Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menjelaskan saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja, utamanya dalam segi ekonomi. Dia menuturkan penyebab kondisi ini antara lain tingkat inflasi, suku bunga acuan yang naik, ketegangan geopolitik hingga aging society.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Menurut dia, persoalan inflasi membuat bank sentral AS mau tidak mau harus menaikkan suku bunga. The Fed menaikkan suku bunga 500 basis poin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Sama seperti tubuh yang sehat, kalau tiba-tiba kita dihadapkan pada suatu shock, entah itu angin yang sangat keras, suhu AC yang terlalu dingin atau kita di padang pasir kena matahari terlalu besar, pasti badan sakit. Ekonomi juga sama, dengan shock kenaikan 500 basis poin, ekonomi pasti melemah," katanya dalam seminar Nasional Jesuit Indonesia di Jakarta pada Kamis, 30 Mei 2024.
Kondisi inilah yang disebut Sri Mulyani menyebabkan banyaknya ekonomi dari tahun 2022 hingga 2024, bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Pasalnya, efek dari syok tersebut akan mulai terasa, menyebabkan pelemahan ekonomi.
"Ini baru satu sisi dari sisi yang disebut kenaikan inflasi yang menyebabkan kenaikan suku bunga, dan ternyata inflasinya itu stubborn atau keras kepala. Tetap aja gak mau turun-turun. Perangnya tetap jalan, namun inflasi tidak segera turun."
Di sisi lain, tensi geopolitik juga makin meningkat. Ketegangan yang terjadi, kata Sri Mulyani berimbas pada hubungan kerja sama yang retak. "So, the world is tidak baik-baik saja, karena masalah geopolitik. Seolah-olah masalah tidak cukup kompleks dengan dua hal ini," tuturnya.
Hal lain yang menjadi sorotan bagi Sri Mulyani adalah aging society atau penuaan penduduk. Dia menjelaskan bila proporsi jumlah penduduk suatu negara yang usianya di atas 65 tahun sudah melebihi 10 atau 15 persen, itu artinya masyarakat di negara tersebut mulai aging. Aging society ini, kata Sri Mulyani akan memberatkan perekonomian dunia.
"Banyak negara tetangga kita sudah aging secara sangat cepat. Singapura sudah lebih dari satu dekade meminta supaya perempuan mau menikah dan punya anak. Bahkan, ada paket kebijakan negara untuk pacaran, untuk honeymoon gitu."