Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA- Kinerja ekspor sepanjang 2022 mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, yaitu mencapai US$ 291,98 miliar. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan nilai ekspor itu naik 26,07 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021. Kenaikan terbesar terjadi pada ekspor nonmigas yang mencapai US$ 275,96 miliar atau naik 25,8 persen.
Meski demikian, sinyal perlambatan kinerja ekspor mulai dirasakan memasuki pengujung tahun lalu. Pada Desember 2022, ekspor tercatat sebesar US$ 23,83 miliar; turun 1,1 persen dibanding bulan sebelumnya. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan kinerja ekspor menurun baik dari sisi nilai maupun volume dalam empat bulan terakhir.
"Penurunan ekspor terjadi pada nonmigas sebesar 2,73 persen menjadi US$ 22,35 miliar, sedangkan ekspor migas masih naik 32,45 persen menjadi US$ 1,48 miliar karena ditopang kenaikan harga minyak yang masih berlangsung," ujar Margo, kemarin.
Pada 2022, ekspor nonmigas memang menunjukkan kinerja positif, khususnya yang berasal dari industri pertambangan dengan kenaikan sebesar 71,22 persen mencapai US$ 64,92 miliar. Menurut Margo, ada beberapa peristiwa yang menjadi sentimen pergerakan kinerja ekspor sepanjang tahun lalu. “Perang Rusia dan Ukraina mengganggu rantai pasok global, tapi menjadi berkah bagi harga batu bara yang kemudian menjadi komoditas unggulan ekspor,” ucapnya.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Andry Asmoro, mengungkapkan sinyal penurunan kinerja ekspor menandakan pelemahan permintaan global semakin tajam di tengah laju inflasi yang tinggi. "Risiko perlambatan ekonomi global nyata terlihat di tengah berlanjutnya upaya pengetatan moneter global untuk melawan inflasi," ujarnya.
Dia menambahkan, pertumbuhan kinerja ekspor pada tahun lalu banyak ditopang oleh kenaikan harga, alih-alih volume barang yang diekspor. Hal itu sejalan dengan karakteristik perekonomian Indonesia yang komoditas-sentris, sehingga fluktuasi harga komoditas memegang peranan penting dalam capaian perdagangan secara keseluruhan. "Sementara itu, ekspor manufaktur yang kontribusinya terhadap total ekspor sekitar 70,67 persen; hanya tumbuh 16,45 persen di 2022," kata Andry.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perekonomian global memang masih akan dilanda ketidakpastian. Perlambatan dan penurunan ekspor sejak akhir tahun lalu khususnya terjadi di komoditas utama perdagangan global, seperti logam, minyak sawit mentah (CPO), dan batu bara. Sejumlah komoditas utama perdagangan lainnya, seperti gas alam, minyak brent, dan gandum, juga memperlihatkan tren penurunan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo