Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Soal PLTN Indonesia, Perusahaan Energi Nuklir Rusia: Tak Perlu Tunggu 2040

Wakil CEO Pertama Rosatom (perusahaan energi nuklir Rusia) Kirill Komarov menyarankan Indonesia segera membangun PLTN. Simak alasannya.

29 November 2022 | 08.56 WIB

Wakil CEO Pertama Rosatom (perusahaan energi nuklir Rusia) Kirill Komarov. Roscongress
Perbesar
Wakil CEO Pertama Rosatom (perusahaan energi nuklir Rusia) Kirill Komarov. Roscongress

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Sochi - Wakil CEO Pertama Rosatom (perusahaan energi nuklir Rusia) Kirill Komarov menyarankan Indonesia segera membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Anda tidak perlu menunggu hingga 2040 untuk PLTN pertama Anda. Anda harus memulai jauh sebelum itu,” kata Komarov dalam konferensi pers di pameran internasional Atom Expo XII di Sochi, Rusia, Selasa, 22 November 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan mempertimbangkan ancaman bencana alam, seperti gempa bumi hingga tsunami, Kirill yakin pembangunan PLTN di Indonesia dapat dilakukan dengan cukup aman. Pasalnya, ada berbagai penelitian mengenai pembangunan PLTN di kawasan rawan bencana.

Menurut Komarov, pembangunan PLTN juga dapat mendorong kemajuan pendidikan dan sains dalam negeri. Sebab, sumber daya manusia yang akan mengoperasikan PLTN ini harus dilatih terlebih dulu. “Itu menciptakan dorongan yang luar biasa bagi ekonomi dan kualitas hidup Anda yang menjadi peluang bagi anak-anak dan ilmuwan Anda,” ujarnya.

Lebih jauh, Komarov mengungkapkan bahwa Indonesia telah memiliki pembangkit listrik terapung berupa kapal pembangkit listrik, yang ditempatkan di pulau-pulau. Namun, kapal pembangkit listrik tersebut masih menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan gas. 

Biaya listrik akan stabil

Meski hal tersebut baik untuk menghasilkan tenaga listrik, Komarov menyebut pembangkit listrik berbahan bakar fosil memiliki sejumlah kekurangan. “Baik batu bara dan gas tidak sepenuhnya bersih bagi lingkungan,” ujarnya. Terlebih, harga bahan bakar tersebut juga terpengaruh oleh fluktuasi di pasar global.

Sebab, bila listrik masih berbasis energi fosil, berarti akan sangat tergantung dengan harga bahan bakar yang diperebutkan di seluruh dunia. "Jika harga gas dan batu bara sedang turun, biaya listrik akan murah. Tapi sebaliknya, jika harga gas dan batu bara tinggi, Anda harus bayar lebih untuk membiayai listrik," tuturnya.

Menurut Komarov, perusahaannya dapat menawarkan kerja sama pembangunan pembangkit listrik terapung dengan reaktor nuklir. Sebab, energi nuklir merupakan sumber energi bersih dan rendah karbon. “Mereka benar-benar ramah lingkungan dan memberi Anda keuntungan dari prediktabilitas harga tertinggi,” katanya.

Dalam hitungannya, kontrak kerja sama ini, Rosatom bisa memudahkan perhitungan biaya listrik dalam jangka panjang. "Kami bisa buat kontrak dan Anda akan tahu persis biaya yang akan dikeluarkan untuk listrik selama 40 tahun yang akan datang," ucap Komarov.

Selanjutnya: Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya...

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan ketertarikan perusahaan dari negaranya untuk mengembangkan industri setrum nuklir di Indonesia usai dirinya bertemu dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Putin mengungkap perusahaan energi Rusia bernama Rosatom yang punya pengalaman, kompetensi, hingga teknologi bersedia terlibat dalam proyek bersama pengembangan industri energi nuklir di Indonesia. Ketertarikan Rusia disampaikan Putin dalam pertemuannya dengan Jokowi pada awal Juni 2022 lalu. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya menuturkan bahwa kebutuhan untuk nuklir baru akan dimulai pada 2040. Target tersebut merujuk pada peta jalan energi yang telah disusun.

Soal PLTN, pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai saat ini saatnya pemerintah serius membangunnya. Apalagi pemerintah akan membentuk Badan Pengawas Tenaga Nuklir, yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden. 

"Pembentukan ini menunjukkan komitmen serius Pemerintahaan Joko Widodo dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia," kata Fahmy pada Rabu 12 Oktober 2022.

3 Syarat sebelum membangun PLTN

Ia lalu menyebutkan ada tiga syarat yang mesti dipenuhi oleh pemerintah agar pengembangan PLTN bisa berjalan dengan lancar di Indonesia. Pertama, presiden harus memiliki komitmen yang kuat untuk merealisasikan PLTN. Paling tidak, kata dia, komitmen itu serupa dengan komitmen Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam membangun jalan tol. 

Syarat yang kedua, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus merealisasikan komitmen Jokowi dengan mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir. "Harus diubah hingga menjadikan energi nuklir sebagai energi prioritas utama," kata Fahmy.

Kemudian syarat yang terakhir, pemerintah perlu melakukan kampanye publik untuk meningkatkan tingkat penerimaan masyarakat (public acceptances rate) terhadap penggunaan PLTN. Pengembangan PLTN menjadi keniscayaan bagi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar karena sebagai salah satu energi bersih yang selaras dengan transisi energi untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060.

FRISKI RIANA | RIANI SANUSI PUTRI

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus