Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Smelter Nikel PT KFI Dua Kali Kebakaran, Anggota Dewan Sebut K3 Tidak Terpenuhi

Anggota Komisi VII DPR Bambang Hermanto mencecar PT Kalimantan Ferro Industry (PT KFI) ihwal standar kesehatan dan K3kerja (K3) di smelter.

8 Juli 2024 | 15.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Hermanto mencecar PT Kalimantan Ferro Industry (PT KFI) ihwal standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di smelter saat rapat dengar pendapat umum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pasalnya, sejumlah kecelakaan kerja terjadi di tempat pemurnian nikel yang terletak di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur itu. Sementara, dari kunjungan Komisi VII ke lapangan, Bambang mengaku aspek K3 di area smelter tersebut tidak terpenuhi.

"Tidak terpasang alat pemadam kebakaran, rambu-rambu, dan sebagainya," kata Bambang dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR RI, Senin, 8 Juli 2024."K3 ini, saya pikir penting."

Karena itu, ia mempertanyakan apakah perusahaan sudah berbenah setelah kunjungan Komisi VII DPR. Pasalnya, politikus Partai Golkar ini menuturkan, tidak patuhnya perusahaan terhadap K3 akan menimbulkan risiko. "Ini (tidak adanya alat K3) menjadi salah satu penyebab kebakaran, menurut saya," katanya.

Merespons pertanyaan Bambang, Owner Representative PT KFI Ardhi Soemargo berdalih bahwa saat Komisi VII DPR RI meninjau lokasi, perusahaan tidak menunjukkan aspek K3 yang disediakan perusahaan di area smelter. "Mohon maaf sekali, saat bapak-bapak ke lokasi, belum kami arahkan ke tempat yang pada dasarnya sudah tersedia posisi-posisi tersebut," kata Ardhi. 

Ia juga mengklaim telah menambah kelengkapan peralatan K3 pascainsiden kebakaran 16 Mei lalu. "Apar, mobil pemadam ditambah tiga unit, termasuk hydrant kami tambah di beberapa posisi," ujar Ardhi.

Kebakaran terjadi dua kali sejak pabrik smelter itu diresmikan pada 19 September 2023. Ledakan pertama terjadi pada 11 Oktober 2023, menewaskan dua pekerja dari Cina. Ardhi mengklaim ledakan tidak terjadi di smelter tetapi di crasher batu bara. Ia menyebut Puslabfor Polri sudah memberikan hasil audit dan menyatakan tragedi itu merupakan penyalahgunaan SOP. 

"Kami sangat berduka terhadap hilangnya dua tenaga ahli kami," ujar Ardhi. 

Kemudian, untuk insiden 16 Mei 2024, lagi-lagi Ardhi mengklaim kebakaran  tidak terjdi di area smelter melainkan di area limbah. "Itu juga tidak berlangsung lama. Dua orang mengalami luka ringan, dibawa ke puskesmas dan dipulangkan pada hari yang sama," kata dia.

Namun, Ardhi mengklaim perusahaan sudah  menambah kolam penampungan dan menambah dua titik saluran air. Kemudian, memberi indikator water level di tabung nickel slag. "Kami juga meninggikan tembok 10 meter agar letupan tidak menyebabkan kebakaran lagi," kata dia.

Pilihan Editor: Terjerat Kasus Investasi Ilegal, Kominfo Akui Blokir Sosial Media Influencer Ahmad Rafif Sejak Jumat

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus