Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Grup maskapai Sriwijaya Air berupaya memulihkan layanan penerbangan setelah perseteruan kerja sama manajemen (KSM) dengan Garuda Indonesia. Menghadapi potensi lonjakan volume penumpang di masa libur akhir tahun, Senior Manager Operation Support dan Engineering Sriwijaya Air, Yusri Supii, mengatakan harus mengoptimalkan 10 pesawat yang ada. "Tapi itu target minimum, masih ada peluang untuk menambah 2-3 unit," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Yusri, pengguna Sriwijaya Air hingga mencapai 10 persen dari total pasar penerbangan domestik. Angka itu, kata dia, belum termasuk 3 persen yang dikuasai Nam Air. Demi menjaga ceruk pasar tersebut, Yusri mengatakan ada upaya khusus. "Kami harus memastikan bisnis dengan online travel agent terus berjalan. Harus ada trust jika kami terus beroperasi."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sriwijaya kini kembali beroperasi sendiri setelah sempat menjalin KSM dengan Grup Garuda Indonesia. Hubungan yang dibangun sejak November 2018 itu retak pada pertengahan tahun ini akibat konflik kepentingan pemegang saham Sriwijaya dengan jajaran manajemen yang diutus Garuda.
Konflik itu memuncak pada akhir September 2019. Saat itu Garuda membatalkan layanan perawatan dan perbaikan teknis (maintenance, repair, and overhaul/MRO), termasuk mesin pesawat yang disewakan kepada Sriwijaya. Sejak itu, Sriwijaya Air hanya mengoperasikan 12 dari 30 unit pesawat yang mereka miliki. Lantaran minim suku cadang (spare-part), hanya 10 pesawat yang bisa mengudara. Adapun kapasitas Nam Air belum banyak terpengaruh lantaran hanya melayani rute pendek.
Kondisi ini, Yusri melanjutkan, memaksa Sriwijaya memangkas 60 persen dari total rute yang mereka operasikan. Pesawat yang tersisa pun mesti dirotasi ke rute yang permintaannya paling tinggi. "Normalnya satu pesawat melayani 6-7 pergerakan per hari," ucapnya.
Karena itu pula, Direktur Utama Grup Sriwijaya Air, Jefferson Jauwena, mengatakan tidak akan mengajukan penerbangan tambahan pada masa Natal dan tahun baru. "Volume penjualan juga disesuaikan dengan alat produksi yang ada," ucapnya.
Menurut Jefferson, manajemen Sriwijaya berfokus pada pemulihan teknis layanan, termasuk kewajiban pembayaran kembali (refund) tiket penumpang yang sudah dibayar. Sriwijaya juga mencari rekanan baru setelah tak lagi dilayani tiga anak usaha Garuda, yakni PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF), PT Gapura Angkasa, serta PT Aerowisata.
Direktur Quality, Safety, & Security PT Sriwijaya Air, Cecep Cahyana, memastikan aspek keselamatan dijaga meski dengan armada minim. "Kami pastikan semua rute disetujui dari segi keselamatan. Supporting equipment tidak banyak berubah."
Perawatan pesawat Sriwijaya saat ini ditangani oleh FL Technics, PT Mulya Sejahtera Technology, serta PT Merpati Maintenance Facility (MMF). "Paling tidak untuk heavy check."
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan, Avirianto, memastikan pemerintah selalu mengawasi kelayakan pesawat yang diterbangkan Sriwijaya Air. "Sudah dicek semua," ucapnya.
Sebelumnya, Direktur Teknik dan Layanan Garuda, Iwan Joeniarto, mengatakan hubungan bisnis dengan Sriwijaya Air tidak bisa dilanjutkan karena sejumlah masalah. "Dengan berat hati, kami menginformasikan bahwa Sriwijaya melanjutkan bisnisnya sendiri," kata dia, beberapa waktu lalu. PUTRI ADITYOWATI | FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS
Sriwijaya Optimalkan 10 Pesawat untuk Akhir Tahun
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo