Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Strategi saat Pandemi, Angkutan Perintis Fokus Genjot Bisnis Kargo

Direktur Usaha Angkutan Barang PT Pelni, Masrul Khalimi, mengatakan pihaknya menggenjot peluang bisnis kapal kargo perintis.

7 Oktober 2020 | 08.01 WIB

KM Lambelu milik PT Pelni (Persero) berlayar di perairan Makassar. Foto: Istimewa
Perbesar
KM Lambelu milik PT Pelni (Persero) berlayar di perairan Makassar. Foto: Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta – Para operator angkutan perintis tengah memperkuat layanan transportasi di daerah tertinggal dan terluar di tengah krisis pandemi Covid-19. Kepala Kesekretariatan PT Pelayaran Indonesia atau Pelni (persero), Yahya Kuncoro mengatakan entitasnya mulai kembali mendongkrak kapasitas operasi kapal perintis yang sempat terganggu karena kebijakan karantina wilayah oleh pemerintah daerah beberapa waktu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sudah ada rute yang ditetapkan pemerintah, tapi kami selalu bisa mengusulkan pengembangan jaringan,” ucapnya kepada Tempo, Selasa 6 Oktober 2020.

Tahun ini PT Pelni ditugaskan pemerintah untuk mengelola 45 trayek kapal perintis yang menyinggahi 275 pelabuhan di seluruh penjuru negeri. Penugasan berbekal subsidi itu juga didapat manajemen di delapan trayek tol laut.

Meski untuk layanan di jalur terluar, Yahya mengatakan seluruh penjualan tiket sudah terlayani secara digital melalui ponsel pintar. “Karena keterbatasan infrastruktur di daerah.”

Direktur Usaha Angkutan Barang PT Pelni, Masrul Khalimi, mengatakan imbauan tak bepergian yang kini juga berlaku di daerah tertinggal justru menggenjot peluang bisnis kapal kargo perintis. 

Dalam sebulan kapal Pelni bisa melayani 70-80 pelayaran (voyage) barang ke wilayah yang masuk dalam penugasan. Menurut dia, realisasi kargo perintis dari Januari hingga Agustus lalu sudah sebesar 28 ribu ton per meter kubik. “Dan jika termasuk September 2020 sudah menembus 31 ribu ton per meter, cukup besar,” ujarnya tanpa membeberkan realisasi di tahun sebelumnya.

Untuk misi pemulihan ekonomi nasional dan wilayah, Kementerian Perhubungan menaikkan alokasi angkutan keperintisan dari yang hanya sekitar Rp 2,78 triliun untuk tahun ini, menjadi Rp 3,25 triliun untuk 2021. Luasnya jaringan dan armada yang dikerahkan membuat sektor perintis laut mendapat alokasi tebesar, hingga Rp 1,78 triliun, sementara di moda lainnya hanya berkisar Rp 100-600 miliar.  

Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Shelvy Arifin, mengatakan entitasnya memegang kontrak subsidi perintis senilai Rp 377 miliar pada tahun ini. Perseroan ditargetkan melayani 187 lintasan perintis dengan 73 unit kapal.

“Bertambah 25 lintasan dibandingkan 2019 sebanyak 162 lintasan. Jumlah trip juga naik sampai 30 persen,” ucapnya melalui keterangan tertulis.

Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis Perum Damri, Sandry Pasambuna, mengatakan jalur perintis darat bisa saja dikembangkan sesuai kebutuhan masyarakat di lokasi operasinya. Demari mengelola 435 bus perintis, baik armada medium berkapasitas 24 penumpang, maupun mikrobus dengan 12 seat.

“Layanan kami sudah mencakup barang dan penumpang, tergantung kebutuhan di setiap rute,” katanya. Dia menambahkan bahwa layanan bus perintis itu sudah masuk ke 47 daerah di 32 provinsi.

Bos Susi Air, Susi Pudjiastuti, pun meminta pemerintah menambah frekuensi penerbangan perintis ke pulau terluar yang umumnya hanya sekali sepekan. “Harusnya sampai 5 – 6 kali seminggu,” katanya pada akhir bulan lalu.

Setelah sempat dua bulan mandek akibat pandami, maskapai milik eks Menteri Kelautan dan Perikanan itu sudah aktif kembali dengan armada yang cocok melayani trayek perintis, seperti Piaggio P-180 Avianti II, Cressna Gran Caravan, Pilatus Porter, LET 410, serta Air Tractor. "5 sampai 6 kali perminggu,"

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, mengatakan layanan perintis bisa dikerjakan lebih serius oleh pemerintah, setidaknya dari segi penjadwalan.

Layanan subsidi di rute kecil sebenarnya diminati para penyedia logistik karena patokan harga yang lebih rendah dari jasa kapal komersial. “Walau level servisnya tak begitu bagus, bisa kami pakai untuk pengiriman yang  tidak butuh deadline,” kata dia.

FRANSISCA CHRISTY ROSANA | YOHANES PASKALIS

 

Yohanes Paskalis

Mulai ditempa di Tempo sebagai calon reporter sejak Agustus 2015. Berpengalaman menulis isu ekonomi, nasional, dan metropolitan di Tempo.co, sebelum bertugas di desk Ekonomi dan Bisnis Koran Tempo sejak Desember 2017. Selain artikel reguler, turut mengisi rubrik cerita bisnis rintisan atau startup yang terbit pada edisi akhir pekan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus