Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Sri Mulyani Sebut Resesi Negara Maju Sudah Diprediksi: Kalau Inggris dan Jepang Memang Cukup Lemah

Sri Mulyani mengatakan dirinya akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Rio de Janiero, Brazil, pekan depan.

20 Februari 2024 | 14.09 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 12 Februari 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani di Istana Kepresidenan Jakarta pada Senin, 12 Februari 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan resesi negara-negara maju sudah diprediksi sebelumnya. Hal ini tercermin dari beberapa lembaga yang menyampaikan bahwa kinerja perekonomian tahun ini akan cukup tertekan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut dia, kenaikan suku bunga yang cukup tinggi di berbagai negara dalam waktu singkat merupakan salah satu penyebabnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Jadi pasti mempengaruhi kinerja perekonomian mereka. Itu yang menyebabkan kenapa proyeksi dan outlook ekonomi bagi banyak negara, terutama G7 akan cenderung melemah,” ujar Sri Mulyani ketika ditemui usai acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di The St. Regis, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.

Lebih lanjut, Sri Mulyani mengatakan dirinya akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Rio de Janiero, Brazil, pekan depan. “Jadi nanti kita lihat, minggu depan saya menghadiri G20 di Brazil, pasti nanti ada update mengenai kondisi perekonomian global.”

Sementara terkait negara-negara maju yang sudah masuk jurang resesi, seperti Jepang dan Inggris, Sri Mulyani mengatakan kedua negara tersebut sudah cukup lemah.

“Tapi negara-negara maju seperti yang tadi disebutkan (Jepang dan Inggris), ya memang mereka sudah cukup lemah, entah karena perang di Ukraina yang memengaruhi, terutama Eropa. Tapi juga Jepang dan Eropa secara general juga akan terpengaruh oleh kebijakan ekonomi terutama suku bunga naik,” kata dia.

Diketahui, Produk domestik bruto (PDB) Jepang turun 0,4 persen (yoy) pada periode Oktober-Desember setelah penurunan 3,3 persen pada kuartal sebelumnya. Hasil ini mengacaukan perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,4 persen. Kontraksi dua kuartal berturut-turut biasanya dianggap sebagai definisi resesi teknis.

Sementara Inggris juga menyusul masuk ke jurang resesi setelah pertumbuhan ekonominya mencatat pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kuartal berturut-turut. PDB Inggris kontraksi 0,3 persen pada kuartal IV-2023. Sementara, kuartal III-2023 ekonomi Inggris juga turun 0,1 persen.

DEFARA DHANYA | REUTERS 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus