Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sri Mulyani: Neraca Perdagangan RI Surplus Beruntun 43 Bulan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan neraca perdagangan Indonesia masih mempertahankan posisi surplus pada November 2023.

15 Desember 2023 | 19.46 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jumat, 28 Juli 2023. TEMPO/Riri Rahayu
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jumat, 28 Juli 2023. TEMPO/Riri Rahayu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan neraca perdagangan Indonesia masih mempertahankan posisi surplus pada November 2023. Hal tersebut diungkap dalam acara Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Desember 2023 di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, pada Jumat, 15 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Surplus neraca perdagangan di bulan November sebesar US$ 2,41 miliar. Ini adalah 43 bulan surplus perdagangan berturut-turut,” ujar Sri Mulyani, Jumat. “Adapun secara kumulatif periode Januari-November 2023, surplus perdagangan mencapai US$ 33,6 miliar.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk data ekspor Indonesia masih mengalami tekanan seiring dengan pelemahan ekonomi global. Di mana angkanya minus 8,6 persen dengan total ekspor pada November 2023 mencapai US$ 2,2 miliar.

Sedangkan impor tumbuh 3,3 persen dengan total pada November 2023 sebesar US$ 19,59 miliar. “Dengan posisi ini kami masih bisa berharap bahwa keseimbangan eksternal kami masih relatif bisa terjaga,” tutur Sri Mulyani.

Data Badan Pusat Statistik juga mengungkapkan hal yang sama. "Pada November 2023 neraca perdagangan barang mencatat surplus US$ 2,41 miliar," ujar Deputi Bidang Statistik Barang dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Jumat.

Pudji menambahkan, dengan demikian neraca perdagangan kembali mengalami surplus selama 43 bulan secara beruntun sejak Mei 2020. Surplus neraca perdagangan November kali ini lebih ditopang oleh komoditas nonmigas sebesar US$ 4,62 miliar.

Komoditas penyumbang surplus adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati, kemudian besi dan baja. Sedangkan neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit US$ 2,21 miliar dengan komoditas penyumbang devisa adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Secara kumulatif, hingga November 2023, total surplus neraca perdagangan barang Indonesia mencapai US$ 33,63 miliar atau lebih rendah US$ 16,91 miliar (33,46 persen) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada November 2023, Indonesia mengalami surplus perdagangan barang dengan beberapa negara di mana tiga terbesar di antaranya adalah India sebesar US$ 1,54 miliar, Amerika Serikat sebesar US$ 1,25 miliar, dan Filipina US$ 0,79 miliar.

Surplus terbesar dialami dengan India yang didorong oleh komoditas barang bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja. Sementara itu, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara dan tiga terdalam di antaranya adalah Australia sebesar US$ 0,46 miliar, Brasil US$ 0,37 miliar, dan Thailand US$ 0,34 miliar.

Defisit terdalam dialami dengan Australia yang didorong oleh komoditas biji logam, kerak dan abu, gula dan kembang gula, serta bahan bakar mineral. Pada November 2023, nilai ekspor Indonesia mencapai 22 miliar dolar AS atau turun tipis 0,67 persen dibandingkan Oktober tahun ini.

Ekspor migas tercatat US$ 1,28 miliar atau turun 6,39 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan untuk ekspor nonmigas tercatat US$ 20,72 miliar atau turun tipis 0,29 persen. Sedangkan nilai impor Indonesia tercatat US$ 19,59 miliar atau naik 4,89 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Impor migas tercatat senilai US$ 3,49 miliar atau naik 8,79 persen. Sedangkan impor nonmigas tercatat US$ 16,10 miliar atau naik 4,08 persen.

MOH KHORY ALFARIZI | ANTARA

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus