Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA – Program pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara menjadi salah satu agenda utama pemerintah ke depan. Hal tersebut tidak terlepas dari keinginan pemerintah untuk melakukan transisi energi menuju sumber energi yang ramah lingkungan. Sayangnya, agenda tersebut menghadapi banyak kendala.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Wanhar, memaparkan berbagai kendala yang dihadapi. Misalnya, kata dia, masih ada proyek pembangkit listrik batu bara yang tidak bisa dibatalkan karena aspek hukum, kebutuhan energi yang besar untuk menjalankan pabrik peleburan nikel dan kobalt, serta pengembangan energi baru terbarukan (EBT) yang masih butuh waktu.
“Saat ini 68 persen energi kita berasal dari fosil, terutama batu bara. Pada 2058, akan terbalik menjadi 0 persen. Maka segala sesuatu perlu dikoordinasikan dengan baik agar tidak ada pihak yang tertinggal,” ujarnya dalam acara dialog mengenai transisi energi, kemarin.
Menurut Wanhar, pembangkit listrik merupakan salah satu penyumbang emisi karbon dioksida terbesar di Indonesia. Karena itu, transisi energi mendesak dilakukan jika ingin mengurangi emisi karbon. Data Kementerian Energi menunjukkan total emisi karbon dari sektor pembangkit listrik selama 2022 mencapai 243 juta metrik ton ekuivalen CO2 dan diprediksi mencapai puncaknya pada 2040 sebesar 401 juta metrik ton ekuivalen CO2.
Pemerintah telah menetapkan beberapa target capaian menuju netralitas karbon (net zero emission) pada 2060. Salah satunya tertuang dalam dokumen Nationally Determined Contribution, yang menyatakan pemerintah berkomitmen mengurangi emisi sebesar 31,89 persen dengan usaha sendiri dan 43,2 persen dengan bantuan internasional pada 2030. Indonesia juga mendukung komitmen dunia untuk menjaga kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius.
Berbagai upaya pun dilakukan dalam mewujudkan transisi energi, terutama di sektor pembangkit listrik. Upaya itu, antara lain, adalah mengganti PLTU batu bara dengan pembangkit EBT. Namun sampai hari ini pemanfaatan EBT masih rendah. Data Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) menunjukkan baru 10,4 gigawatt (GW) dari 437 GW total potensi sumber daya EBT yang didistribusikan dengan baik.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo