penduduknya sudah lama mengenal dolar, televisipun bukan terbilang barang baru. Sudah sejak 8 tahun terakhir ini mereka bisa menikmati siaran dari Singapura dan Kuala Lumpur. Kalaupun ada daerah yang belum tersentuh televisi adalah gugusan pulau Natuna, seperti diungkapkan Kasamadan, kepala kantor pos Tanjung Pinang. Memang bukan seluruhnya orang Kepulauan Riau yang keburu "dicekoki" siaran negeri tetangga itu Sebab di Singkep ada beberapa ratus pesawat yang sudah jadi langganan stasiun Palembang. Saat ini ditaksir ada 3200 pesawat televisi di Kepulauan Riau. Pengaruh dari siaran Singapura dan Malaysia itu bukan tak terasa dalam kehidupan sehari-hari di Kepulauan Riau. Di Tanjung Pinang misalnya, orang baru merasa asyooi bila mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki sudah memakai buatan luar negeri. Biasa, terpengaruh iklan di teve. Sebaliknya. ada juga manfaat yang diperoleh. Kata Suhardi "Penduduk lebih cepat mengikuti perkembangan dunia". Kepala Kanwil Deppen Kepulauan Riau itu juga menunjuk banyak peristiwa dalam negeri seperti KTT ASEAN di Bali, perebutan piala Thomas, sore harinya sudah bisa diikuti di sini. Dari kenyataan begitu pejabat daerah Deppen itu kemudian mengungkapkan, tahun 1977 ini Kepulauan Riau bakal kebagian stasiun televisi juga Kepulauan Riau dapat satu proyek SK SD di Batam yang beluml rampung. Juga di Pekanbaru belum rampung. Agaknya Riau masih harus bersabar tunggu giliran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus